TEMPO.CO, California - Perusahaan di bidang hiburan dan media Amerika Serikat, The Walt Disney Company, kembali mengumumkan penolakannya untuk menggunakan kertas dan serat yang terkait dengan perusakan hutan dan kekerasan hak asasi manusia. Kertas dan serat itu berasal dari negara mana pun di dunia, termasuk Indonesia.
“Mempertimbangkan pentingnya isu deforestasi di Indonesia, Disney meminta kepada semua pemegang lisensinya di dunia, vendor, para pemasok untuk menghindari penggunaan kertas dari Indonesia yang tidak memenuhi standar,” demikian pernyataan resmi Disney yang diumumkan dalam situs Web resmi perusahaan pada 11 Oktober 2012.
Kebijakan Walt Disney, yang juga menjadi penerbit buku dan majalah anak terbesar di dunia ini, diperkirakan berdampak pada hampir 25 ribu pabrik di 100 negara, termasuk 10 ribu pabrik di Cina.
“Kebijakan soal kertas ini adalah contoh bagaimana Disney mengembangkan bisnis secara bertanggung jawab pada lingkungan dan sosial," ujar Beth Stevens, Wakil Presiden Senior Disney bidang Konservasi, Lingkungan, dan Kewarganegaraan Perusahaan, seperti dikutip Environment News Service, Selasa, 23 Oktober 2012.
Menurut dia, kebijakan ini bertujuan meminimalkan konsumsi kertas dan mengurangi produk kertas dengan serat yang diproduksi secara tidak bertanggung jawab.
Perseroan mengungkapkan akan memaksimalkan penggunaan konten dan serat daur ulang dari operasi hutan yang terkendali dan bersertifikasi. Kebijakan ini dikeluarkan Disney bekerja sama dengan kelompok pegiat di bidang lingkungan guna memunculkan kebijakan baru.
Menurut Rainforest Action Network--lembaga nonprofit yang berbasis di California, Indonesia memiliki angka deforestasi tertinggi di dunia. Saat ini, area hutan yang asli hanya tinggal separuhnya.
Selama 20 tahun terakhir, Disney telah mengimplementasikan program pendanaan konservasi lingkungan di 112 negara di dunia. Termasuk di antaranya lebih dari 70 proyek di Indonesia untuk melindungi hutan hujan Sumatera.
Sejak 2009, Disney sudah berinvestasi lebih dari US$ 27 juta untuk proyek karbon hutan di Amerika Serikat, Peru, Brasil, Kongo, dan Cina. Belum ada tanggapan dari pemerintah Indonesia dan asosiasi bisnis terkait aksi boikot Disney terhadap kertas dari Indonesia ini.
ABDUL MALIK
Berita ekonomi lainnya:
Investasi di Papua Terkendala Pasokan Listrik
Pertamina Bangun Pembangkit Listrik dari Sampah
Tambang Emas Tumpang Pitu Jalan Terus
Ditabrak, PT Indonesia Ferry Rugi Rp 500 Juta
ESDM Akui SPBU Petronas Tak Mampu Bersaing
Berita terkait
Australia Cabut Bea Masuk Kertas A4 Indonesia, Momentum Tingkatkan Ekspor
12 Maret 2024
Ekspor kertas A4 Indonesia ke Australia turun sejak pengenaan bea masuk anti dumping tersebut berlaku.
Baca SelengkapnyaBahan Baku Menipis, Industri Kertas Kembang Kempis
14 Februari 2020
Bahan baku industri kertas akan mulai langka pada Maret 2020, sehingga harganya menjadi sangat tidak kompetitif.
Baca SelengkapnyaSampah Plastik Banjiri Asia Tenggara Sejak Cina Menutup Pintu
18 Juni 2019
Setidaknya ada empat kasus impor limbah sampah plastik ke Tanah Air sejak Januari 2018 hingga Juni 2019.
Baca SelengkapnyaPenyelundupan Sampah Plastik Marak, Ini Langkah Bea Cukai
17 Juni 2019
Direktorat Jenderal Bea Cukai Kementerian Keuangan melakukan tiga langkah utama untuk mencegah masuknya sampah plastik dari negara lain ke Indonesia.
Baca SelengkapnyaBuntut Sampah Plastik Selundupan, Impor Kertas Diperketat
17 Juni 2019
Temuan penyelundupan sampah plastik dalam impor kertas bekas membuat pemerintah memutuskan untuk memperketat impor kertas bekas.
Baca SelengkapnyaKLHK Minta Impor Kertas di Jalur Merah, Airlangga: Kurang Tepat
17 Juni 2019
Menteri Perindustrian menilai kertas bekas bukan tergolong Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) sehingga tidak tepat jika masuk ke jalur merah impor.
Baca SelengkapnyaKemenperin: Pengembangan Industri Pulp dan Kertas Jadi Prioritas
12 November 2018
Kemenperin mengatakan industri pulp dan kertas perlu meningkatkan daya saing produknya sehingga bisa lebih kompetitif di pasar global.
Baca SelengkapnyaBungkus Kertas Lebih Baik dari Styrofoam? Simak Faktanya
20 November 2017
Styrofoam atau stirena adalah zat kimia yang terdapat dalam sejumlah makanan yang biasa dikonsumsi manusia, seperti stroberi, kopi, dan kacang.
Baca SelengkapnyaAPP Sinar Mas Suplai 60 Persen Kebutuhan Kertas Al-Quran Dunia
10 Juni 2017
APP Sinar Mas kini menargetkan bisa bersaing dengan pemasok kertas halal untuk Al-Quran yang masih didominasi Jepang dan Korea.
Baca SelengkapnyaProdusen Kertas Terpukul Tuduhan Praktik Dumping
28 Mei 2017
Ameriksa Serikat dan Australia sudah memberlakukan proteksi dengan mengenakan bea masuk antidumping terhadap kertas asal Indonesia.
Baca Selengkapnya