TEMPO.CO, New York - Bursa saham Wall Street hanya turun tipis pada perdagangan Rabu waktu setempat setelah badai besar Sandy memaksa tutup dua hari sebelumnya karena cuaca untuk pertama kalinya sejak 1888. Namun harga bensin berjangka melonjak tajam karena kecemasan akan mengalami gangguan pasokan di kilang minyak terbesar kedua di Pantai Timur.
Badai telah membuat beberapa daerah mumpuh karena banjir dan listrik padam, sehingga permintaan akan bahn bakar akan turun. Tetapi harga komoditas bensin berjangka untuk kontrak bulan November naik ke level tertingginya dalam dua minggu terakhir karena para pedagang bergegas menutup posisi menejelang berakhirnya kontrak.
Dalam perdagangan semalam indeks Dow Jones ditutup turun 10,67 poin (0,08 persen) ke 13.096,54. Indeks S&P 500 terkoreksi 0,22 poin (0,08 persen) ke 1.412,16, serta indeks saham teknologi juga tergelincir 10,72 poin (0,36 persen) menjadi 2.997,23.
Harga komoditas berjangka kayu melonjak karena potensi meningkatnya permintaan, sedangkan harga bensin juga naik karena kekhwatiran bahwa kilang Philips 66 di Linden, New Jersey yang memproduksi sekitar 238 ribu barel per hari diperkirakan akan tutup dalam beberapa waktu karena padamnya listrik akibat terjangan badai Sandy.
Badai besar ini telah menewaskan setidaknya 64 orang dan diperkirakan menyebabkan kerugian sekitar 15 miliar di perusahaan asuransi.
Spekulasi akan meningkatnya permintaan kayu dan bensin membuat harga kedua komoditas naik tajam. “Anda melihat banyak dana untuk lindung nilai mereka sendiri dan banyak juga spekulasi karena besarnya kerusakan yang ditimbulkan akibat terjangan badai Sandy,” kata Richard Ilczyszyn, kepala strateg pasar dan pendiri iitrader.com LLC di Chicago.
Harga kontrak berjangka kayu untuk bulan Maret naik melebihi limit perdagangan harian sebesar US$ 10 per seribu kaki papan, sehingga menghentikan perdagangan. Banyak pedangan tidak bisa masuk ke kantor atau bekerja dari rumah karena padamnya listrik dan angkutan umum tidak ada, dan jika ada juga sangat terbatas.
Bursa Wall Street telah dibuka kembali meskipun tidak semuanya normal. Penerimaan telepon seluler yang agak terganggu membuat para pedagang membuat order dengan pesan pendek atau surat elektronik.
Sepanjang bulan Oktober kemarin, indeks Dow Jones turun 2,5 persen, indeks S&P 500 melemah 2 persen, serta indeks Nasdaq anjlok 4,5 persen.
Harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak bulan Desember turun 38 sen menjadi US$ 108,7 per barel. Sedangkan harga minyak AS jenis Light Sweet juga turun 56 sen menjadi US$ 86,24 per barel.
Harga obligasi AS patokan (benchmark) dengan tenor 10 tahun naik 4/32 menjadi 1,6962 persen. Sementara mata uang euro naik terhadap dolar AS untuk ketiga harinya. Namun, karena masih adanya ketidakpastian tentang utang Uni Eropa membuat kenaikannya agak terbatas. Mata uang tunggal di pasar Amerika ditutup naik 0,01 persen menjadi US$ 1,2957.
REUTERS / VIVA B. K
Berita terkait
IHSG Berpotensi Mendatar, Pasar Wait and See Data Inflasi AS
3 hari lalu
IHSG pada Rabu berpotensi bergerak mendatar seiring pelaku pasar sedang bersikap wait and see terhadap data inflasi Amerika Serikat (AS)
Baca SelengkapnyaIHSG Diperkirakan Menguat, Terpengaruh Sentimen Domestik dan Global
12 hari lalu
IHSG hari ini, Senin, 6 Mei 2024 dibuka menguat 36,86 poin atau 0,52 persen ke posisi 7.171,58
Baca SelengkapnyaBI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini
21 hari lalu
BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.
Baca SelengkapnyaHari Ini IHSG Diperkirakan Menguat, Saham Apa Saja yang Potensial Dilirik?
27 hari lalu
Analis PT Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada memperkirakan IHSG pada awal pekan ini menguat bila dibandingkan pekan lalu. Apa syaratnya?
Baca SelengkapnyaSenin Depan, BEI Terapkan Full Call Auction di Papan Pemantauan Khusus
58 hari lalu
BEI akan menerapkan mekanisme perdagangan lelang berkala secara penuh atau full call auction di Papan Pemantauan Khusus pada Senin pekan depan.
Baca SelengkapnyaPekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun
25 Februari 2024
Aliran modal asing tetap surplus kendati ada penjualan Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), karena jumlah modal masuk ke pasar saham jauh lebih besar.
Baca SelengkapnyaMicrosoft Salip Apple di Pasar Saham dengan Keunggulan AI
30 Januari 2024
Para investor sepakat bahwa Microsoft berkembang jauh lebih signifikan dibanding Apple, bahkan untuk lima tahun ke depan.
Baca SelengkapnyaIsrael Selidiki Investor Untung Jutaan Dollar karena Sudah Antisipasi Serangan Hamas 7 Oktober
5 Desember 2023
Israel sedang menyelidiki klaim peneliti AS bahwa beberapa investor mungkin telah mengetahui sebelumnya tentang rencana serangan Hamas
Baca SelengkapnyaPotensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual
4 Desember 2023
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi menjelaskan bahwa ke depan potensi bursa karbon masih cukup besar.
Baca SelengkapnyaBEI Ungkap Penyebab Sepinya Bursa Karbon Dibandingkan dengan Bursa Saham
30 November 2023
Dari sisi transaksi bursa karbon tercatat sudah ada lebih dari 490 ribu ton dengan nilai harga jual karbon terakhir senilai Rp 59.200.
Baca Selengkapnya