Perdagangan Defisit, Pemerintah Tetap Optimis

Senin, 3 Desember 2012 21:09 WIB

Gita Wirjawan. TEMPO/Jacky Rachmansyah

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat kinerja perdagangan Indonesia kembali mengalami defisit pada Oktober 2012 sebesar US$ 1,55 miliar. Dalam konferensi persnya, BPS menilai defisit ini merupakan yang terbesar sepanjang sejarah perdagangan internasional. Pengaruh penurunan harga CPO paling mempengaruhi penurunan ini. Tetapi pemerintah tetap optimis dengan adanya defisit dalam neraca perdagangan. "Ini adhoc (sementara), karena impor migasnya besar," kata Menteri Perdagangan Gita Wirjawan di Kantor Presiden, Senin 3 Desember 2012.

Apalagi, kenaikan impor produk konsumsi mendekati nol. Mayoritas barang yang diimpor lebih banyak merupakan barang modal, impor migas dan impor pesawat terbang."Paling besar (berkontribusi) impor migas sampai US$ 20 miliar, ekspornya hanya US$ 16,5 miliar, defisitnya hampir US$ 3-4 miliar," kata dia.

Penyumbang besar lainnya adalah pengiriman pesanan pesawat oleh hampir semua maskapai. "(Nilainya) hampir US$ 0,5 miliar sampai Oktober," Gita melanjutkan.

Gita pun mengapresiasi peningkatan barang modal yang tinggi, mencapai 22 persen. "Ini mendukung investasi, bagus untuk substitusi impor," kata dia.

Namun, dia menyadari defisit neraca perdagangan terus-menerus akan berbahaya bagi perekonomian. "Kami pantau tahun depan, sudah diantisipasi."

Sementara itu, Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Radjasa pun belum melihat defisit neraca perdagangan membahayakan ekonomi. Apalagi salah satu penyebab peningkatan defisit adalah pembelian pesawat dari berbagai maskapai. "Ini kan diperlukan untuk meningkatkan konektivitas, dan kita sendiri belum bisa membuat pesawat terbang. Kita beli banyak sekali, makanya ini menyebabkan defisit," kata besan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini.

Impor delapan pesawat Boeing milik maskapai yang di antaranya dilakukan oleh Lion Air, Garuda Indonesia, Sriwijaya Air, dan Wings Air yang nilainya mencapai US$ 331,1 juta. Secara kumulatif sampai dengan Oktober, impor tercatat sebesar US$159,18 miliar, naik 9,35 persen dibanding impor Januari-Oktober 2011.

Sebelumnya, BPS mencatat neraca perdagangan Indonesia sampai dengan Oktober defisit sebesar US$516,1 juta setelah pada bulan sebelumnya masih mampu mempertahankan surplus tipis di tengah defisit bulanan. Defisit kumulatif perdagangan Januari-Oktober 2012 tersebut didorong oleh rekor defisit perdagangan bulanan terburuk pada Oktober, yakni sebesar US$1,55 miliar.

ARYANI KRISTANTI

Berita terkait

Produk Indonesia di Mesir Raup Transaksi Potensial Rp 253 Miliar, Didominasi Biji Kopi

3 hari lalu

Produk Indonesia di Mesir Raup Transaksi Potensial Rp 253 Miliar, Didominasi Biji Kopi

Nilai transaksi potensial paviliun Indonesia di Cafex Expo 2024, Mesir, capai Rp 253 milir. Didominasi oleh produk biji kopi Indonesia.

Baca Selengkapnya

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

5 hari lalu

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

Indonesia memperpanjang rekor surplus neraca perdagangan dalam 47 bulan terakhir pada Maret 2024

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

5 hari lalu

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

Pembacaan putusan sengketa Pilpres di MK memengaruhi IHSG. Perdagangan ditutup melemah 7.073,82.

Baca Selengkapnya

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

5 hari lalu

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

Didik mengingatkan agar pemerintah tidak menganggap enteng konflik Iran-Israel. Kebijakan fiskal dan moneter tak boleh menambah tekanan inflasi.

Baca Selengkapnya

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

5 hari lalu

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

BPS mencatat impor pada Maret 2024 turun 2,6 persen secara bulanan. Impor bahan baku dan bahan penolong turun, tapi barang konsumsi naik.

Baca Selengkapnya

Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu

5 hari lalu

Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu

BPS mencatat nilai ekspor Indonesia pada Maret 2024 naik 16,40 persen dibanding Februari 2024. Namun anjlok 4 persen dibanding Maret 2023.

Baca Selengkapnya

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

5 hari lalu

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

Badan Pusat Statistik atau BPS mengungkapkan terjadi lonjakan impor serealia pada Maret 2024. BPS mencatat impor beras naik 2,29 persen. Sedangkan impor gandum naik 24,54 persen.

Baca Selengkapnya

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

5 hari lalu

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

BPS menilai dampak konflik geopolitik antara Iran dan Israel tak berdampak signifikan terhadap perdangan Indonesia. Begini penjelasan lengkapnya.

Baca Selengkapnya

Surplus Perdagangan Maret Tembus USD 4,47 Miliar, Ditopang Ekspor Logam Dasar dan Sawit

5 hari lalu

Surplus Perdagangan Maret Tembus USD 4,47 Miliar, Ditopang Ekspor Logam Dasar dan Sawit

Surplus perdagangan Indonesia pada Maret 2024 tembus US$ 4,47 miliar. Surplus 47 bulan berturut-turut.

Baca Selengkapnya

Timur Tengah Memanas, BPS Beberkan Sejumlah Komoditas yang Harganya Melonjak

5 hari lalu

Timur Tengah Memanas, BPS Beberkan Sejumlah Komoditas yang Harganya Melonjak

Badan Pusat Statistik atau BPS membeberkan lonjakan harga komoditas akibat memanasnya tekanan geopolitik di Timur Tengah.

Baca Selengkapnya