BI Sudah Lacak Aset Pemilik BDB dab Bank Asiatic di Luar Negeri

Reporter

Editor

Kamis, 22 April 2004 18:54 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta: Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Anwar Nasution menegaskan pihaknya telah melacak dan mengikat aset-aset pemilik saham Bank Dagang Bali dan Bank Asiatic di luar negeri. "Sehingga mereka tidak akan bisa menghilangkan jejak aset-aset itu," katanya di Jakarta, Kamis (22/4).Pengikatan aset-aset pemilik dua bank yang dibekukan itu, kata Anwar, diperlukan sebagai jaminan atas semua dana nasabah maupun pihak lain yang terkait dengan dua bank tersebut. "Kalau aset bank masih kurang, aset pribadi pemilik bank harus dimasukan, termasuk rumah tinggalnya," kata Anwar dengan nada tinggi.Namun, hingga saat ini Bank Indonesia belum mengambil alih aset-aset lain sehingga jumlah aset yang sudah ditangani BI belum bertambah dari jumlah semula saat dibekukan dua pekan lalu. BI kini mengikat Rp 1 triliun aset Bank Dagang Bali dan Rp 300 miliar dari Bank Asiatic.Menurut Anwar pemilik dua bank itu dan BI sudah meneken kesepakatan menyerahkan aset-aset yang jika hasil penghitungan aset oleh Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan menyatakan jumlah aset masih kurang. Perhitungan BPKP itu akan dijadikan acuan pembayaran dana nasabah atau kepada pihak terkait lainnya.Ia menambahkan, BI masih punya waktu untuk membentuk tim likuidasi yang akan menangani aset-aset dua bank tersebut sambil menunggu selesainya verifikasi oleh BPKP. Menurut Anwar pembentukan tim likuidasi selambat-lambatnya dua bulan setelah suatu bank dibekukan. Sementara itu, pesangon karyawan dua bank itu, kata Anwar, akan mengacu pada Undang-Undang Tenaga Kerja. Selain itu pengaturan lainnya disepakati dalam Rapat Umum Pemegang Saham antara karyawan dengan pengelola bank. "Itu bukan urusan Bank Indonesia," katanya. Namun, dalam RUPS yang digelar kemarin dua pihak gagal menyepakati jumlah pesangon untuk bekas karyawan.Direktur Jenderal Lembaga Keuangan Departemen Keuangan Darmin Nasution menambahkan pembayaran dana nasabah pada Senin pekan depan akan dilakukan untuk jenis tabungan lebih dulu. "Karena tabungan nasabah jumlahnya kecil saja," ujarnya. Darmin menolak menyebutkan berapa batas dana nasabah yang akan dibayar itu.PT Bank Negara Indonesia Tbk merupakan bank pemerintah yang ditunjuk untuk membayar dana nasabah itu. "Sementara untuk deposito, giro dan dana pihak terkait lainnya, karena jumlahnya besar, belum diputuskan kapan pembayarannya," kata Darmin. BNI akan membayar dana nasabah sebesar Rp 2,3 triliunDarmin menambahkan, hingga perhitungan sementara saat ini tidak ditemukan adanya rekening fiktif yang dimiliki dua bank itu. Jika ada perbedaan perhitungan jumlah rekening yang dilakukan oleh BPKP dan yang diserahkan hal itu disebabkan banyaknya rekening-rekening yang bersaldo nol rupiah. "Jadi meskipun jumlahnya rekeningnya berkurangnya, jumlah dananya tetap sama," katanya.Jumlah BDB, dalam laporannya ke BI Denpasar Februari lalu, lebih dari 408 ribu nasabah. Namun setelah dihitung ulang, jumlah nasabah yang aktif hanya setengahnya dari jumlah yang dilaporkan. Bagja Hidayat - Tempo News Room

Berita terkait

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

1 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

1 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

2 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

4 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

5 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

5 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

5 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

6 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

6 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

6 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya