TEMPO.CO, Jakarta - Polemik membengkaknya subsidi bahan bakar minyak (BBM) kerap memaksa pemerintah menggelar rapat mendadak membahas pembatasan dan kenaikan harga BBM bersubsidi. Salah satu pejabat yang dinanti wartawan adalah Wakil Menteri Energi Sumber Daya Mineral Widjadjono Partowidagdo.
Guru besar Institut Teknologi Bandung (ITB) ini tidak sekadar mudah melayani pertanyaan wartawan. Celetukan Pak Wid--begitu ia biasa kami panggil--dengan gaya bahasa Jawa medoknya membuat wartawan selalu tersenyum.
Sebulan setelah dilantik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Pak Wid hadir mendadak di Kantor Kementerian Keuangan pada Jumat 18 November 2011 pukul sembilan pagi. Beberapa wartawan menanti Pak Wid dan pejabat lain yang dikabarkan sedang membahas membengkaknya subsidi BBM akibat harga minyak mentah dunia melambung tinggi di atas asumsi anggaran.
Satu jam setengah dari kehadiran, Pak Wid keluar dengan menenteng tas bertulisan judul seminar. Tas hitam itu ia peluk di dada menggunakan tangan kanannya. Tangan kirinya sibuk dengan ponsel Nexian berklebet garis orange yang mencolok. Pak Wid menyembulkan senyumannya dengan mata yang awas di balik rambutnya yang gondrong tak beraturan.
Gerak-gerik Pak Wid mengundang kami menghampirinya. "Pak Wid, sebentar, tadi rapat BBM, ya?" tanya Raden Jihad Akbar, wartawan media daring. Pak Wid menghentikan langkah, ia membenarkan rapat yang dihadirinya membahas pembengkakan subsidi. Pak Wid meneruskan penjelasannya. Pemerintah, lanjut Pak Wid, menyiapkan aturan pelarangan penggunaan BBM bersubsidi jenis Premium bagi pemilik kendaraan pribadi roda empat.
"Pokoknya mobil pribadi ndak boleh pakai Premium, nanti dikasih pilihan bahan bakar gas," katanya dengan aksen Jawa yang kental. "Mobil pribadi tahun lama juga tidak boleh?" ujar Tempo melanjutkan pertanyaan. "Ndak boleh, mobil pribadi berarti sugih (kaya)," Pak Wid menuturkan.
Pembatasan BBM bersubsidi, Pak Wid menambahkan, akan diterapkan di Pulau Jawa dan Bali. Namun Pak Wid tidak memerinci bagaimana teknis pembatasan tersebut. Wartawan yang mengikuti langkah Pak Wid menuju mobil dinasnya terus menyergap dengan pertanyaan. "Teknis pembatasan piye (bagaimana) Pak?" kata wartawan.
Pak Wid enteng menjawab, "Ya emboh tanya sana karo menterine." Jawaban Pak Wid yang disampaikan sangat medok itu membuat beberapa wartawan tertawa. Pak Wid masih diserbu pertanyaan-pertanyaan wartawan. Kali ini salah satu wartawan bertanya mengenai sumur minyak yang berproduksi dan tidak. Ia antusias memperhatikan pertanyaan, "Nah, kalau pertanyaan ini, kalian kudu baca buku saya."
Ajudan dan pengawal Pak Wid terbengong melihat aksi Pak Wid yang membuka bagasi dan mengeluarkan tumpukan buku berbungkus plastik. Tak sedikit pun Pak Wid memerintah pengawalnya untuk membantunya. Pak Wid menarik tali yang mengikat tumpukan buku itu dan membagi tiga buku kepada wartawan. Buku berjudul Migas dan Energi di Indonesia itu ditulis oleh Pak Wid setebal 428 halaman. "Baca buku ini, setelah itu boleh tanya," ujarnya sembari tersenyum.
Aksi Pak Wid membagi buku sangat mujarab menghentikan wartawan yang terus melempar pertanyaan. Buku yang dibagi Pak Wid itu menarik perhatian. Beberapa wartawan membuka dan melirik isi buku dalam daftar isian. Pak Wid mulai menguasai keadaan. "Kalau sudah dibaca jangan lupa sama saya, ya," kata Pak Wid sembari membuka pintu bagian depan. Ia menutup dan membuka pintu mobilnya sendiri yang jarang dilakukan oleh pejabat menteri lainnya.
Kini, tak ada lagi celetukan Pak Wid setelah rapat koordinasi tentang BBM. Suami doktor ekonomi Universitas Indonesia Ninasapti Triaswati itu telah meninggal dunia pada Sabtu, 21 April 2012. Ayah Kristal Amalia yang lahir pada 16 September 1951 itu diduga mendapatkan serangan jantung saat mendaki Gunung Tambora Nusa Tenggara Barat.
AKBAR TRI KURNIAWAN
Berita Terkait
Wamen Widjajono Meninggal Dunia Saat Evakuasi ke Pos 2
Jero Wacik Jemput Jenazah Wamen Widjajono
Wamen Widjajono Didampingi Dua Petugas Pos Tambora
Rencananya, Wamen ESDM Dievakuasi ke Denpasar
Upaya Evakuasi Wamen ESDM