Permintaan Dolar Domestik Hambat Apresiasi Rupiah  

Reporter

Editor

viva

Kamis, 13 September 2012 17:11 WIB

Rupiah. Tempo/Aditia Noviansyah

TEMPO.CO, Jakarta - Sikap para pelaku pasar yang berhati-hati menjelang dirilisnya pengumuman dari Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) nanti malam membuat penguatan rupiah kembali tertahan.

Sebagian investor domestik, yang melakukan investasinya hanya untuk jangka pendek, kembali melepas posisi rupiah setelah kemarin berhasil menguat dan kembali memegang posisi dolar AS.

Pengamat pasar uang dari PT Monex Investindo Futures, Yohanes Ginting, mengemukakan, pelemahan rupiah kali ini memang agak anomali. Di tengah terdepresiasinya dolar AS terhadap mata uang utama dunia, mata uang lokal justru melemah.

“Kemungkinan karena dari faktor domestik, di mana permintaan dolar AS dari korporasi masih tinggi seiring meningkatnya biaya impor di tengah berkurangnya pasokan dolar AS dari para eksportir akibat menurunnya permintaan global,” katanya. Melebarnya defisit transaksi perdagangan Indonesia masih menjadi salah satu ganjalan bagi rupiah untuk menguat lebih jauh.

Di transaksi pasar uang hari ini, Kamis, 13 September 2012, nilai tukar rupiah ditutup melemah 9 poin (0,09 persen) ke posisi 9.577 per dolar AS.

Dipertahankannya suku bunga acuan BI Rate di level terendahnya, 5,75 persen, oleh Bank Indonesia tidak mampu memberikan dukungan bagi penguatan rupiah. Dilihat dari kebijakan, bank sentral memang cukup bagus. Di tengah perlambatan ekonomi global, BI tidak harus memangkas suku bunganya. “Sebenarnya ini bagus buat rupiah,” kata Yohanes.

Pasar kemungkinan mengantisipasi bahwa nanti malam The Fed tidak akan mengumumkan kebijakan pembelian obligasi lanjutan sehingga mereka lebih memilih untuk memegang dolar AS. Data ekonomi AS yang tidak terlalu jelek dan menurunnya angka pengangguran menjadi 8,1 persen bisa menjadi alasan bagi Bernanke untuk menunda pembelian obligasi. Dan bila ini terjadi, kemungkinan dolar AS bisa berbalik menguat.

Namun, sebagian ada yang optimistis bahwa Bank Sentral AS akan segera menggulirkan stimulus lanjutan (QE3) mengikuti langkah Bank Sentral Eropa (ECB) pekan lalu. Keprihatinan Bernanke terhadap pasar tenaga kerja dan masih rapuhnya ekonomi AS membuat para investor akan segera mengambil langkah lanjutan untuk mendorong pertumbuhan.

Peluang The Fed untuk mengumumkan kebijakan moneter lanjutan adalah 60 berbanding 40. “Namun, peluang The Fed belum akan mengumumkan stimulus tetap ada,” ucapnya.

Ada kemungkinan The Fed hanya akan melakukan pembelian obligasi pemerintah jangka panjang dan menjual obligasi dengan tenor jangka pendek, seperti yang dilakukan sebelumnya, yang dikenal dengan operation twist. Atau bank sentral akan memperpanjang suku bunga acuannya di level terendahnya untuk jangka waktu yang lebih lama.

Apabila The Fed benar melakukan pembelian obligasi, jumlahnya tidak sebesar sebelumnya, US$ 600 miliar. Sejak terjadi krisis finansial 2008, The Fed telah melakukan pembelian obligasi senilai US$ 2,3 triliun untuk menopang perekonomian AS.

VIVA B. KUSNANDAR

Berita Terpopuler:

Hartati Murdaya Tak Takut Walau Ditembak Mati

Tewas Gara-gara Perbesar Penis dengan Silikon

Alasan Indonesia Terpilih Tuan Rumah Miss World

Meriah Halal Bihalal Jokowi di Kelapa Gading

KONI Minta PSSI Djohar Jangan Seperti Anak-anak

Berita terkait

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

6 jam lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

14 jam lalu

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di angka Rp 16.088 pada perdagangan akhir pekan ini.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Nilai Tukar Rupiah Terus Melemah, Astra Tebar Dividen Rp 21 T

3 hari lalu

Terkini Bisnis: Nilai Tukar Rupiah Terus Melemah, Astra Tebar Dividen Rp 21 T

Nilai tukar rupiah ditutup melemah pada levep Rp 16.259 per dolar AS pada perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Nilai Tukar Rupiah Makin Merosot, Rp 16.255 per USD

4 hari lalu

Nilai Tukar Rupiah Makin Merosot, Rp 16.255 per USD

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 45 poin ke level Rp 16.255 per USD dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

7 hari lalu

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

Pada perdagangan Kamis, kurs rupiah ditutup melemah pada level Rp 16.187 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Nilai Tukar Rupiah Hari Ini Diyakini Menguat, Pasar Respons Kemenangan Prabowo-Gibran

8 hari lalu

Nilai Tukar Rupiah Hari Ini Diyakini Menguat, Pasar Respons Kemenangan Prabowo-Gibran

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini masih akan menguat pada rentang Rp 16.110 - Rp 16.180. Pasar merespons kemenangan Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Putusan MK Tak Pengaruhi Rupiah, Indofarma Masih Tunggak Gaji Karyawan

10 hari lalu

Terkini Bisnis: Putusan MK Tak Pengaruhi Rupiah, Indofarma Masih Tunggak Gaji Karyawan

Ekonom menyebut putusan MK terkait sidang sengketa Pilpres tak banyak mempengaruhi nilai tukar rupiah.

Baca Selengkapnya

Ekonom Sebut Putusan MK Tak Beri Pengaruh Signifikan terhadap Nilai Tukar Rupiah

10 hari lalu

Ekonom Sebut Putusan MK Tak Beri Pengaruh Signifikan terhadap Nilai Tukar Rupiah

Yusuf Wibisono menilai bukan putusan MK yang memberi pengaruh terhadap nilai tukar rupiah, melainkan konflik geopolitik dan kebijakan The Fed.

Baca Selengkapnya

Pelemahan Rupiah dan IHSG Berlanjut, Airlangga: Indonesia Masih Lebih Baik

10 hari lalu

Pelemahan Rupiah dan IHSG Berlanjut, Airlangga: Indonesia Masih Lebih Baik

Kendati terjadi pelemahan rupiah, Airlangga mengklaim rupiah masih lebih baik dibanding mata uang lain. IHSG juga diklaim lebih baik dari negara lain.

Baca Selengkapnya

Peneliti Paramadina Sebut Nilai Tukar Rupiah Melemah Bukan karena Konflik Iran-Israel

10 hari lalu

Peneliti Paramadina Sebut Nilai Tukar Rupiah Melemah Bukan karena Konflik Iran-Israel

Nilai tukar rupiah yang melemah menambah beban karena banyak utang pemerintah dalam denominasi dolar AS.

Baca Selengkapnya