Rupiah Melemah Lagi  

Selasa, 15 Januari 2013 18:07 WIB

Uang Rupiah. TEMPO/Dinul Mubarok

TEMPO.CO, Jakarta - Minimnya likuiditas dolar di pasar domestik kembali memicu penguatan mata uang negeri Abang Sam sehingga nilai tukar rupiah semakin melemah.

Euforia penguatan sesaat mata uang regional terhadap dolar Amerika Serikat (AS) telah usai. Di transaksi pasar uang hari ini, nilai tukar rupiah turun 17 poin (0,17 persen) ke level 9.651 per dolar.

Head of Treasury Research Bank BNI, Nurul Eti Nurbaeti, mengatakan, tingginya permintaan yang tak diimbangi dengan ketersediaan dolar di dalam negeri kembali menjadi faktor penekan rupiah. “Minimnya likuiditas dolar membuat nilai tukarnya otomatis naik,” kata Nurul.

Pelaku pasar, khususnya eksportir, masih enggan menjual dolar mereka. Di sisi lain, imbas dari defisit neraca perdagangan 2012 masih menyeret rupiah ke pusaran depresiasi dan sulit untuk menguat. Di pasar Singapura, rupiah ditransaksikan di kisaran 9.850 per dolar.

Dari eksternal, isyarat bahwa Bank Sentral Amerika (Federal Reserve) akan segera mengakhiri stimulus moneternya pada tahun ini turut menjadi faktor penghambat rupiah. “Diakhirinya stimulus pembelian obligasi senilai US$ 40 miliar per bulan akan membatasi modal asing yang masuk ke pasar berkembang,” Nurul menambahkan.

Dalam pidatonya kemarin, Kepala Federal Reserve Ben Bernanke kembali menyinggung adanya pemulihan ekonomi di Amerika Serikat. Hal itu didasari alasan mulai naiknya harga aset-aset berjangka, seperti perumahan di AS serta angka pengangguran yang turun ke level 7,8 persen.

Meski ada sentimen positif dari penyerapan dana asing melalui lelang surat berharga negara (SBN) hari ini yang berhasil memenuhi target Rp 7 triliun dan oversubscribed, posisi rupiah masih tetap rawan.

Dari regional, dolar Singapura ditransaksikan di 1,2248 per dolar AS, dolar Hong Kong 7,7531 per dolar AS, dan won 1.056,55 per dolar AS. Adapun yuan 6,2157 per dolar AS dan ringgit 3,01 per dolar AS.

M. AZHAR | PDAT

Berita terkait

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

2 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

2 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

2 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

4 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

5 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

5 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

6 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

6 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

7 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

7 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya