Kenaikan Yield Obligasi Pemerintah Berlanjut  

Reporter

Editor

viva

Selasa, 28 Agustus 2012 10:44 WIB

Seorang petugas saat melihat aktivitas perdagaan bursa di gedung Bursa Efek Jakarta (BEJ), Jakarta, Rabu (13/6). TEMPO/Aditia Noviansyah

TEMPO.CO, Jakarta - Kenaikan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah masih berlanjut pada perdagangan kemarin. Hal ini terlihat dari naiknya kurva IBPA-IGSYC (IBPA-Indonesia Government Securities Yield Curve) sebesar 4,4 bps di sepanjang tenor 1-30 tahun.

Berdasarkan masing-masing kelompok tenor, tercatat rata-rata imbal hasil di tenor panjang mengalami peningkatan tertinggi. Rata-rata yield pada tenor pendek (1-4 tahun) naik 1,2 basis point (bps), untuk tenor sedang (5-7 tahun) naik 4,1 bps, dan untuk tenor panjang (8-30 tahun) juga naik 4,9 bps.

Nilai tukar rupiah kemarin juga ditransaksikan melemah 15 poin (0,16 persen) menjadi 9.534 per dolar Amerika Serikat.

“Belum adanya sentimen yang mampu meningkatkan gairah investor di pasar obligasi membuat aksi risk aversion (keengganan mengambil risiko) masih terlihat setelah libur panjang Lebaran,” kata Tumpal Sihombing, Corporate Secretary Indonesia Bond Price Agency (IBPA).

GBIX-effective yield index (indeks yang hanya menghitung keuntungan dari pergerakan yield) mengalami peningkatan 0,62 persen ke level 6,2162 persen dari sebelumnya 6,1785 persen. Sedangkan GBIX-clean price index (indeks yang hanya menghitung keuntungan dari pergerakan harga) mengalami penurunan 0,4103 poin (0,31 persen) ke posisi 130,0586 dari posisi sebelumnya 130,4689.

Sejalan dengan turunnya harga obligasi, maka GBIX-total return index (indeks yang menghitung semua potensi keuntungan) juga turun 0,4533 poin (0,25 persen) ke 182,4892 dari sebelumnya di 182,9425.

Di awal pekan kemarin, menurut Tumpal, aktivitas perdagangan obligasi mulai menampakkan peningkatan meskipun antusias investor sepertinya masih mengalami ganjalan karena belum adanya kepastian global serta minimnya sentimen positif di pasar domestik. Total frekuensi tercatat naik 45,57 persen menjadi 345 kali dari sehari sebelumnya 237 kali transaksi, terutama terjadi pada tenor pendek.

Sebaliknya, total volume tercatat menurun tipis sebesar 3,03 persen menjadi Rp 3,71 triliun dari perdagangan sebelumnya Rp 3,82 triliun. Obligasi pemerintah yang paling aktif diperdagangkan adalah seri FR0058, dengan volume Rp 1,08 triliun dan frekuensi 109 kali. Sedangkan untuk obligasi korporasi adalah Obligasi Medco Energy International III tahun 2012 (MEDCO03), dengan volume Rp 56 miliar dan frekuensi 10 kali.

Dari faktor global, yang menjadi fokus pasar saat ini masih terkait dengan zona Eropa dan Amerika Serikat. Investor sedang menantikan keputusan Gubernur Bank Sentral AS (The Fed) di akhir pekan ini. “Sementara di Eropa juga sedang menunggu hasil pertemuan Bank Sentral Eropa (ECB), langkah yang akan diambil untuk meredam imbas dari krisis utang kawasan yang berkepanjangan,” ujarnya.

Hari ini, pemerintah akan kembali mengadakan lelang Surat Utang Negara dengan target indikatif senilai Rp 6 triliun dalam lima seri, yakni SP12130812, FR0060, FR0063, FR0065, serta FR0062.

VIVA B. KUSNANDAR

Berita terpopuler

OJK Buka Lowongan 2500 Pegawai

Menteri Dahlan Ogah Bantu Merpati Lagi

Dahlan : Pembangunan 15 Pabrik Rampung Tahun 2013

Benahi Armada, Merpati Sewa Boeing Next Generation

Proyek Monorail Jakarta Tak Gunakan APBD




Berita terkait

CIMB Niaga Dorong Masyarakat Giat Investasi dengan Dana Mulai Rp 10 Ribu

30 hari lalu

CIMB Niaga Dorong Masyarakat Giat Investasi dengan Dana Mulai Rp 10 Ribu

CIMB Niaga mendorong masyarakat untuk giat berinvestasi, salah satunya dengan menempatkan dana dengan nominal paling terjangkau mulai dari Rp 10 ribu.

Baca Selengkapnya

BRI Tawarkan ORI025, Pilihan Aman Bagi Investor Lama dan Pemula

3 Februari 2024

BRI Tawarkan ORI025, Pilihan Aman Bagi Investor Lama dan Pemula

ORI025 menggunakan jenis kupon tetap atau fixed rate

Baca Selengkapnya

DBS Ungkap Peluang Investasi Kuartal I 2024, Obligasi Sangat Menjanjikan

24 Januari 2024

DBS Ungkap Peluang Investasi Kuartal I 2024, Obligasi Sangat Menjanjikan

DBS Group Research memproyeksikan investasi aset-aset yang berisiko lebih menjanjikan. Obligasi korporasi dengan peringkat A atau BBB yang terbaik.

Baca Selengkapnya

Tertinggi Setelah Vietnam, Pasar Saham RI Menguat 2,71 Persen pada Desember 2023

9 Januari 2024

Tertinggi Setelah Vietnam, Pasar Saham RI Menguat 2,71 Persen pada Desember 2023

OJK optimistis industri pasar modal Indonesia masih tumbuh luas untuk semakin memberikan kontribusi optimal bagi perekonomian nasional.

Baca Selengkapnya

Dana Pihak Ketiga Perbankan Rendah, Ekonom Sebut Milenial Lebih Suka Simpan Duit di Saham

29 Desember 2023

Dana Pihak Ketiga Perbankan Rendah, Ekonom Sebut Milenial Lebih Suka Simpan Duit di Saham

Ekonom senior Indef Aviliani mengatakan pertumbuhan dana pihak ketiga perbankan hanya 4 persen.

Baca Selengkapnya

Kreditur Obligasi Waskita Karya Belum Setuju Skema Restrukturisasi, Ini Kata Stafsus Erick Thohir

19 Desember 2023

Kreditur Obligasi Waskita Karya Belum Setuju Skema Restrukturisasi, Ini Kata Stafsus Erick Thohir

Stafsus Erick Thohir menanggapi kreditur obligasi Waskita Karya yang belum menyetujui skema restrukturisasi.

Baca Selengkapnya

Obligasi dan Sukuk untuk Pembiayaan IKN Nusantara

14 Desember 2023

Obligasi dan Sukuk untuk Pembiayaan IKN Nusantara

Ruang bagi Otorita IKN Nusantara menerbitkan obligasi dan sukuk sudah terbuka dengan adanya klausul dalam revisi UU IKN Nusantara.

Baca Selengkapnya

Obligasi Waskita Karya Terancam Masalah Keuangan, Asosiasi Asuransi Bicara Tata Kelola Investasi

30 November 2023

Obligasi Waskita Karya Terancam Masalah Keuangan, Asosiasi Asuransi Bicara Tata Kelola Investasi

Ketua Dewan Pengurus AAJI Budi Tampubolon menjelaskan bahwa pengurus AAJI selalu menyampaikan prinsip kehati-hatian dalam tata kelola investasi kepada anggotanya.

Baca Selengkapnya

Bos AAJI Buka Suara soal Obligasi Industri Asuransi di Waskita Karya yang Terancam Masalah Keuangan

30 November 2023

Bos AAJI Buka Suara soal Obligasi Industri Asuransi di Waskita Karya yang Terancam Masalah Keuangan

Waskita Karya mengalami masalah keuangan yakni gagal bayar bunga dan pelunasan obligasi perseroan.

Baca Selengkapnya

Ternyata Ini Alasan Saham Waskita Karya Terancam Delisting dari Bursa

28 November 2023

Ternyata Ini Alasan Saham Waskita Karya Terancam Delisting dari Bursa

PT Waskita Karya (Persero) Tbk. berpotensi bakal delisting saham dari BEI karena beberapa alasan. Apa saja penyebabnya?

Baca Selengkapnya