BPS: Jumlah Penduduk Miskin Turun

Reporter

Editor

Senin, 14 Juni 2004 00:56 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta: Sejak 2001, jumlah orang miskin di Indonesia menurun. Bahkan sampai Februari 2004, angkanya menjadi 36,1 juta atau 16,6 persen dari total jumlah penduduk yang mencapai 217 juta. "Jumah penduduk miskin di perkotaan sebesar 11,5 juta atau 12,6 persen dan 24,6 juta atau 19,5 persen di pedesaan," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Soedarti Surbakti usai dapat dengar pendapat dengan Komisi Keuangan dan Perbankan di gedung DPR, Jakarta, Senin (14/6).Dibandingkan 2003 yang mencapai angka 37,3 juta atau 17,42 persen, jumlah orang miskin saat ini menurun sekitar 0,96 persen. Perhitungan BPS ini didasarkan pada pemakaian kalori 2.100 per kapita per orang dan pencukupan kebutuhan non pangan. Setiap orang di perkotaan dan pedesaan yang mengkonsumsi kalori kurang dari standar itu digolongkan miskin. Sementara itu, seorang penduduk disebut miskin jika tak tak bisa memenuhi 28 kebutuhan hidup non pangan seperti kain, sabun, sikat gigi dan semacamnya.Tentu saja angka dan metode BPS ini berbeda dengan kriteria Bank Dunia yang kemudian dipakai sebagai acuan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Bank Dunia dan Bappenas mencatat, penduduk miskin turun separuh sejak 1997, sampai 2003. Pada 2003, Bappenas mencatat, jumlah orang yang hidup di bawah garis kemiskinan tinggal 17,4 persen dari total orang miskin sebanyak 37,3 juta orang. Survei Bappenas ini memakai standar internasional, yaitu penduduk yang mempunyai pendapatan kurang dari US$ 1 per hari, dan patokan harga-harga yang dipakai adalah saat krisis pada 1998.Tapi penurunan jumlah orang miskin itu tidak diikuti jumlah pengangguran. Bahkan menurut catatan BPS, angka pengangguran terus naik. Pengangguran terbuka pada 2003 saja mencapai 6,96 persen dari jumlah total penduduk. "Biasanya, jumlah ini meningkat saat tahun kelulusan karena banyaknya angkatan kerja baru dari jumlah anak sekolah yang baru lulus. Jumlah itu akan berkurang lagi pada semester kedua setiap tahun," kata Surbakti. Pada 2000, angka pengangguran terbuka hanya 4,33 persen, pada 2001 meningkat jadi 5,15 persen, dan pada 2002, naik lagi menjadi 6,98 persen. Bagja Hidayat - Tempo News Room

Berita terkait

10 Negara Termiskin di Dunia Berdasarkan PDB per Kapita

2 hari lalu

10 Negara Termiskin di Dunia Berdasarkan PDB per Kapita

Berikut ini daftar negara termiskin di dunia pada 2024 berdasarkan PDB per kapita, semuanya berada di benua Afrika.

Baca Selengkapnya

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

6 hari lalu

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

Indonesia memperpanjang rekor surplus neraca perdagangan dalam 47 bulan terakhir pada Maret 2024

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

6 hari lalu

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

Pembacaan putusan sengketa Pilpres di MK memengaruhi IHSG. Perdagangan ditutup melemah 7.073,82.

Baca Selengkapnya

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

6 hari lalu

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

BPS mencatat impor pada Maret 2024 turun 2,6 persen secara bulanan. Impor bahan baku dan bahan penolong turun, tapi barang konsumsi naik.

Baca Selengkapnya

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

6 hari lalu

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

Badan Pusat Statistik atau BPS mengungkapkan terjadi lonjakan impor serealia pada Maret 2024. BPS mencatat impor beras naik 2,29 persen. Sedangkan impor gandum naik 24,54 persen.

Baca Selengkapnya

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

6 hari lalu

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

BPS menilai dampak konflik geopolitik antara Iran dan Israel tak berdampak signifikan terhadap perdangan Indonesia. Begini penjelasan lengkapnya.

Baca Selengkapnya

Surplus Perdagangan Maret Tembus USD 4,47 Miliar, Ditopang Ekspor Logam Dasar dan Sawit

6 hari lalu

Surplus Perdagangan Maret Tembus USD 4,47 Miliar, Ditopang Ekspor Logam Dasar dan Sawit

Surplus perdagangan Indonesia pada Maret 2024 tembus US$ 4,47 miliar. Surplus 47 bulan berturut-turut.

Baca Selengkapnya

Timur Tengah Memanas, BPS Beberkan Sejumlah Komoditas yang Harganya Melonjak

6 hari lalu

Timur Tengah Memanas, BPS Beberkan Sejumlah Komoditas yang Harganya Melonjak

Badan Pusat Statistik atau BPS membeberkan lonjakan harga komoditas akibat memanasnya tekanan geopolitik di Timur Tengah.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Bertemu Managing Director IFC, Apa Saja yang Dibicarakan?

6 hari lalu

Sri Mulyani Bertemu Managing Director IFC, Apa Saja yang Dibicarakan?

Sri Mulyani melakukan pertemuan bilateral dengan Managing Director IFC Makhtar Diop di Washington DC, Amerika Serikat. Apa saja yang dibicarakan?

Baca Selengkapnya

Prabowo Bertemu Tony Blair Bahas Strategi Pengentasan Kemiskinan hingga Pemberdayaan Ekonomi Lokal

9 hari lalu

Prabowo Bertemu Tony Blair Bahas Strategi Pengentasan Kemiskinan hingga Pemberdayaan Ekonomi Lokal

Tony Blair dan Prabowo Subianto berdiskusi membahas isu-isu global dan strategi untuk mewujudkan visi Indonesia menjadi negara maju

Baca Selengkapnya