Platform Ekonomi Capres Dinilai Tidak Realistis

Reporter

Editor

Senin, 7 Juni 2004 19:18 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:Para ekonom menilai platform ekonomi yang diusung semua pasangan calon presiden dan wakilnya tidak ada yang realistis. "Semua target (asumsi) ekonomi sukar dicapai jika langkah yang diambil konvensional seperti sekarang," kata Direktur Utama Institut for Development Economic and Finance (Indef) Fadhil Hasan di Jakarta, Senin (7/6).Semua pasangan sudah menyerahkan platform ekonomi dan politiknya ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) pekan lalu. Menurut Fadhil program kerja masing-masing calon juga hampir mirip satu sama lain. Ia menengarai hal itu disebabkan oleh masuknya pelbagai kepentingan dari tim sukses calon presiden dan wakil presiden, sehingga yang menonjol bukan ideologi partai calon presiden.Fadhil mencontohkan sasaran yang akan dicapai pasangan Megawati Soekarnoputri dan Hasyim Muzadi. Dengan target pertumbuhan sebesar 6,8 persen selama lima tahun dan menciptakan lapangan kerja baru sebesar 2,5 juta per tahun dinilainya target yang terlalu besar. "Mencapai pertumbuhan lima persen saja Mega telah gagal," katanya.Begitu pula dengan pasangan Wiranto-Shalahuddin Wahid, Susilo Bambang Yudoyono-Jusuf Kalla. Dua pasangan ini masing-masing menargetkan pertumbuhan 7-8 persen dan 7,6 persen. Sementara program penciptaan lapangan kerja dua calon ini masing-masing sebesar 3,2 persen per tahun dan 3,5 juta per tahun. Menurut Fadhil, target ini tidak realistis karena setiap satu persen pertumbuhan ekonomi sekarang baru bisa menyerap 280 ribu tenaga kerja baru. Pasangan Wiranto-Wahid mengusung program ekonomi jalur ganda, pembangunan ekonomi rakyat sekaligus dukungan pada konglomerat. Program Jaring Pengaman Sosial yang populer di zaman Habibie kembali akan diusung calon ini jika terpilih jadi presiden, juga kredit lunak, harga pangan rendah, dan peningkatan daya saing internasional. Sedangkan pasangan SBY-Kalla mengusung tiga langkah pembenahan moneter, seperti penurunan laju inflasi, stabilitas rupiah, dan penurunan SBI secara proporsional. Dalam bidang fiskal pasangan ini mengusung strategi formulasi APBN yang pro-lapangan kerja, pengelolaan utang publik, dan revitalisasi aset negara dan pengelolaan BUMN.Dua calon lainnya, Amien Rais-Siswono Yudhohusodo dan Hamzah Haz-Agum Gumelar, tidak mencatumkan target-target kuantitatif dalam platform ekonomi mereka. Para ekonom Indef bahkan menyebut platform ekonomi Hamzah-Agum "membingungkan karena kurang lugas." "Apa yang bisa dianalisis dari platform tanpa kuantitatif," cetus Direktur Indef Iman Sugema.Direktur Indef yang lain, Bustanul Arifin, juga mengkritik program ekonomi pasangan Amien-Siswono. Bustanul mengaku terkejut karena pasangan ini malah mengusung Trilogi Percepatan Kemajuan Bangsa yang tak lain adalah jargon pembangunan Orde Baru. "Padahal mereka benci Orde Baru," katanya. Trilogi itu adalah pertumbuhan ekonomi tinggi, pemerataan kesejahteraan rakyat, dan stabilitas dan normalitas di segala bidang.Bustanul juga menilai setiap pasangan tidak ada yang mencantumkan strategi yang logis untuk mencapai sasaran-sasaran yang dibuatnya. Strategi-strategi yang diajukan oleh setiap pasangan lebih banyak yang tidak mendukung setiap target yang dibuatnya. "Strategi setiap calon miskin detail," katanya.Iman Sugema mengakui jika target-target yang bombastis itu untuk keperluan kampanye presiden saja. Ia masih berharap target tersebut direvisi dengan strategi yang jelas untuk mencapainya jika satu pasangan sudah terpilih menjadi presiden. Ia juga menilai seluruh calon mengusung platform ekonomi yang sama yakni neoliberal. "Padahal ekonomi kita perlu pencerahan, " katanya.Ditanya mana calon yang paling realistis, para ekonom itu enggan menyebutkannya. "Kalau disebutkan dikira kami mendukung satu calon," kata ekonom Avilliani. Menurutnya, yang paling penting harus diusung para calon adalah kejelasan program ekonomi jangka pendek. "Yang paling mungkin saat ini adalah efesiensi anggaran pemerintah," katanya.Menurut Iman, target pertumbuhan ekonomi yang realistis saat ini sebesar 5,91 persen dari produk domestik bruto. Ini, menurutnya, angka pertumbuhan yang bisa berkelanjutan dengan laju investasi sebesar 22 persen dari PDB. "Kalau digenjot hingga 27 persen akan susah," katanya. Bagja Hidayat - Tempo News Room

