TEMPO.CO, Jakarta - Otoritas Bursa Efek Indonesia mulai pembukaan perdagangan sesi pertama tadi mencabut suspensi atas saham PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL). Pencabutan dilakukan setelah perseroan menyerahkan bukti pembayaran utang obligasi yang jatuh tempo 4 September 2012 lalu.
Wakil Direktur Utama Bakrie Telecom Jastiro Arbi mengatakan bukti pembayaran tertanggal 3 September 2012 tersebut menunjukkan bahwa BTEL menyelesaikan utang obligasi sesuai jatuh tempo. “Hal ini membuktikan pernyataan spekulatif beberapa analis bahwa BTEL gagal bayar tidak berdasar,” kata dia Rabu 4 September 2012.
Dalam siaran pers kepada Tempo, Jastiro sekaligus meminta maaf karena target pembayaran sehari lebih cepat dari tenggat tidak bisa terwujud lantaran pada 3 September 2012 bursa Amerika Serikat libur. Kendala lain, proses konversi dolar AS butuh waktu sehingga pembayaran baru diterima pemegang obligasi pagi ini.
Kemarin, Bursa Efek Indonesia menghentikan sementara perdagangan saham BTEL akibat perusahaan tersebut belum menyetor uang pembayaran pokok dan bunga obligasinya yang jatuh tempo 4 September 2012 kepada Kustodian Sentral Efek Indonesia selaku agen pembayar.
Suspensi itu, kata Jastiro, untuk menghindari spekulasi oleh pelaku pasar baik melalui pernyataan maupun perbuatan yang justru akan merugikan pemegang saham publik. "Kami sangat menyayangkan spekulasi beberapa analis yang tanpa didukung dasar yang kuat," kata Presiden Direktur BTEL Anindya Bakrie.
Selain soal pembayaran utang obligasi, BTEL juga melakukan pemulihan kinerja perseroan melalui program back on track. Inti program ini adalah revitalisasi organisasi, efisiensi operasi, penguatan distribusi di wilayah Jakarta, Banten, dan Jawa Barat; perluasan jaringan, dan pengembangan layanan data baik secara organik maupun anorganik melalui akuisisi Sampoerna Telekomunikasi Indonesia.
Untuk itu perseroan meningkatkan modal melalui transaksi non-preemptive right issue (penerbitan saham baru/NPR) senilai hampir Rp 900 miliar serta pinjaman dari konsorsium yang difasilitasi Credit Suisse senilai US$ 50 juta.
Dari total penjualan saham baru, sebanyak Rp 557 miliar merupakan dana tunai yang berasal dari Bakrie Global Ventura dan sisanya ditukar dengan saham Sampoerna Telekomunikasi.
Dengan transaksi NPR di harga saham Rp 265 atau hampir dua kali lipat dari harga saham BTEL di pasar, Grup Bakrie berkomitmen penuh terhadap pengembangan perseroan ke depan dan menjadi pemegang 6,8 persen saham BTEL.
Dari total dana tunai yang terkumpul, sebanyak Rp 650 miliar digunakan untuk pembayaran obligasi yang jatuh tempo 4 September 2012 dan sisanya untuk pengembangan usaha mendukung revitalisasi perseroan.
EFRI RITONGA
Berita terkait
IHSG Diperkirakan Menguat, Terpengaruh Sentimen Domestik dan Global
12 menit lalu
IHSG hari ini, Senin, 6 Mei 2024 dibuka menguat 36,86 poin atau 0,52 persen ke posisi 7.171,58
Baca SelengkapnyaBI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini
8 hari lalu
BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.
Baca SelengkapnyaHari Ini IHSG Diperkirakan Menguat, Saham Apa Saja yang Potensial Dilirik?
14 hari lalu
Analis PT Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada memperkirakan IHSG pada awal pekan ini menguat bila dibandingkan pekan lalu. Apa syaratnya?
Baca SelengkapnyaSenin Depan, BEI Terapkan Full Call Auction di Papan Pemantauan Khusus
45 hari lalu
BEI akan menerapkan mekanisme perdagangan lelang berkala secara penuh atau full call auction di Papan Pemantauan Khusus pada Senin pekan depan.
Baca SelengkapnyaPekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun
25 Februari 2024
Aliran modal asing tetap surplus kendati ada penjualan Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), karena jumlah modal masuk ke pasar saham jauh lebih besar.
Baca SelengkapnyaMicrosoft Salip Apple di Pasar Saham dengan Keunggulan AI
30 Januari 2024
Para investor sepakat bahwa Microsoft berkembang jauh lebih signifikan dibanding Apple, bahkan untuk lima tahun ke depan.
Baca SelengkapnyaIsrael Selidiki Investor Untung Jutaan Dollar karena Sudah Antisipasi Serangan Hamas 7 Oktober
5 Desember 2023
Israel sedang menyelidiki klaim peneliti AS bahwa beberapa investor mungkin telah mengetahui sebelumnya tentang rencana serangan Hamas
Baca SelengkapnyaPotensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual
4 Desember 2023
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi menjelaskan bahwa ke depan potensi bursa karbon masih cukup besar.
Baca SelengkapnyaBEI Ungkap Penyebab Sepinya Bursa Karbon Dibandingkan dengan Bursa Saham
30 November 2023
Dari sisi transaksi bursa karbon tercatat sudah ada lebih dari 490 ribu ton dengan nilai harga jual karbon terakhir senilai Rp 59.200.
Baca Selengkapnya2024, BEI Bidik Nilai Transaksi Harian Rp 12,25 Triliun
26 Oktober 2023
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) membidik rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) pada tahun 2024 sebesar Rp 12,25 triliun pada tahun 2024.
Baca Selengkapnya