BI Mainkan Suku Bunga Bila Rupiah Ganggu Inflasi  

Kamis, 10 Januari 2013 17:55 WIB

Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Hartadi A. Sarwono. ANTARA/Widodo S. Jusuf

TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia akan menggunakan kebijakan suku bunga jika depresiasi nilai tukar rupiah terlalu dalam sehingga mengganggu inflasi. "Apabila depresiasi berlebihan dan berkepanjangan kami akan bisa bereaksi kepada interest policy. Kalau itu sudah mengganggu inflasi," ujar Deputi Gubernur Bank Indonesia, Hartadi A. Sarwono, Kamis, 10 Januari 2013.

Hari ini, Rapat Dewan Gubernur BI menetapkan suku bunga acuan tetap di level 5,75 persen. Tingkat suku bunga tersebut dinilai masih konsisten dengan sasaran inflasi tahun 2013 dan 2014 sebesar 3,5 hingga 5,5 persen.

Adapun nilai tukar rupiah tercatat melemah cukup pada awal tahun ini. Menurut data kurs tengah BI sepekan ini, rupiah bergerak di atas 9.700 per dolar AS. Dibuka di level Rp 9.738 pada Senin pekan ini, rupiah bertengger di level 9.740 per dolar AS selama dua hari pada Selasa dan Rabu, sebelum menguat sedikit ke level 9.715 per dolar AS pada perdagangan hari ini.

Hingga hari ini, BI belum melihat dampak depresiasi rupiah terhadap inflasi. Adapun dari segi supply demand valas, Hartadi menjelaskan, meski terganggu lantaran transaksi ekspor-impor masih defisit, hal tersebut masih bisa tertutup oleh surplus pada transaksi modal dan finansial.

Sejauh ini, pihaknya tetap mengintervensi rupiah di pasar untuk menjaganya agar stabil. Pelemahan rupiah belakangan ini tak cukup nyaman untuk BI. "Ya gimana ya kalau depresiasi terlalu besar begini, kami masuk ke pasarnya juga besar," katanya.

Meski begitu, Hartadi meyakinkan cadangan devisa masih cukup untuk BI melakukan intervensi. Hingga akhir Desember 2012, cadangan devisa mencapai US$ 112,78 miliar atau setara dengan 6,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Nilai tukar rupiah ke depan, kata Hartadi, juga masih mendapat tantangan dari segi eksternal, yakni kebijakan ekonomi Amerika Serikat. "Fiscal cliff memang sudah lewat, tapi kita tak tahu implementasinya seperti apa. Perombakan kabinet AS juga masih ditunggu pasar. Ketidakpastian itu mungkin akan memberi dampak terhadap pelemahan nilai tukar," ujarnya.

Jika sentimen negatif terhadap ekonomi AS memudar, ia yakin nilai tukar tak akan melonjak seperti beberapa waktu belakangan ini. "Kami akan monitor terus perkembangannya. Karena ini masalah eksternal. Mudah-mudahan cepat kita dengar komentar Menteri Keuangan AS yang baru," tuturnya.

MARTHA THERTINA

Berita terkait

Terpopuler: Deretan Masalah Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis hingga Lowongan Kerja BTN

1 hari lalu

Terpopuler: Deretan Masalah Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis hingga Lowongan Kerja BTN

Berita terpopuler ekonomi dan bisnis pada Kamis, 9 Mei 2024, dimulai dari deretan masalah dari Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis atau PPDS.

Baca Selengkapnya

Ramai di X Bayar Tunai Ditolak Kasir, BI Buka Suara

2 hari lalu

Ramai di X Bayar Tunai Ditolak Kasir, BI Buka Suara

Bank Indonesia mendorong aktivitas bayar tunai, namun BI mengimbau agar merchant tetap bisa menerima dan melayani pembayaran tunai

Baca Selengkapnya

Aliran Modal Asing Rp 19,77 T, Terpengaruh Kenaikan BI Rate dan SRBI

2 hari lalu

Aliran Modal Asing Rp 19,77 T, Terpengaruh Kenaikan BI Rate dan SRBI

Kenaikan suku bunga acuan atau BI rate menarik aliran modal asing masuk ke Indonesia.

Baca Selengkapnya

Bank Danamon Belum Berencana Naikkan Suku Bunga KPR

3 hari lalu

Bank Danamon Belum Berencana Naikkan Suku Bunga KPR

Bank Danamon Indonesia belum berencana menaikkan suku bunga KPR meski suku bunga acuan BI naik menjadi 6,25 persen

Baca Selengkapnya

Cadangan Devisa RI Akhir April 2024 Anjlok Menjadi USD 136,2 Miliar

3 hari lalu

Cadangan Devisa RI Akhir April 2024 Anjlok Menjadi USD 136,2 Miliar

Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

8 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

8 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

8 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

10 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

11 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya