Ternyata Stiker BBM Cepet Luntur

Reporter

Editor

Rabu, 8 Agustus 2012 05:01 WIB

Stiker bertuliskan "Mobil Ini Tidak Menggunakan BBM Bersubsidi" di kendaraan Dinas pemerintahan Jabar di pelataran Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat, Senin (4/6). TEMPO/Aditya Herlambang Putra

TEMPO.CO , Jakarta: Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas), Andy Sommeng, mengaku kecewa dengan stiker pembatasan babahan bakar minyak untuk kendaraan pemerintah dan badan usaha milik negara di Jabodetabek. Salah satunya karena stiker sudah mulai luntur padahal baru dua bulan dipakai.

"Saya agak marah juga karena stikernya jelek," kata Andy ketika ditemui di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta.

Namun, Andy menjanjikan kualitas stiker untuk pembatasan di Jawa dan Bali akan lebih baik. Tak tanggung-tanggung, BPH Migas mengucurkan dana hampir Rp 2 miliar untuk pengadaan stiker tersebut.

"Laporan Sekretariat untuk 200 ribu stiker itu mendekati Rp 2 miliar. Satu stiker besar Rp 7.500, yang kecil Rp 2.500. Kualitas sekarang lebih bagus karena komite sudah marah-marah," kata Andy.

Andy mengatakan, stiker baru akan ditempel di sisi dalam kaca mobil sehingga tak cepat rusak. Andy sendiri mengaku tak tahu berapa biaya pengadaan 60 ribu lembar stiker tahap pertama yang dilakukan Direktorat Jenderal Minyak dan gas Kementerian Energi dan Sumber Daya Minereal.

Menurut dia, penggunaan stiker untuk pembatasan konsumsi BBM saat ini masih tanggung efeknya. Jika pembatasan ingin efektif, stiker harus dilengkapi chip radio frequency identification (RFID). Penggunaan RFID itu bisa mengontrol konsumsi BBM dari sisi permintaan dan pasokan.

"Sekarang chip itu murah, berkisar Rp 3.000 sampai Rp 5.000. Kalau mau diterapkan bisa cepat, perlu waktu 6 bulan sampai 1 tahun karena harus membangun jaringan," katanya.

Meskipun demikian, Andy mengaku maklum jika pelaksanaan stikerisasi ini masih banyak kekurangan. Soalnya, langkah ini baru untuk internal pemerintah dan dilakukan dalam waktu singkat.

Akibat gagal menaikkan harga BBM bersubsidi pada April 2012, pemerintah melarang penggunaan BBM bersubsidi pada kendaraan dinas instansi pemerintah, BUMN, dan BUMD. Kendaraan yang dilarang mengonsumsi BBM bersubsidi dibedakan dengan ditempeli stiker khusus. Larangan ini berlaku mulai 1 Juni 2012 di kawasan Jabodetabek dan untuk seluruh Jawa dan Bali berlaku mulai 1 Agustus 2012.

Kebijakan ini diharapkan menghemat konsumsi premium sebanyak 135 ribu kiloliter atau setara dengan subsidi Rp 542 miliar.

BERNADETTE CHRISTINA



Terpopuler:
1 Juta Buruh Ancam Mogok Pasca-Lebaran

Dahlan: Satelit Gagal Luncur, Itu Sudah Resiko

Telkom Tunggu Konfirmasi Hilangnya Satelit

Survei: Konsumsi Rokok Lebih Tinggi Ketimbang Susu

Ini Kesepakatan Tim 7 Soal Jembatan Selat Sunda

Suzuki Siapkan 40 Bengkel Hadapi Arus Mudik

Soal Jembatan Selat Sunda, Ada Perjanjian Khusus

Produksi Sel Surya, Len Kucurkan Rp 434 Miliar

Presiden Tak Puas Ekonomi Cuma Tumbuh 6,4 Persen

Kantor AirAsia Regional Pindah ke Jakarta

Berita terkait

Pertamina: Kenaikan Harga BBM Jangan Dikaitkan dengan Aplikasi MyPertamina

4 September 2022

Pertamina: Kenaikan Harga BBM Jangan Dikaitkan dengan Aplikasi MyPertamina

Kenaikan harga BBM tak menyurutkan rencana perseroan membatasi penyaluran Pertalite dan Solar agar tepat sasaran.

Baca Selengkapnya

Puasa, Pertamina Tambah Stok BBM di Kalimantan

11 Mei 2017

Puasa, Pertamina Tambah Stok BBM di Kalimantan

Pertamina Balikpapan akan menambah kuota BBM selama puasa sebesar 7 persen.

Baca Selengkapnya

Jokowi Minta Impor BBM Ditekan

5 Januari 2017

Jokowi Minta Impor BBM Ditekan

Presiden Joko Widodo mengingatkan separuh dari kebutuhan BBM dalam negeri dipenuhi dari impor.

Baca Selengkapnya

Pertamina dan AKR Jadi Penyalur BBM Tertentu 2017

25 November 2016

Pertamina dan AKR Jadi Penyalur BBM Tertentu 2017

Pemerintah menunjuk badan usaha penyalur bahan bakar minyak (BBM) tertentu dan penugasan 2017.

Baca Selengkapnya

Premium Belum Jadi Dihapus, Ini Sebabnya  

30 September 2016

Premium Belum Jadi Dihapus, Ini Sebabnya  

Pemerintah belum bisa mewujudkan rencana penghapusan bahan bakar minyak jenis Premium kendati masyarakat mulai beralih dari Premium.

Baca Selengkapnya

Libur Panjang, Konsumsi BBM Pertamina Naik 10 Persen

6 Mei 2016

Libur Panjang, Konsumsi BBM Pertamina Naik 10 Persen

Pertamina memproyeksikan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) untuk transportasi mengalami kenaikan sekitar 10 persen saat libur panjang.

Baca Selengkapnya

Kementerian ESDM: Premium di Jakarta Bisa Dihapus  

3 Februari 2016

Kementerian ESDM: Premium di Jakarta Bisa Dihapus  

Pemerintah akan melihat aspek untung-rugi menghapus Premium.

Baca Selengkapnya

Ini Beda Premium, Pertalite, Pertamax, dan Pertamax Plus

25 Juni 2015

Ini Beda Premium, Pertalite, Pertamax, dan Pertamax Plus

Pertalite sudah disetujui DPR untuk dipasarkan.

Baca Selengkapnya

Antisipasi Lebaran, Pertamina Tambah Impor Premium  

16 Juni 2015

Antisipasi Lebaran, Pertamina Tambah Impor Premium  

Dalam kondisi normal, konsumsi Premium rata-rata 76.258 kiloliter per hari.

Baca Selengkapnya

Pertamina Klaim Pertalite Lebih Ramah Lingkungan  

22 April 2015

Pertamina Klaim Pertalite Lebih Ramah Lingkungan  

Emisi karbon Pertalite di bawah Premium.

Baca Selengkapnya