BKF: Rupiah Melemah Karena Kondisi Pasar
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Rabu, 26 Desember 2012 19:01 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pelaksana Tugas Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Bambang Brodjonegoro mengungkapkan, rupiah memang sedang melemah mengikuti kondisi pasar. "Memang kondisi pasar begitu. Salah satunya supaya impornya diredam, ekspornya masih memberikan manfaatlah," ucap Bambang usai menghadiri Rapat Koordinasi di Bank Indonesia, Rabu, 26 Desember 2012.
Bambang menjelaskan, pelemahan rupiah masih akan berlangsung selama transaksi berjalan (ekspor-impor) belum membaik. "Kalau current account belum membaik susah dong untuk rupiah membaik secara drastis, rupiah kan harus mengikuti kondisi pasar," katanya. Ia mengingatkan bahwa nilai tukar rupiah bukan ditentukan Bank Indonesia, melainkan oleh mekanisme pasar.
Bambang menilai, pergerakan rupiah masih cukup stabil. Menurut dia, rupiah juga tak akan mencapai level Rp 10 ribu. "Saya rasa tidak," ujarnya.
Menurut Bambang, begitu ekonomi dan neraca perdagangan membaik, rupiah berpeluang untuk terapresiasi. Menurut Data Kurs tengah BI, rupiah melemah ke Rp 9.707 per dolar AS. Pada penutupan perdagangan 21 Desember 2012, rupiah berada di level Rp 9.687 per dolar AS.
Hingga triwulan III 2012, BI mencatat ada perbaikan dalam Neraca Pembayaran Indonesia (NPI). Secara keseluruhan, NPI surplus US$ 800 juta pada triwulan III 2012 setelah defisit US$ 2,8 miliar pada triwulan II 2012.
Dalam siaran pers hasil Rapat Dewan Gubernur BI, 8 November 2012, bank sentral memperkirakan NPI di masa mendatang akan mengalami surplus yang lebih besar. Hal ini ditopang oleh membaiknya transaksi berjalan (ekspor-impor) dan meningkatnya surplus transaksi modal dan finansial, khususnya investasi langsung.
Namun demikian, Badan Pusat Statistik melansir, pada Oktober 2012, transaksi ekspor impor defisit US$ 1,54 miliar atau sekitar Rp 14,7 triliun. Angka defisit ini disebut-sebut yang terbesar sepanjang sejarah perekonomian Indonesia.
MARTHA THERTINA