Berita terkait

Warga Panama Selenggarakan Pemilihan Umum

4 jam lalu

Warga Panama Selenggarakan Pemilihan Umum

Warga Panama pada Minggu, 5 Mei 2024, berbondong-bondong memberikan hak suaranya dalam pemilihan umum untuk memilih presiden

Baca Selengkapnya

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

13 hari lalu

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

Meski tidak bersinggungan secara langsung dengan komoditas pangan Indonesia, namun konflik Iran-Israel bisa menggoncang logistik dunia.

Baca Selengkapnya

Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Prioritaskan Anggaran untuk Sektor Produktif

14 hari lalu

Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Prioritaskan Anggaran untuk Sektor Produktif

Di tengah konflik Iran-Israel, pemerintah mesti memprioritaskan anggaran yang bisa membangkitkan sektor bisnis lebih produktif.

Baca Selengkapnya

Partai Ummat dan Keluarga Bantah Kabar Amien Rais Meninggal: Pak Amien Sehat

28 hari lalu

Partai Ummat dan Keluarga Bantah Kabar Amien Rais Meninggal: Pak Amien Sehat

Pendiri sekaligus Ketua Majelis Syuro Partai Ummat, Amien Rais dikabarkan meninggal dunia.

Baca Selengkapnya

78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

32 hari lalu

78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

Hari ini kelahirannya, Sri Sultan Hamengkubuwono X tidak hanya sebagai figur penting dalam sejarah Yogyakarta, tetapi juga sebagai tokoh nasional yang dihormati.

Baca Selengkapnya

70 Tahun Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia, Tokoh Lahir dari GMNI Mulai Megawati hingga Ganjar Pranowo

43 hari lalu

70 Tahun Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia, Tokoh Lahir dari GMNI Mulai Megawati hingga Ganjar Pranowo

70 tahun lalu Kongres I GMNI diadakan di Surabaya pada 23 Maret 1954. Megawati, Siswono Yudo Husodo hingga Ganjar Pranowo lahir dari GMNI.

Baca Selengkapnya

Vonis 7 Anggota Nonaktif PPLN Kuala Lumpur Lebih Rendah daripada Tuntutan Jaksa, Ini Hal-hal yang Meringankan

45 hari lalu

Vonis 7 Anggota Nonaktif PPLN Kuala Lumpur Lebih Rendah daripada Tuntutan Jaksa, Ini Hal-hal yang Meringankan

Hakim juga menjatuhkan pidana denda kepada seluruh terdakwa PPLN Kuala Lumpur itu masing-masing sebesar Rp 5 juta.

Baca Selengkapnya

Ekonom Indef soal Dugaan Korupsi di LPEI: Padahal Ekspor Andalannya Pemerintahan Jokowi

45 hari lalu

Ekonom Indef soal Dugaan Korupsi di LPEI: Padahal Ekspor Andalannya Pemerintahan Jokowi

Ekonom Indef, Didin S. Damanhuri sangat prihatin atas dugaan korupsi yang terendus di lingkaran LPEI. Padahal, kata dia, ekspor adalah andalan pemerintahan Jokowi

Baca Selengkapnya

Imbas PPN Naik jadi 12 Persen, Indef Sebut Daya Saing Indonesia Bakal Turun

45 hari lalu

Imbas PPN Naik jadi 12 Persen, Indef Sebut Daya Saing Indonesia Bakal Turun

Kebijakan PPN di Tanah Air diatur dalam Undang-Undang-undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP).

Baca Selengkapnya

Tarif PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Indonesia Paling Tinggi di Asia Tenggara

46 hari lalu

Tarif PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Indonesia Paling Tinggi di Asia Tenggara

Peneliti Center of Industry, Trade, and Investment Indef Ahmad Heri Firdaus membandingkan besaran tarif PPN di Asia Tenggara.

Baca Selengkapnya