TEMPO.CO, Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia menghentikan sementara (suspensi) perdagangan saham PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA). Itu dilakukan otoritas Bursa sehubungan dengan pengurangan modal ditempatkan dan modal disetor perseroan.
Kepala Divisi Perdagangan Saham Bursa Efek Indonesia Andre P.J. Toelle mengatakan, aksi korporasi perseroan dilakukan dengan cara penurunan nilai nominal saham.
Ia menambahkan, terkait tindakan korporasi itu, Bursa menghentikan sementara (suspensi) perdagangan saham. “Untuk memberikan kesempatan kepada investor mencerna informasi yang disampaikan oleh perseroan,” katanya dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Selasa, 27 November 2012.
Penghentian sementara perdagangan efek perseroan dilakukan di seluruh pasar. Mulai perdagangan sesi I hari ini hingga pengumuman lebih lanjut. Selanjutnya, Bursa meminta pihak-pihak yang berkepentingan untuk selalu memperhatikan keterbukaan informasi yang disampaikan perseroan.
Sebelumnya, anak usaha Lippo Grup ini mengumumkan rencana untuk mengubah modal dengan menurunkan nilai nominal hingga 90 persen. Dengan aksi tersebut, modal dasar dan modal ditempatkan perseroan turun sebanyak Rp 2,4 triliun dari sebelumnya Rp 2,79 triliun menjadi hanya Rp 278,83 miliar.
“Rencana perubahan modal itu telah mendapat izin dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia,” kata Sekretaris Korporat Matahari Putra Prima, Lina Latief, di Jakarta, kemarin.
Ia menambahkan, dengan perubahan modal ini, nilai nominal saham perseroan yang semula Rp 500 menjadi Rp 50 per lembar. Menurut Lina, aksi tersebut dilakukan karena likuiditas perseroan yang berlimpah. Ini dilakukan setelah perseroan menjual aset non-inti senilai Rp 3,2 triliun pada induknya, PT Multipolar Tbk.
Anak usaha Lippo Grup ini diperkirakan bakal mengalami surplus atau kelebihan dana kas dan setara kas senilai Rp 6,1 triliun. “Saat ini, perusahaan mencatatkan kas dan setara kas Rp 2,9 triliun,” Lina mengatakan.
SETIAWAN
Berita Terpopuler
Rusuh, Program Sehari Tanpa BBM Subsidi Batal
Pengganti BP Migas Berlogo Baru, Berapa Biayanya?
Rupiah Tembus di Bawah 9.600
McLaren Buka Showroom di Indonesia
Pasokan Premium Habis, Pegawai SPBU Gelar Rujakan
Berita terkait
BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini
6 hari lalu
BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.
Baca SelengkapnyaHari Ini IHSG Diperkirakan Menguat, Saham Apa Saja yang Potensial Dilirik?
12 hari lalu
Analis PT Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada memperkirakan IHSG pada awal pekan ini menguat bila dibandingkan pekan lalu. Apa syaratnya?
Baca SelengkapnyaSenin Depan, BEI Terapkan Full Call Auction di Papan Pemantauan Khusus
43 hari lalu
BEI akan menerapkan mekanisme perdagangan lelang berkala secara penuh atau full call auction di Papan Pemantauan Khusus pada Senin pekan depan.
Baca SelengkapnyaPekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun
25 Februari 2024
Aliran modal asing tetap surplus kendati ada penjualan Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), karena jumlah modal masuk ke pasar saham jauh lebih besar.
Baca SelengkapnyaMicrosoft Salip Apple di Pasar Saham dengan Keunggulan AI
30 Januari 2024
Para investor sepakat bahwa Microsoft berkembang jauh lebih signifikan dibanding Apple, bahkan untuk lima tahun ke depan.
Baca SelengkapnyaIsrael Selidiki Investor Untung Jutaan Dollar karena Sudah Antisipasi Serangan Hamas 7 Oktober
5 Desember 2023
Israel sedang menyelidiki klaim peneliti AS bahwa beberapa investor mungkin telah mengetahui sebelumnya tentang rencana serangan Hamas
Baca SelengkapnyaPotensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual
4 Desember 2023
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi menjelaskan bahwa ke depan potensi bursa karbon masih cukup besar.
Baca SelengkapnyaBEI Ungkap Penyebab Sepinya Bursa Karbon Dibandingkan dengan Bursa Saham
30 November 2023
Dari sisi transaksi bursa karbon tercatat sudah ada lebih dari 490 ribu ton dengan nilai harga jual karbon terakhir senilai Rp 59.200.
Baca Selengkapnya2024, BEI Bidik Nilai Transaksi Harian Rp 12,25 Triliun
26 Oktober 2023
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) membidik rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) pada tahun 2024 sebesar Rp 12,25 triliun pada tahun 2024.
Baca SelengkapnyaTransaksi Harian Jeblok 29 Persen, BEI: Ada Shifting Investasi dengan New Normal
7 Oktober 2023
Bursa Efek Indonesia (BEI) membeberkan alasan nilai transaksi harian di pasar modal Indonesia yang jeblok dibandingkan tahun lalu.
Baca Selengkapnya