TEMPO.CO, Jakarta - Kurva yield obligasi pemerintah (IPBA-IGYSC) kembali tertekan naik pada perdagangan Rabu, 9 Mei 2012 kemarin, seiring memburuknya kondisi Eropa.
Kenaikan imbal hasil (yield) tercepat terjadi pada tenor panjang (8-10 tahun) dengan kenaikan rata-rata 4,4 basis point (bps), disusul tenor menengah (5-7 tahun) naik 2,8 bps, dan tenor pendek (1-4 tahun) naik 1,8 bps. Selisih imbal hasil tenor dua tahun dengan sepuluh tahun kembali melemah 3 bps, dari kisaran 163 bps menjadi 166 bps. Pelebaran ini mengindikasikan masih maraknya aksi jual di tenor panjang.
Koreksi harga Surat Utang Negara (SUN) seri benchmark masih terjadi kemarin. Pelemahan justru lebih dalam dari penutupan sebelumnya. Harga SUN seri FR0059 turun 100 bps menjadi 104,0 dan mendorong imbal hasilnya naik 10,23 bps menjadi 6,5766 persen.
Obligasi acuan seri FR0061 harganya turun 83,06 bps menjadi 106,0421, sementara imbal hasilnya naik 10,77 bps menjadi 6,1817persen. Sedangkan seri FR0058 harganya turun 51,97 bps menjadi 114,4021, sementara yield-nya naik 4,35 bps menjadi 6,9208 persen.
Corporate Secretary dari Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Tumpal Sihombing menjelaskan perkembangan di kawasan Eropa yang semakin mengkhawatirkan membuat harga obligasi jatuh sehingga mendorong kenaikan imbal hasilnya.
Ada dua hal yang membuat kondisi Eropa semakin memburuk. Pertama, pemerintah Spanyol yang melakukan bailout bank terbesar ketiga dari ukuran aset, yakni Bankia, memberikan sinyal awal krisis perbankan di Negeri Matador tersebut dan mulai menjadi persoalan serius.
Kedua, para pemimpin Eropa berencana memberikan dana talangan bagi Yunani setelah perkembangan politik di negara itu yang makin memanas. “Kubu oposisi di Yunani dikabarkan berencana menggagalkan kesepakatan penghematan anggaran belanja Yunani,” tuturnya.
Semakin memburuknya kondisi Eropa membuat credit default swap (CDS) Indonesia untuk tenor lima tahun naik ke level tertingginya dalam tiga bulan terakhir dan menyentuh level 190,66, atau naik 12,16 bps dibanding hari sebelumnya di 178,5.
Indeks obligasi pemerintah yang hanya menghitung pergerakan harganya (GBIX-Clean Price) turun 0,3924 poin (0,3 persen) menjadi 130,6083. Demikian pula indeks obligasi yang menghitung semua potensi imbal hasil (GBIX-Total Return) juga terkoreksi 0,4885 poin (0,27 persen) ke level 179,0227. Sementara indeks yang menghitung perubahan imbal hasil (GBIX-Effective Yield) naik 0,65 persen menjadi 6,0690 persen.
Maraknya aksi jual di pasar sekunder terutama terjadi pada obligasi pemerintah bertenor panjang dan listing-nya enam obligasi korporasi baru, yakni berkelanjutan I BCA Finance 1 Tahun 2012 seri A, B, C dan D. Ditambah lagi dua obligasi korporasi PT Mayora Indah (MYOR04) dan (SMKMYOR02) menjadi faktor pendorong naiknya total volume perdagangan.
Volume perdagangan kemarin naik 40,6 peresn dari Rp 3,5 triliun menjadi Rp 4,9 triliun, sementara frekuensi perdagangan naik 30,2 persen menjadi 431 transaksi. Obligasi pemerintah seri FR0058 masih menjadi obligasi teraktif dengan volume Rp 1,3 triliun dan 131 transaksi, sedangkan obligasi yang listing kemarin, yakni obligasi IV Mayora Indah tahun 2012, menjadi obligasi korporasi teraktif dengan volume Rp 103 miliar dengan transaksi 21 kali.
VIVA B. KUSNANDAR
Berita terkait
CIMB Niaga Dorong Masyarakat Giat Investasi dengan Dana Mulai Rp 10 Ribu
35 hari lalu
CIMB Niaga mendorong masyarakat untuk giat berinvestasi, salah satunya dengan menempatkan dana dengan nominal paling terjangkau mulai dari Rp 10 ribu.
Baca SelengkapnyaBRI Tawarkan ORI025, Pilihan Aman Bagi Investor Lama dan Pemula
3 Februari 2024
ORI025 menggunakan jenis kupon tetap atau fixed rate
Baca SelengkapnyaDBS Ungkap Peluang Investasi Kuartal I 2024, Obligasi Sangat Menjanjikan
24 Januari 2024
DBS Group Research memproyeksikan investasi aset-aset yang berisiko lebih menjanjikan. Obligasi korporasi dengan peringkat A atau BBB yang terbaik.
Baca SelengkapnyaTertinggi Setelah Vietnam, Pasar Saham RI Menguat 2,71 Persen pada Desember 2023
9 Januari 2024
OJK optimistis industri pasar modal Indonesia masih tumbuh luas untuk semakin memberikan kontribusi optimal bagi perekonomian nasional.
Baca SelengkapnyaDana Pihak Ketiga Perbankan Rendah, Ekonom Sebut Milenial Lebih Suka Simpan Duit di Saham
29 Desember 2023
Ekonom senior Indef Aviliani mengatakan pertumbuhan dana pihak ketiga perbankan hanya 4 persen.
Baca SelengkapnyaKreditur Obligasi Waskita Karya Belum Setuju Skema Restrukturisasi, Ini Kata Stafsus Erick Thohir
19 Desember 2023
Stafsus Erick Thohir menanggapi kreditur obligasi Waskita Karya yang belum menyetujui skema restrukturisasi.
Baca SelengkapnyaObligasi dan Sukuk untuk Pembiayaan IKN Nusantara
14 Desember 2023
Ruang bagi Otorita IKN Nusantara menerbitkan obligasi dan sukuk sudah terbuka dengan adanya klausul dalam revisi UU IKN Nusantara.
Baca SelengkapnyaObligasi Waskita Karya Terancam Masalah Keuangan, Asosiasi Asuransi Bicara Tata Kelola Investasi
30 November 2023
Ketua Dewan Pengurus AAJI Budi Tampubolon menjelaskan bahwa pengurus AAJI selalu menyampaikan prinsip kehati-hatian dalam tata kelola investasi kepada anggotanya.
Baca SelengkapnyaBos AAJI Buka Suara soal Obligasi Industri Asuransi di Waskita Karya yang Terancam Masalah Keuangan
30 November 2023
Waskita Karya mengalami masalah keuangan yakni gagal bayar bunga dan pelunasan obligasi perseroan.
Baca SelengkapnyaTernyata Ini Alasan Saham Waskita Karya Terancam Delisting dari Bursa
28 November 2023
PT Waskita Karya (Persero) Tbk. berpotensi bakal delisting saham dari BEI karena beberapa alasan. Apa saja penyebabnya?
Baca Selengkapnya