Pinjaman untuk IMF Dinilai Tidak Tepat

Reporter

Editor

Selasa, 3 Juli 2012 04:54 WIB

REUTERS/Jonathan Ernst

TEMPO.CO , Jakarta: Ekonom dari Institute for Development of Economic and Finance (INDEF), Aviliani, menilai bahwa pinjaman kepada IMF adalah hal yang tidak tepat. \"Kalaupun kita tidak memberikan bantuan, tidak ada konsekuensinya. Mengapa harus memberikan bantuan bagi IMF?” kata dia kepada Tempo.

Menurut dia, ketimbang memberikan bantuan kepada IMF, pemerintah seharusnya menganggarkan dana infrastruktur, perbaikan defisit anggaran, dan antisipasi krisis Eropa. Aviliani tidak yakin DPR akan mengabulkan permintaan pemerintah itu. \"Ini bukanlah sesuatu yang mendesak. Seharusnya mementingkan anggaran bagi perekonomian dalam negeri.”



Wakil Ketua Komisi Keuangan DPR, Harry Azhar Azis, mengatakan kontribusi tambahan modal untuk IMF ini harus dibicarakan dulu oleh pemerintah kepada DPR. “Kalau pemerintah mengeluarkan dana tanpa persetujuan DPR, itu ilegal,\" ujarnya.



Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan pemerintah masih mengkaji rencana pemberian pinjaman kepada Dana Moneter International (IMF) sebesar US$ 1 miliar atau Rp 9,5 triliun. \"Keputusan itu ada di tangan Presiden, tapi Indonesia sebagai anggota G-20 selayaknya turut berpartisipasi,\" ujarnya.



Kesepakatan antarnegara anggota G-20 untuk memberikan kontribusi modal kepada IMF ini telah disepakati dalam konferensi tingkat tinggi yang digelar di Meksiko beberapa waktu lalu. Negara-negara anggota G-20 bersepakat memberikan kontribusi untuk memperkuat permodalan IMF, yang nantinya akan disalurkan kepada negara-negara yang terkena imbas krisis ekonomi.

Bambang menuturkan, sebelum berkontribusi, terlebih dulu pemerintah akan mempertimbangkan faktor kebutuhan yang ada di dalam negeri. Kontribusi itu, kata dia, dapat dilakukan dengan cara membeli surat berharga yang ditawarkan oleh IMF. Pembelian surat berharga dipastikan tidak akan menggunakan dana anggaran pendapatan dan belanja negara, melainkan melalui cadangan devisa negara. \"Karena pembelian surat berharga tersebut nantinya untuk pengelolaan devisa masing-masing.”

Menurut dia, beberapa negara sudah memutuskan berkontribusi dengan menyumbang dana dalam jumlah tertentu, seperti Singapura (US$ 4 miliar), Cina (US$ 43 miliar), dan Jepang (US$ 60 miliar). Indonesia, jika memang ingin berkontribusi, diperkirakan paling banyak akan menyumbang sebesar US$ 1 miliar. “Pembelian surat berharga IMF ini tidak merugikan negara karena uang yang dikeluarkan akan tetap menjadi aset negara,” kata Bambang.

GUSTIDHA | SATWIKA | SETIAWAN

Advertising
Advertising
IMF

Berita terkait

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

2 hari lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Temui Wapres, Bahas Mitigasi Dampak Geopolitik Timur Tengah

5 hari lalu

Sri Mulyani Temui Wapres, Bahas Mitigasi Dampak Geopolitik Timur Tengah

Menteri Keuangan Sri Mulyani menemui Wakil Presiden Maruf Amin untuk melaporkan hasil pertemuan IMF-World Bank Spring Meeting dan G20 yang saya hadiri di Washington DC. pekan lalu. Dalam pertemuan itu, Sri Mulyani pun membahas mitigasi dampak geopolitik di Timur Tengah.

Baca Selengkapnya

Dampak Serangan Houthi, Volume Perdagangan Lewat Terusan Suez Anjlok hingga 50 Persen

58 hari lalu

Dampak Serangan Houthi, Volume Perdagangan Lewat Terusan Suez Anjlok hingga 50 Persen

Volume perdagangan lewat Terusan Suez turun hingga 50 persen dalam dua bulan pertama 2024 akibat serangan Houthi.

Baca Selengkapnya

Profil Shehbaz Sharif, Dua Kali Pemenang Posisi Perdana Menteri Pakistan

4 Maret 2024

Profil Shehbaz Sharif, Dua Kali Pemenang Posisi Perdana Menteri Pakistan

Shehbaz Sharif, yang kembali menjabat perdana menteri Pakistan untuk kedua kali, telah memainkan peran penting dalam menyatukan koalisi yang berbeda.

Baca Selengkapnya

Setelah Bertemu Para Menkeu, Sri Mulyani Berkunjung ke Pasar dan Museum di Brasil

3 Maret 2024

Setelah Bertemu Para Menkeu, Sri Mulyani Berkunjung ke Pasar dan Museum di Brasil

Menteri Keuangan Sri Mulyani menghabiskan sisa waktunya di So Paulo Brasil dengan mengunjungi museum dan pasar. Begini cerita perjalanannya.

Baca Selengkapnya

Shehbaz Sharif Terpilih sebagai Perdana Menteri Pakistan untuk Kedua Kali

3 Maret 2024

Shehbaz Sharif Terpilih sebagai Perdana Menteri Pakistan untuk Kedua Kali

Shehbaz Sharif mengalahkan Omar Ayub dan kembali menduduki posisi Perdana Menteri Pakistan yang ditinggalkannya pada Agustus tahun lalu.

Baca Selengkapnya

Partai Independen Dukungan Imran Khan Raih Suara Terbanyak dalam Pemilu Pakistan

12 Februari 2024

Partai Independen Dukungan Imran Khan Raih Suara Terbanyak dalam Pemilu Pakistan

Hasil akhir pemilu Pakistan menempatkan partai independen, dukungan mantan PM Imran Khan yang dipenjara, memimpin dengan 93 dari 264 kursi.

Baca Selengkapnya

Pemilu Pakistan Diganggu ISIS, Lima Polisi Tewas di Hari Pemungutan Suara

8 Februari 2024

Pemilu Pakistan Diganggu ISIS, Lima Polisi Tewas di Hari Pemungutan Suara

ISIS mengganggu pemilu Pakistan, sedikitnya lima polisi tewas dalam serangan militan ketika negara itu melakukan pemungutan suara.

Baca Selengkapnya

Kemenkeu Optimistis Pertumbuhan Ekonomi RI Tembus 5,2 Persen di 2024, Ini Sebabnya

7 Februari 2024

Kemenkeu Optimistis Pertumbuhan Ekonomi RI Tembus 5,2 Persen di 2024, Ini Sebabnya

Kementerian Keuangan memperrkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih kuat pada 2024. Apa sebabnya?

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Dorong Pendanaan Berkelanjutan untuk Atasi Perubahan Iklim

29 Januari 2024

Sri Mulyani Dorong Pendanaan Berkelanjutan untuk Atasi Perubahan Iklim

Indonesia turut mengalami dampak dari perubahan iklim ekstrem, Sri Mulyani bilang, pendanaan berkelanjutan bisa menjadi jawaban untuk mengatasi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya