BI Pangkas Suku Bunga, Rupiah Susut 37 Poin  

Reporter

Editor

Kamis, 9 Februari 2012 17:49 WIB

Gubernur Bank Indonesia (BI) Darmin Nasution (kiri), didampingi Deputi Gubernur BI S Budi Rochadi memberi keterangan pers di Jakarta. TEMPO/Eko Siswono Toyudho

TEMPO.CO, Jakarta - Melemahnya mata uang Asia terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akibat data ekonomi Jepang dan Cina yang kurang bagus membebani rupiah. Turunnya aktivitas mesin di Jepang serta inflasi Cina yang melebihi ekspektasi membuat mata uang regional, termasuk rupiah, terdepresiasi.

Data order mesin utama Jepang turun 7,1 persen dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 14,8 persen. Juga lebih buruk dari perkiraan analis, yakni turun 4,8 persen. Data inflasi Cina bulan lalu mencapai 4,5 persen, lebih tinggi dari bulan sebelumnya 4,1 persen, juga lebih besar dari perkiraan pasar 4,0 persen. Hal ini membuat bursa dan mata uang Asia mengalami pelemahan.

“Tumbuhnya optimisme investor bahwa Yunani akan segera mendapatkan bantuan karena mulai merealisasikan pengetatan anggaran mampu meredakan kecemasan di pasar,” ujar Tony Maryano, pengamat pasar uang dari PT Harvest Internasional.

Di pasar uang hari ini, Kamis, 9 Februari 2012, rupiah ditutup melemah 37 poin (0,41 persen) ke level 8.956 per dolar AS. Sebagian besar mata uang Asia sore ini melemah terhadap dolar AS. Won Korea Selatan turun 0,0250 menjadi 1.115,72 per dolar AS, ringgit Malaysia melemah 0,0055 poin ke 3,0085, serta baht Thailand juga terdepresiasi 0,06 poin ke 30,75 per dolar AS.

Tingginya inflasi Cina yang merupakan negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia serta penggerak ekonomi Asia membuat pasar berharap akan ada stimulus untuk mendorong pertumbuhan. Adanya harapan kucuran dana talangan Yunani mendorong apresiasi Yunani membuat pelemahan mata uang Asia juga terbatas.

Dari faktor domestik, pemangkasan suku bunga acuan BI rate 25 basis poin menjadi 5,75 persen sedikit membebani pergerakan rupiah, sehingga gagal merapat ke level 8.900 per dolar AS. Dalam jangka pendek, turunnya suku bunga negatif bagi rupiah, tapi untuk jangka panjang justru positif.

Rendahnya inflasi dan tetap tumbuhnya ekonomi domestik menjadi alasan bagi Bank Indonesia kembali menurunkan suku bunga patokannya. “Melambatnya pertumbuhan ekonomi global seiring dengan terjadinya krisis Eropa membuat kebijakan bank sentral saat ini lebih pro-pertumbuhan,” ucapnya.

VIVA B. KUSNANDAR

Berita terkait

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

2 hari lalu

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

Pada perdagangan Kamis, kurs rupiah ditutup melemah pada level Rp 16.187 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Nilai Tukar Rupiah Hari Ini Diyakini Menguat, Pasar Respons Kemenangan Prabowo-Gibran

3 hari lalu

Nilai Tukar Rupiah Hari Ini Diyakini Menguat, Pasar Respons Kemenangan Prabowo-Gibran

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini masih akan menguat pada rentang Rp 16.110 - Rp 16.180. Pasar merespons kemenangan Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Putusan MK Tak Pengaruhi Rupiah, Indofarma Masih Tunggak Gaji Karyawan

5 hari lalu

Terkini Bisnis: Putusan MK Tak Pengaruhi Rupiah, Indofarma Masih Tunggak Gaji Karyawan

Ekonom menyebut putusan MK terkait sidang sengketa Pilpres tak banyak mempengaruhi nilai tukar rupiah.

Baca Selengkapnya

Ekonom Sebut Putusan MK Tak Beri Pengaruh Signifikan terhadap Nilai Tukar Rupiah

5 hari lalu

Ekonom Sebut Putusan MK Tak Beri Pengaruh Signifikan terhadap Nilai Tukar Rupiah

Yusuf Wibisono menilai bukan putusan MK yang memberi pengaruh terhadap nilai tukar rupiah, melainkan konflik geopolitik dan kebijakan The Fed.

Baca Selengkapnya

Pelemahan Rupiah dan IHSG Berlanjut, Airlangga: Indonesia Masih Lebih Baik

5 hari lalu

Pelemahan Rupiah dan IHSG Berlanjut, Airlangga: Indonesia Masih Lebih Baik

Kendati terjadi pelemahan rupiah, Airlangga mengklaim rupiah masih lebih baik dibanding mata uang lain. IHSG juga diklaim lebih baik dari negara lain.

Baca Selengkapnya

Peneliti Paramadina Sebut Nilai Tukar Rupiah Melemah Bukan karena Konflik Iran-Israel

6 hari lalu

Peneliti Paramadina Sebut Nilai Tukar Rupiah Melemah Bukan karena Konflik Iran-Israel

Nilai tukar rupiah yang melemah menambah beban karena banyak utang pemerintah dalam denominasi dolar AS.

Baca Selengkapnya

Rupiah Diprediksi Menguat di Tengah Putusan MK, Penutupan Perdagangan Rp 16.237

6 hari lalu

Rupiah Diprediksi Menguat di Tengah Putusan MK, Penutupan Perdagangan Rp 16.237

Rupiah diprediksi dan tak terpengaruh dengan putusan MK. Rupiah spot hari ini ditutup pada Rp 16.237 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Konflik Iran-Israel Disebut Perparah Nilai Tukar Rupiah, BI Diminta Naikkan Suku Bunga

6 hari lalu

Konflik Iran-Israel Disebut Perparah Nilai Tukar Rupiah, BI Diminta Naikkan Suku Bunga

Konflik Timur Tengah ini dikhawatirkan akan bereskalasi menjadi perang yang lebih besar. Nilai tukar rupiah semakin melemah.

Baca Selengkapnya

Nilai Tukar Rupiah Melemah, Ini Industri yang Untung dan Buntung

6 hari lalu

Nilai Tukar Rupiah Melemah, Ini Industri yang Untung dan Buntung

Industri tekstil, pakan ternak, pupuk, hingga gandum yang kerap mengandalkan bahan baku impor menangis di tengah pelemahan nilai tukar rupiah.

Baca Selengkapnya

Terpopuler Bisnis: Jalan Tol Palembang - Betung Ditarget Rampung 2025, Rupiah Makin Keok

9 hari lalu

Terpopuler Bisnis: Jalan Tol Palembang - Betung Ditarget Rampung 2025, Rupiah Makin Keok

Kementerian PUPR menargetkan Jalan Tol Palembang - Betung selesai pada 2025. Untuk itu butuh tambahan tim percepatan.

Baca Selengkapnya