Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Muara Tawar. TEMPO/Fransiskus.S
TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Indonesia terus mendorong pengembangan eksplorasi gas nonkonvensional. Direktur Jenderal Minyak dan Gas, Evita H. Legowo, mengharapkan sebelum akhir tahun, terdapat lima kontrak wilayah kerja coal bed methane (CBM) baru yang ditandatangani. "Saya harapkan sebelum akhir tahun ini tanda tangan kontrak lagi sekitar lima wilayah. Sebagian besar antara Sumatera Selatan dan Kalimantan," katanya di Jakarta, Kamis, 30 Agustus 2012.
Evita mengatakan dari 50 kontrak CBM, sudah empat wilayah kerja yang berproduksi. Ia berharap hingga akhir tahun ada enam atau tujuh lapangan yang berproduksi. "Produksinya kecil, 0,3 ada juga 0,4 (mmscfd). Karena gas unconventional ini produksinya sedikit, tapi masa produksinya panjang," kata Evita.
Meskipun jumlahnya kecil, Evita mengaku produksi CBM merupakan prestasi karena baru dimulai pada 2008. Indonesia memiliki potensi cadangan gas CBM sebesar 453 triliun kaki kubik, lebih besar daripada cadangan gas konvensional sebesar 152 triliun kaki kubik.
Pemerintah menargetkan produksi gas dari CBM sebesar 500 mmscfd pada 2015. CBM adalah gas yang didapat dari lapisan batubara. Saat ini gas CBM sudah dimanfaatkan oleh PLN untuk pembangkit listrik sejak akhir 2011. Gas ini dipasok oleh Virginia Indonesia Company (VICO) dengan harga US$ 7,5 per mmbtu.