Disney Tolak Kertas dari Indonesia  

Reporter

Editor

Abdul Malik

Selasa, 23 Oktober 2012 13:13 WIB

ANTARA/Fanny Octavianus

TEMPO.CO, California - Perusahaan di bidang hiburan dan media Amerika Serikat, The Walt Disney Company, kembali mengumumkan penolakannya untuk menggunakan kertas dan serat yang terkait dengan perusakan hutan dan kekerasan hak asasi manusia. Kertas dan serat itu berasal dari negara mana pun di dunia, termasuk Indonesia.

“Mempertimbangkan pentingnya isu deforestasi di Indonesia, Disney meminta kepada semua pemegang lisensinya di dunia, vendor, para pemasok untuk menghindari penggunaan kertas dari Indonesia yang tidak memenuhi standar,” demikian pernyataan resmi Disney yang diumumkan dalam situs Web resmi perusahaan pada 11 Oktober 2012.

Kebijakan Walt Disney, yang juga menjadi penerbit buku dan majalah anak terbesar di dunia ini, diperkirakan berdampak pada hampir 25 ribu pabrik di 100 negara, termasuk 10 ribu pabrik di Cina.

“Kebijakan soal kertas ini adalah contoh bagaimana Disney mengembangkan bisnis secara bertanggung jawab pada lingkungan dan sosial," ujar Beth Stevens, Wakil Presiden Senior Disney bidang Konservasi, Lingkungan, dan Kewarganegaraan Perusahaan, seperti dikutip Environment News Service, Selasa, 23 Oktober 2012.

Menurut dia, kebijakan ini bertujuan meminimalkan konsumsi kertas dan mengurangi produk kertas dengan serat yang diproduksi secara tidak bertanggung jawab.

Perseroan mengungkapkan akan memaksimalkan penggunaan konten dan serat daur ulang dari operasi hutan yang terkendali dan bersertifikasi. Kebijakan ini dikeluarkan Disney bekerja sama dengan kelompok pegiat di bidang lingkungan guna memunculkan kebijakan baru.

Menurut Rainforest Action Network--lembaga nonprofit yang berbasis di California, Indonesia memiliki angka deforestasi tertinggi di dunia. Saat ini, area hutan yang asli hanya tinggal separuhnya.

Selama 20 tahun terakhir, Disney telah mengimplementasikan program pendanaan konservasi lingkungan di 112 negara di dunia. Termasuk di antaranya lebih dari 70 proyek di Indonesia untuk melindungi hutan hujan Sumatera.

Sejak 2009, Disney sudah berinvestasi lebih dari US$ 27 juta untuk proyek karbon hutan di Amerika Serikat, Peru, Brasil, Kongo, dan Cina. Belum ada tanggapan dari pemerintah Indonesia dan asosiasi bisnis terkait aksi boikot Disney terhadap kertas dari Indonesia ini.

ABDUL MALIK

Berita ekonomi lainnya:

Investasi di Papua Terkendala Pasokan Listrik

Pertamina Bangun Pembangkit Listrik dari Sampah

Tambang Emas Tumpang Pitu Jalan Terus

Ditabrak, PT Indonesia Ferry Rugi Rp 500 Juta

ESDM Akui SPBU Petronas Tak Mampu Bersaing

Berita terkait

Australia Cabut Bea Masuk Kertas A4 Indonesia, Momentum Tingkatkan Ekspor

12 Maret 2024

Australia Cabut Bea Masuk Kertas A4 Indonesia, Momentum Tingkatkan Ekspor

Ekspor kertas A4 Indonesia ke Australia turun sejak pengenaan bea masuk anti dumping tersebut berlaku.

Baca Selengkapnya

Bahan Baku Menipis, Industri Kertas Kembang Kempis

14 Februari 2020

Bahan Baku Menipis, Industri Kertas Kembang Kempis

Bahan baku industri kertas akan mulai langka pada Maret 2020, sehingga harganya menjadi sangat tidak kompetitif.

Baca Selengkapnya

Sampah Plastik Banjiri Asia Tenggara Sejak Cina Menutup Pintu

18 Juni 2019

Sampah Plastik Banjiri Asia Tenggara Sejak Cina Menutup Pintu

Setidaknya ada empat kasus impor limbah sampah plastik ke Tanah Air sejak Januari 2018 hingga Juni 2019.

Baca Selengkapnya

Penyelundupan Sampah Plastik Marak, Ini Langkah Bea Cukai

17 Juni 2019

Penyelundupan Sampah Plastik Marak, Ini Langkah Bea Cukai

Direktorat Jenderal Bea Cukai Kementerian Keuangan melakukan tiga langkah utama untuk mencegah masuknya sampah plastik dari negara lain ke Indonesia.

Baca Selengkapnya

Buntut Sampah Plastik Selundupan, Impor Kertas Diperketat

17 Juni 2019

Buntut Sampah Plastik Selundupan, Impor Kertas Diperketat

Temuan penyelundupan sampah plastik dalam impor kertas bekas membuat pemerintah memutuskan untuk memperketat impor kertas bekas.

Baca Selengkapnya

KLHK Minta Impor Kertas di Jalur Merah, Airlangga: Kurang Tepat

17 Juni 2019

KLHK Minta Impor Kertas di Jalur Merah, Airlangga: Kurang Tepat

Menteri Perindustrian menilai kertas bekas bukan tergolong Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) sehingga tidak tepat jika masuk ke jalur merah impor.

Baca Selengkapnya

Kemenperin: Pengembangan Industri Pulp dan Kertas Jadi Prioritas

12 November 2018

Kemenperin: Pengembangan Industri Pulp dan Kertas Jadi Prioritas

Kemenperin mengatakan industri pulp dan kertas perlu meningkatkan daya saing produknya sehingga bisa lebih kompetitif di pasar global.

Baca Selengkapnya

Bungkus Kertas Lebih Baik dari Styrofoam? Simak Faktanya

20 November 2017

Bungkus Kertas Lebih Baik dari Styrofoam? Simak Faktanya

Styrofoam atau stirena adalah zat kimia yang terdapat dalam sejumlah makanan yang biasa dikonsumsi manusia, seperti stroberi, kopi, dan kacang.

Baca Selengkapnya

APP Sinar Mas Suplai 60 Persen Kebutuhan Kertas Al-Quran Dunia

10 Juni 2017

APP Sinar Mas Suplai 60 Persen Kebutuhan Kertas Al-Quran Dunia

APP Sinar Mas kini menargetkan bisa bersaing dengan pemasok kertas halal untuk Al-Quran yang masih didominasi Jepang dan Korea.

Baca Selengkapnya

Produsen Kertas Terpukul Tuduhan Praktik Dumping

28 Mei 2017

Produsen Kertas Terpukul Tuduhan Praktik Dumping

Ameriksa Serikat dan Australia sudah memberlakukan proteksi dengan mengenakan bea masuk antidumping terhadap kertas asal Indonesia.

Baca Selengkapnya