TEMPO Interaktif, Jakarta:Presiden Megawati Soekarnoputri berharap industri tekstil mulai memperhatikan hak atas kekayaan intelektual atas produk yang dihasilkan. Hal ini disampaikannya dalam pembukaan Pameran Produksi 2004 di Balai Sidang Jakarta, Rabu (26/5).Presiden mengatakan, masih banyak industri tekstil yang tersandung hak cipta dalam memenuhi order pesanannya. "Sering sekali dijumpai saat berusaha memenuhi pesanan untuk sebuah pola tertentu menghadapi tuntutan hukum karena di sana diakui sebagai hak cipta negara lain," kata dia. Presiden menekankan asosiasi tekstil dan asosiasi produk tekstil harus menjadi jembatan bagi industri memahami regulasi internasional yang berlaku. "Asosiasi harus lebih memperhatikan berbagai aturan dan praktek di dunia internasional yang penerapannya bisa menjadi hambatan nontarif," jelas Megawati yang saat itu didampingi suaminya Taufik Kiemas. Sementara itu, pemerintah bersama dunia usaha juga akan berusaha menyusun strategi pemasaran supaya industri bisa tetap kompetitif."Saya berharap pameran ini bisa menjadi isyarat positif bagi bangkitnya industri tekstil Indonesia," kata Presiden. Industri harus bisa memanfaatkan momentum dari hulu hingga hilir. "Tapi perlu juga mengupayakan kiat-kiat baru untuk membuka sekaligus mengamankan pasar yang ada. Apalagi persaingan semakin sengit," kata dia. Megawati menekankan kemampuan menciptakan pola atau desain khas Indonesia sangat penting, termasuk menjaga dan memelihara desain sebagai sebuah karya cipta. "Di sini pentingnya HAKI, karena jika diabaikan bisa menjadi pangkal kelemahan industri tekstil Indonesia," kata dia. Pembukaan pameran ini juga dihadiri Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso, Menteri Lingkungan Hidup Nabiel Makarim, Menteri Luar Negeri Hasan Wirayudha dan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Rini MS Soewandi. Pameran ini terdiri pameran tekstil dan produk tekstil serta festival makanan Indonesia yang berlangsung 26-30 Mei 2004.Anastasya Andriarti/Suryani Ika Sari - Tempo News Room