Puncak Permintaan Dolar Diperkirakan Pekan Ini

Reporter

Editor

viva

Senin, 17 Desember 2012 06:47 WIB

TEMPO/Eko Siswono Toyudho

TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah cenderung melemah selama sepekan lalu, seiring dengan menguatnya tekanan di transaksi non-deliverable forward (ndf) di pasar Singapura. Tingginya permintaan dolar Amerika Serikat di pasar domestik dimanfaatkan oleh para spekulan untuk melemahkan mata uang lokal dan menguji ke level 9.700.

Antisipasi para pelaku pasar menjelang libur panjang Natal dan Tahun Baru membuat kebutuhan terhadap dolar Amerika Serikat di pasar domestik masih tetap tinggi. “Pekan ini kemungkinan akan mencapai puncaknya,” kata pengamat pasar uang, Lindawati Susanto. “Sebab, mulai 24 Desember, pasar mulai tidak efektif dan transaksi cenderung sepi.”

Nilai tukar rupiah akan ditransaksikan dalam kisaran yang cukup lebar, yakni 9.625-9.675 per dolar AS. Bila tekanan meningkat, bisa saja rupiah menyentuh 9.700 per dolar Amerika. “Namun kita berharap rupiah tidak akan menembus level psikologis 9.700 per dolar,” katanya.

Kondisi global sebenarnya mengalami improvisasi dan menunjukkan perbaikan seiring dengan positifnya data ekonomi dunia. Komitmen bank sentral Amerika (The Fed) melanjutkan stimulus lanjutan dengan melakukan pembelian obligasi di pasar serta bank sentral Jepang (BoJ) yang akan terus memompa likuiditas ke pasar akan mendorong pertumbuhan.

Dengan adanya pelonggaran moneter di Amerika dan Jepang serta membaiknya kondisi di Eropa akan menguntungkan mata uang di negara berkembang, misalnya rupiah dan negara kawasan regional lainnya sehingga aksi keberanian investor memburu aset yang dianggap berisiko akan kembali muncul.

Kompromi antara Pemerintah dan Kongres yang masih mengalami jalan buntu dalam pembahasan masalah Fiscal Cliff (tebing fiskal) masih akan menjadi kendala apresiasi rupiah. Pasar masih akan menunggu kepastian hal ini sebelum mengambil arah keputusan investasinya.


Bila masalah tebing fiskal tidak dapat dihindari, maka mulai awal Januari besok rakyat Amerika akan mengalami kenaikan pajak dan pemangkasan anggaran belanja. Stimulus moneter yang diguyurkan ke pasar sebelumnya guna mendorong pertumbuhan pun akan berakhir sia-sia dan bisa menyeret kembali Amerik ke dalam resesi.


Jumat lalu rupiah ditutup di level 9.637 per dolar AS, yang berarti dalam sepekan kemarin melemah 27 poin (0,28 persen) dari pekan sebelumnya di 9.610. Rupiah justru melemah di tengah melemahnya dolar AS terhadap mata uang utama dunia.

PDAT | VIVA B. K

Berita terkait

Nilai Tukar Rupiah Makin Merosot, Rp 16.255 per USD

3 hari lalu

Nilai Tukar Rupiah Makin Merosot, Rp 16.255 per USD

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 45 poin ke level Rp 16.255 per USD dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

95 Persen Pakai Bahan Baku Lokal, Unilever Tak Terdampak Pelemahan Rupiah

8 hari lalu

95 Persen Pakai Bahan Baku Lokal, Unilever Tak Terdampak Pelemahan Rupiah

Unilever Indonesia mengaku tak terlalu terdampak dengan pelemahan rupiah karena mayoritas bahan baku mereka berasal dari dalam negeri.

Baca Selengkapnya

Tingginya Suku Bunga the Fed dan Geopolitik Timur Tengah, Biang Pelemahan Rupiah

8 hari lalu

Tingginya Suku Bunga the Fed dan Geopolitik Timur Tengah, Biang Pelemahan Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut pelemahan rupiah dipengaruhi oleh arah kebijakan moneter AS yang masih mempertahankan suku bunga tinggi.

Baca Selengkapnya

Ekonom Sebut Putusan MK Tak Beri Pengaruh Signifikan terhadap Nilai Tukar Rupiah

10 hari lalu

Ekonom Sebut Putusan MK Tak Beri Pengaruh Signifikan terhadap Nilai Tukar Rupiah

Yusuf Wibisono menilai bukan putusan MK yang memberi pengaruh terhadap nilai tukar rupiah, melainkan konflik geopolitik dan kebijakan The Fed.

Baca Selengkapnya

Pelemahan Rupiah dan IHSG Berlanjut, Airlangga: Indonesia Masih Lebih Baik

10 hari lalu

Pelemahan Rupiah dan IHSG Berlanjut, Airlangga: Indonesia Masih Lebih Baik

Kendati terjadi pelemahan rupiah, Airlangga mengklaim rupiah masih lebih baik dibanding mata uang lain. IHSG juga diklaim lebih baik dari negara lain.

Baca Selengkapnya

Bos BCA Ungkap Penyebab Pelemahan Rupiah, Mulai dari Dividen hingga Impor Bahan Baku

10 hari lalu

Bos BCA Ungkap Penyebab Pelemahan Rupiah, Mulai dari Dividen hingga Impor Bahan Baku

Presiden Direktur Bank Central Asia (BCA) Jahja Setiaatmadja menilai pelemahan rupiah bukan hanya karena konflik Iran-Israel.

Baca Selengkapnya

Konflik Iran-Israel Disebut Perparah Nilai Tukar Rupiah, BI Diminta Naikkan Suku Bunga

10 hari lalu

Konflik Iran-Israel Disebut Perparah Nilai Tukar Rupiah, BI Diminta Naikkan Suku Bunga

Konflik Timur Tengah ini dikhawatirkan akan bereskalasi menjadi perang yang lebih besar. Nilai tukar rupiah semakin melemah.

Baca Selengkapnya

Istana Tegaskan Presiden Jokowi Terus Dorong Penguatan KPK

1 Desember 2023

Istana Tegaskan Presiden Jokowi Terus Dorong Penguatan KPK

Ari Dwipayana menyebut semua pihak termasuk Presiden Jokowi berharap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menjalankan fungsinya dengan baik.

Baca Selengkapnya

Wamenkeu Sebut Pelemahan Rupiah Bisa Untungkan Eksportir

27 Oktober 2023

Wamenkeu Sebut Pelemahan Rupiah Bisa Untungkan Eksportir

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan depresiasi kurs rupiah terhadap dolar Amerika bisa menguntungkan para eksportir.

Baca Selengkapnya

Agenda Jokowi Reshuffle Gelombang Kedua

26 Oktober 2023

Agenda Jokowi Reshuffle Gelombang Kedua

Presiden Jokowi dikabarkan kembali akan reshuffle kabinet pada pekan depan. Siapa saja yang bakal diganti?

Baca Selengkapnya