TEMPO.CO, Jakarta - PT Medco Energy International telah merampungkan proses akuisisi Blok Migas di Yaman. Melalui anak usaha Meco Yemen Malik Limited, Medco telah menandatangani dokumen penyelesaian perjanjian jual-beli untuk membeli hak kepemilikannya di Blok 9 Republik Yaman dengan Reliance Exploration & Production DMCC (REPDMCC).
"Hak kepemilikan ini akan berlaku efektif mulai 1 Januari mendatang," kata Direktur Utama Medco Energi Lukman Mahfoedz dalam keterangan tertulisnya, Rabu, 5 Desember 2012.
Menurut Lukman, akuisisi ini telah diizinkan oleh Kementerian Minyak dan Mineral Republik Yaman sejak akhir bulan lalu. Dengan akuisisi tersebut, struktur kepemilikan di dalam Blok 9, yang menggunakan skema production sharing agreement, menjadi sebagai berikut: Calvalley Petroleum (Cyprus) Ltd 42,50 persen (operator); Medco Yemen Malik Limited 21,25 persen; Hood Oil Limited 21,25 persen; dan YOGC 15,00 persen.
Taksiran cadangan kotor terbukti dan memungkinkan di Blok 9 adalah sekitar 58,6 juta barel minyak berdasar data per 1 Januari 2012. Kapasitas produksi sampai sekitar 14.500 barel minyak per hari.
Blok 9 merupakan blok eksplorasi dan produksi yang terletak di Provinsi Hadramaut, Republik Yaman. Blok ini memiliki luas sebesar 2.234 kilometer persegi, yang sebagian daerahnya telah dilakukan eksplorasi.
Sejak 25 Agustus 2005, pemerintah Yaman memberikan lisensi pengembangan blok ini selama 20 tahun. Lisensi ini juga menyatakan bahwa para pemegang hak kepemilikan blok ini (kontraktor) berhak untuk menegosiasikan perpanjangannya untuk masa lima tahun setelah tahun 2025.
Lukman menuturkan, akuisisi ini sejalan dengan usaha Medco untuk aktif di Timur Tengah dan Afrika Utara. Sebelumnya, Medco juga sudah mengoperasikan Blok 82 dan 83 di Yaman. "Dukungan dan kerja sama pemerintah Yaman dalam mewujudkan transaksi ini patut dicontoh," katanya.
GUSTIDHA BUDIARTIE
Berita Terpopuler:
Rhoceng, Rhoma-Aceng untuk 2014 Ramai di Twitter
Golkar Tak Mau Dipermalukan Bupati Aceng
Jokowi Ngotot Harga Tiket MRT 1 Dolar
Bos Antivirus McAfee Tertangkap di Meksiko
Banyak Tekanan, Fany Octora Batal ke Komnas Anak
Berita terkait
Pemboran 427 Sumur Pengembangan Selesai, SKK Migas Soroti Ketersediaan Rig
2 September 2023
SKK Migas mencatat telah menyelesaikan pemboran 427 sumur pengembangan hingga Juli 2023.
Baca SelengkapnyaPetronas Klaim Tak Ada Indikasi Korupsi dalam Kontrak Migas di Sarawak
27 Mei 2023
Pernyataan Petronas itu muncul setelah Komisi Anti Korupsi Malaysia (MACC) sehari sebelumnya mengumumkan penyelidikan dugaan korupsi kontrak migas itu
Baca Selengkapnya12 Proyek Migas Kelar, SKK Migas Bidik 3 Proyek Lagi Onstream di Tahun Ini
29 Oktober 2021
SKK Migas sedang melakukan koordinasi dengan KKKS untuk menambah tiga proyek baru yang ditargetkan bisa onstream tahun ini.
Baca SelengkapnyaKontrak Blok Masela Diperpanjang Sampai Tahun 2055
13 Juli 2019
SKK Migas menyetujui perpanjangan kontrak Blok Masela yang seharusnya berakhir pada 2028 menjadi tahun 2055.
Baca SelengkapnyaArcandra Tahar: Kontrak Harga Jual Beli Gas Jadi Sumber Masalah
25 September 2018
Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar menyebut salah satu tantangan dalam pengembangan gas nasional adalah kontrak harga yang bisa berubah-ubah.
Baca SelengkapnyaESDM Perpanjang Empat Kontrak Bagi Hasil Migas
11 Juli 2018
Kementerian ESDM memperpanjang kontrak bagi hasil empat blog migas.
Baca SelengkapnyaLelang Wilayah Migas, Arcandra Tahar: 5 Blok Diminati Investor
30 Desember 2017
Dari tujuh proyek yang dilelang, menurut Arcandra Tahar, lima proyek sudah diminati investor.
Baca SelengkapnyaWamen ESDM Klaim Skema Gross Split Lebih Diminati Investor Migas
29 Desember 2017
Sejak penggunaan skema gross split, Kementerian ESDM menegaskan lelang wilayah migas lebih banyak diminati ketimbang skema cost recovery.
Baca SelengkapnyaRevisi Gross Split, SKK Migas: Ada 10 Tambahan Kontrak Baru
8 September 2017
Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi optimistis revisi aturan gross split akan menarik lebih banyak investor.
Baca SelengkapnyaDinilai Tak Ekonomis, ExxonMobil Akan Hengkang dari East Natuna
18 Juli 2017
Dari kajian yang diselesaikan pada Juni 2017 itu didapatkan
bahwa proyek pengembangan gas East Natuna tidak layak
investasi.