Dow Jones Gapai Level Tertingginya Sejak 2007

Reporter

Editor

viva

Rabu, 12 September 2012 07:17 WIB

Suasana di New York Stock Exchange (30/9). Harga minyak yang turun akibat penolakan Kongres Amerika terhadap rencana paket suntikan dana menyebabkan Bursa di Amerika juga turun. Foto: AFP/Richard Drew

TEMPO.CO, New York - Saham – saham di bursa Wall Street pada perdagangan Selasa kemarin berhasil menguat karena optimisme di kalangan investor menjelang keputusan pengadilan Jerman dan pertemuan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed). Walhasil indeks Dow Jones ditutup pada level tertingginya dalam lima tahun terakhir.

“ada harapan sedikit sekarang, tapi optimisme yang agak hati-hati,” kata Rabert Pavlik, kepala strategi pasar dari Banyan Partners, mengutip peluang bank sentral untuk memperkuat perekonomian.

Indeks saham berhasil menguat empat kali dalam lima perdagangan terakhir. Dow Jones pada perdagangan semalam ditutup naik 69,07 poin (0,5 persen) menjadi 13.323,36. Dimana Bank of America (BAC) menguat 5,24 persen memimpin kenaikan dari 24 saham komponen Dow Jones yang naik, dari 30 emiten. Penutupan kali ini merupakan posisi tertingginya sejak Desember 2007.

Indeks S&P 500 juga menguat 4,48 poin (0,03 persen) ke 1.433,56, dipimpin oleh kenaikan saham energi dan finansial, sedangkan sektor utilitas dan konsumer justru melemah. Sementara dengan indeks saham teknologi Nasdaq hanya naik tipis 0,51 poin (0,02 persen) ke level 3.104,53 karena turunya saham Apple Inc (APPL) menjelang peluncuran iPhone baru.
Volume perdagangan di bursa Amerika pada perdagangan selasa mendekati 3,5 miliar saham. Dimana hampir 667 juta saham di perdaganngkan di bursa New York.

Dalam sebuah pernyataanya Selasa kemarin, Moody’s Investor Services mengatakan bahwa AS bisa kehilangan posisi teratasnya kecuali anggota parlemen mencapai kesepakatan untuk memotong jumlah utangnya terhadap Produk Domestik Bruto dalam pembicaraan anggaran tahun depan. Pernyataan lembaga pemeringkat tersebut setidaknya mendorong konggres untuk segera melakukan negoisasi untuk mencapai kompromi. “Anda harus segera bereaksi agar bisa segera keluar dari masalah ini,” kata Pavlik.

Mata uang dolar AS cenderung turun terhadap euro sehingga imbal hasil obligasi pemerintah AS (Treasury) untuk tenor 10 tahun naik menjadi 1,693 persen. Harga minyak untuk kontrak bulan Oktober naik 0,7 persen menjadi US$ 97,17 per barel di bursa komoditas New York. Demikian pula dengan harga emas juga menguat US$ 3,1 menjadi US$ 1.734,9.

Pengadilan tertinggi Jerman mengatakan bahwa hari ini akan memutuskan negaranya meratifikasi program Mekanisme Stabilitas Eropa (ESM), dengan menolak banding anggota parlemen untuk menunda keputusannya, setelah Bank Sentral Eropa melakukan pembelian obligasi dengan dana tak terbatas di negara yang bermasalah.

Mulai hari ini The Fed juga akan melakukan pertemuan dua harinya dan pasar menunggu langkah dari bank sentral untuk merangsang perekonomian. Setidaknya pasar berharap untuk memperpanjang tingkat suku bunga pada level terendahnya, namun banyak yang berharap adanya stimulus lanjutan (QE3).

MARKETWATCH / VIVA BUDY K.

Berita terkait

IHSG Diperkirakan Menguat, Terpengaruh Sentimen Domestik dan Global

8 hari lalu

IHSG Diperkirakan Menguat, Terpengaruh Sentimen Domestik dan Global

IHSG hari ini, Senin, 6 Mei 2024 dibuka menguat 36,86 poin atau 0,52 persen ke posisi 7.171,58

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

17 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Hari Ini IHSG Diperkirakan Menguat, Saham Apa Saja yang Potensial Dilirik?

22 hari lalu

Hari Ini IHSG Diperkirakan Menguat, Saham Apa Saja yang Potensial Dilirik?

Analis PT Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada memperkirakan IHSG pada awal pekan ini menguat bila dibandingkan pekan lalu. Apa syaratnya?

Baca Selengkapnya

Senin Depan, BEI Terapkan Full Call Auction di Papan Pemantauan Khusus

54 hari lalu

Senin Depan, BEI Terapkan Full Call Auction di Papan Pemantauan Khusus

BEI akan menerapkan mekanisme perdagangan lelang berkala secara penuh atau full call auction di Papan Pemantauan Khusus pada Senin pekan depan.

Baca Selengkapnya

Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun

25 Februari 2024

Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun

Aliran modal asing tetap surplus kendati ada penjualan Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), karena jumlah modal masuk ke pasar saham jauh lebih besar.

Baca Selengkapnya

Microsoft Salip Apple di Pasar Saham dengan Keunggulan AI

30 Januari 2024

Microsoft Salip Apple di Pasar Saham dengan Keunggulan AI

Para investor sepakat bahwa Microsoft berkembang jauh lebih signifikan dibanding Apple, bahkan untuk lima tahun ke depan.

Baca Selengkapnya

Israel Selidiki Investor Untung Jutaan Dollar karena Sudah Antisipasi Serangan Hamas 7 Oktober

5 Desember 2023

Israel Selidiki Investor Untung Jutaan Dollar karena Sudah Antisipasi Serangan Hamas 7 Oktober

Israel sedang menyelidiki klaim peneliti AS bahwa beberapa investor mungkin telah mengetahui sebelumnya tentang rencana serangan Hamas

Baca Selengkapnya

Potensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual

4 Desember 2023

Potensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi menjelaskan bahwa ke depan potensi bursa karbon masih cukup besar.

Baca Selengkapnya

BEI Ungkap Penyebab Sepinya Bursa Karbon Dibandingkan dengan Bursa Saham

30 November 2023

BEI Ungkap Penyebab Sepinya Bursa Karbon Dibandingkan dengan Bursa Saham

Dari sisi transaksi bursa karbon tercatat sudah ada lebih dari 490 ribu ton dengan nilai harga jual karbon terakhir senilai Rp 59.200.

Baca Selengkapnya

2024, BEI Bidik Nilai Transaksi Harian Rp 12,25 Triliun

26 Oktober 2023

2024, BEI Bidik Nilai Transaksi Harian Rp 12,25 Triliun

PT Bursa Efek Indonesia (BEI) membidik rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) pada tahun 2024 sebesar Rp 12,25 triliun pada tahun 2024.

Baca Selengkapnya