Investment Grade, Penerbitan Obligasi Makin Ramai

Reporter

Editor

Kamis, 26 Januari 2012 19:27 WIB

ANTARA/Widodo S. Jusuf

TEMPO.CO, Jakarta -Setelah mendapatkan predikat layak investasi atau investment grade dari dua lembaga pemeringkat, Fitch Ratings dan Moody's, penerbitan obligasi Indonesia diprediksi bakal bertumbuh. Ini terlihat dengan banyaknya penawaran global bond Indonesia yang berdenominasi dolar Amerika Serikat pada akhir 2011 hingga awal tahun ini.

"Bahkan dengan memperoleh yield dan kupon terendah sepanjang masa untuk masing-masing tenor yang ditawarkan," ujar Presiden Direktur PT Penilai Harga Efek Indonesia, Ignatius Girendroheru, Kamis, 26 Januari 2012.

Pada 17 Januari lalu, penerbitan global bond memiliki bunga yang rendah yaitu 5,25 persen. Jika S&P menyusul lembaga pemeringkat lainnya memberikan peringkat layak investasi, dia yakin obligasi akan meningkat lebih tinggi.

"Dengan kondisi saat ini saja sudah bagus. Karena ada sejumlah negara yang ingin membeli surat utang dari negara yang memiliki investment grade," katanya.

Perlambatan ekonomi global yang mulai terasa sejak tahun lalu itu, menurutnya, harus selalu diwaspadai. Eropa diprediksi mengalami perlambatan ekonomi -0,2 persen hingga akhir tahun ini. Sedangkan Amerika Serikat hanya tumbuh 2,1 persen.

Meski dibayangi oleh perlambatan ekonomi dan krisis global, Indonesia masih bisa bertahan dengan kuatnya permintaan domestik dan tidak bergantungnya perekonomian Indonesia dengan luar negeri. Ini yang menyebabkan obligasi dalam negeri masih terus bertumbuh sepanjang tahun lalu.

Pada 2011, total penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) bruto mencapai Rp 211,2 triliun. Ini tumbuh 26 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan total penerbitan obligasi korporasi mencapai Rp 45,08 triliun atau meningkat 15,39 persen dibandingkan 2010.

"Pada tahun ini, pemerintah menargetkan penerbitan SBN bruto mencapai Rp 240,33 triliun," katanya.

Penerbitan obligasi pada tahun ini juga didorong oleh besarnya obligasi yang akan jatuh tempo hingga akhir 2012 yang mencapai Rp 117,42 triliun. Itu terdiri dari obligasi pemerintah sebanyak Rp 91,1 triliun dan obligasi korporasi Rp 26,32 triliun.

Peningkatan jumlah obligasi ini juga didorong karena adanya kebiasaan dari pemerintah maupun korporasi yang mengeluarkan obligasi untuk membayar obligasi yang jatuh tempo dengan menerbitkan obligasi kembali (debt switching).

Penerbitan obligasi korporasi juga akan meningkat dibandingkan tahun lalu. Ini melihat semakin besarnya kebutuhan korporasi, khususnya sektor perbankan dan pembiayaan untuk memperoleh dana segar.

"Korporasi merasa menerbitkan obligasi lebih murah ketimbang meminjam di perbankan," ujarnya.

SUTJI DECILYA

Berita terkait

CIMB Niaga Dorong Masyarakat Giat Investasi dengan Dana Mulai Rp 10 Ribu

35 hari lalu

CIMB Niaga Dorong Masyarakat Giat Investasi dengan Dana Mulai Rp 10 Ribu

CIMB Niaga mendorong masyarakat untuk giat berinvestasi, salah satunya dengan menempatkan dana dengan nominal paling terjangkau mulai dari Rp 10 ribu.

Baca Selengkapnya

BRI Tawarkan ORI025, Pilihan Aman Bagi Investor Lama dan Pemula

3 Februari 2024

BRI Tawarkan ORI025, Pilihan Aman Bagi Investor Lama dan Pemula

ORI025 menggunakan jenis kupon tetap atau fixed rate

Baca Selengkapnya

DBS Ungkap Peluang Investasi Kuartal I 2024, Obligasi Sangat Menjanjikan

24 Januari 2024

DBS Ungkap Peluang Investasi Kuartal I 2024, Obligasi Sangat Menjanjikan

DBS Group Research memproyeksikan investasi aset-aset yang berisiko lebih menjanjikan. Obligasi korporasi dengan peringkat A atau BBB yang terbaik.

Baca Selengkapnya

Tertinggi Setelah Vietnam, Pasar Saham RI Menguat 2,71 Persen pada Desember 2023

9 Januari 2024

Tertinggi Setelah Vietnam, Pasar Saham RI Menguat 2,71 Persen pada Desember 2023

OJK optimistis industri pasar modal Indonesia masih tumbuh luas untuk semakin memberikan kontribusi optimal bagi perekonomian nasional.

Baca Selengkapnya

Dana Pihak Ketiga Perbankan Rendah, Ekonom Sebut Milenial Lebih Suka Simpan Duit di Saham

29 Desember 2023

Dana Pihak Ketiga Perbankan Rendah, Ekonom Sebut Milenial Lebih Suka Simpan Duit di Saham

Ekonom senior Indef Aviliani mengatakan pertumbuhan dana pihak ketiga perbankan hanya 4 persen.

Baca Selengkapnya

Kreditur Obligasi Waskita Karya Belum Setuju Skema Restrukturisasi, Ini Kata Stafsus Erick Thohir

19 Desember 2023

Kreditur Obligasi Waskita Karya Belum Setuju Skema Restrukturisasi, Ini Kata Stafsus Erick Thohir

Stafsus Erick Thohir menanggapi kreditur obligasi Waskita Karya yang belum menyetujui skema restrukturisasi.

Baca Selengkapnya

Obligasi dan Sukuk untuk Pembiayaan IKN Nusantara

14 Desember 2023

Obligasi dan Sukuk untuk Pembiayaan IKN Nusantara

Ruang bagi Otorita IKN Nusantara menerbitkan obligasi dan sukuk sudah terbuka dengan adanya klausul dalam revisi UU IKN Nusantara.

Baca Selengkapnya

Obligasi Waskita Karya Terancam Masalah Keuangan, Asosiasi Asuransi Bicara Tata Kelola Investasi

30 November 2023

Obligasi Waskita Karya Terancam Masalah Keuangan, Asosiasi Asuransi Bicara Tata Kelola Investasi

Ketua Dewan Pengurus AAJI Budi Tampubolon menjelaskan bahwa pengurus AAJI selalu menyampaikan prinsip kehati-hatian dalam tata kelola investasi kepada anggotanya.

Baca Selengkapnya

Bos AAJI Buka Suara soal Obligasi Industri Asuransi di Waskita Karya yang Terancam Masalah Keuangan

30 November 2023

Bos AAJI Buka Suara soal Obligasi Industri Asuransi di Waskita Karya yang Terancam Masalah Keuangan

Waskita Karya mengalami masalah keuangan yakni gagal bayar bunga dan pelunasan obligasi perseroan.

Baca Selengkapnya

Ternyata Ini Alasan Saham Waskita Karya Terancam Delisting dari Bursa

28 November 2023

Ternyata Ini Alasan Saham Waskita Karya Terancam Delisting dari Bursa

PT Waskita Karya (Persero) Tbk. berpotensi bakal delisting saham dari BEI karena beberapa alasan. Apa saja penyebabnya?

Baca Selengkapnya