Kesepakatan Utang Eropa Antar Dow Jones Tembus Level 12.000  

Reporter

Editor

Jumat, 28 Oktober 2011 07:22 WIB

AP/Thomas Lohnes

TEMPO Interaktif, New York – Kesepakatan dalam mengatasi krisis utang Eropa memicu indeks Dow Jones melonjak hampir 340 poin dan menembus level 12.000. Indeks S&P juga mencatatkan kenaikan bulanan terbaiknya sejak 1974. Investor merasa lega setelah para pemimpin Eropa berhasil mencapai kesepakatan untuk memangkas beban utang Yunani dan mencegah agar tidak melanda ke negara lainnya yang lebih besar seperti Italia.

Paket ini ditujukan untuk mencegah bencana keuangan seperti yang terjadi pada September 2008 setelah runtuhnya Lehman Brothers. Tetapi banyak para analis memperingatkan bahwa masalah Eropa tetap tidak terselesaikan. “Pasar berfikir bahwa masalah Eropa telah selesai, tetapi sebenarnya belum berakhir,” kata David Kelly, kepala strategi pasar di JP Morgan Fund.

Kelly mengatakan bahwa masalah utang Eropa akan tetap menjadi isu sampai perekonomian negara yang mengalami masalah utang seperti Yunani dan Portugal kembali tumbuh. Komoditas dan imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) juga melonjak karena para investor kembali berminat terhadap aset yang beresiko. Euro juga menguat tajam terhadap dolar AS.

Perbankan setuju untuk mengambil kerugian 50 persen pada obligasi Yunani yang mereka pegang. Eropa juga memperkuat dana penyelamatan keuangan untuk melindungi bank – bank kawasan serta negara Eropa lainnya yang mengalami krisis utang seperti Italia dan Portugal.

“Kesepakatan ini tampaknya berhasil meredakan kekhawatiran bahwa akan ada penularan besar – besaran kenegara lainnya sehingga dapat memberikan efek domino yang lebih buruk,” kata Mark Lamkin, dari Lamkin Wealth Management.

Dalam perdagangan semalam indeks Dow Jones ditutup melonjak 39,51 poin (2,9 persen) ke level 12.208,55. Kenaikan terbesar kedua sejak 11 Agustus lalu saat itu naik 423 poin. Semua dari 30 saham komponen Dow Jones naik dipimpin oleh Bank of America melonjak 9,6 persen. Untuk pertama kalinya indeks Dow Jones berhasil ditutup diatas 12.000 sejak 1 Agustus lalu.

Meskipun berhasil melonjak tajam dan kembali berada diatas 12.000, indeks Dow Jones masih 4,7 persen dari level tertingginya yang pernah dicapai pada 29 April lalu. Bursa Wall Street sempat jatuh tajam karena kekhawatiran AS dan negara – negara akan mengalami gagal bayar utang. Tetapi antispasi dan solusi untuk menyelesaikan masalah utang Eropa dan sinyal perekonomian AS tidak dalam neuju resesi jilid dua telah mengangkat harga saham melonjak tajam dibulan Oktober.

Dow Jones telah melesat 11,9 persen sepanjang bulan ini, dengan tinggal dua hari perdagangan, berpeluang mencetak rekor kenaikan bulanan terbesar sejak Januari 1987.

Indeks S&P 500 juga naik 42,59 persen ke level 1.284,59. Indeks S&P berhasil kembali dijalur positif untuk tahun ini sejak 3 Agustus, tepat sebelum peringkat utang AS diturunkan dari level AAA. Indeks S&P 500 berhasil menguat 13,5 persen, kenaikan terbesarnya sejak kenaikan 16,3 persen di bulan Oktober 1974. Indeks saham teknologi Nasdaq juga melompat 87,96 persen (3,3 persen) ke posisi 2.738,63.

Mata uang Uni Eropa juga melonjak tajam menjadi US$ 1,42 karena pulihnya kepercayaan investor terhadap sistem keuangan Eropa dari posisi sebelumnya di US$ 1,39. Bahkan mata uang Uni Eropa sempat terpuruk hingga ke level US$ 1,32 pada 3 Okober lalu.

Indeks saham di bursa Eropa juga melonjak. Bursa Perancis menguat 6,3 persen, bursa Jerman melesat 6,1 persen. Imbal hasil untuk obligasi AS dengan tenor 10 tahun naik menjadi 2,39 persen dari posisi sebelumnya berada di 2,21 persen.

Namun demikian, para pemimpin Eropa masih harus menyelesaikan rincian dari rencana terbaru mereka. Presiden Perancis, Nicolas Sarkozy akan berbuicara dengan Presiden Cina Hu Jintao, ditengah kuatnya harapan bahwa negara dengan cadangan devisa terbesar di dunia ini dapat berkontribusi untuk menyelamatkan Eropa.Upaya penyelesaian krisis Eropa yang telah berlangsung telah terbukti tidak cukup. Yunani yang telah mendapat dana talangan sejak Mei 2010 lalu masih belum bisa keluar dari masalah.

AP/VIVA B. KUSNANDAR

Berita terkait

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

7 jam lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Hari Ini IHSG Diperkirakan Menguat, Saham Apa Saja yang Potensial Dilirik?

5 hari lalu

Hari Ini IHSG Diperkirakan Menguat, Saham Apa Saja yang Potensial Dilirik?

Analis PT Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada memperkirakan IHSG pada awal pekan ini menguat bila dibandingkan pekan lalu. Apa syaratnya?

Baca Selengkapnya

Senin Depan, BEI Terapkan Full Call Auction di Papan Pemantauan Khusus

37 hari lalu

Senin Depan, BEI Terapkan Full Call Auction di Papan Pemantauan Khusus

BEI akan menerapkan mekanisme perdagangan lelang berkala secara penuh atau full call auction di Papan Pemantauan Khusus pada Senin pekan depan.

Baca Selengkapnya

Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun

25 Februari 2024

Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun

Aliran modal asing tetap surplus kendati ada penjualan Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), karena jumlah modal masuk ke pasar saham jauh lebih besar.

Baca Selengkapnya

Microsoft Salip Apple di Pasar Saham dengan Keunggulan AI

30 Januari 2024

Microsoft Salip Apple di Pasar Saham dengan Keunggulan AI

Para investor sepakat bahwa Microsoft berkembang jauh lebih signifikan dibanding Apple, bahkan untuk lima tahun ke depan.

Baca Selengkapnya

Israel Selidiki Investor Untung Jutaan Dollar karena Sudah Antisipasi Serangan Hamas 7 Oktober

5 Desember 2023

Israel Selidiki Investor Untung Jutaan Dollar karena Sudah Antisipasi Serangan Hamas 7 Oktober

Israel sedang menyelidiki klaim peneliti AS bahwa beberapa investor mungkin telah mengetahui sebelumnya tentang rencana serangan Hamas

Baca Selengkapnya

Potensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual

4 Desember 2023

Potensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi menjelaskan bahwa ke depan potensi bursa karbon masih cukup besar.

Baca Selengkapnya

BEI Ungkap Penyebab Sepinya Bursa Karbon Dibandingkan dengan Bursa Saham

30 November 2023

BEI Ungkap Penyebab Sepinya Bursa Karbon Dibandingkan dengan Bursa Saham

Dari sisi transaksi bursa karbon tercatat sudah ada lebih dari 490 ribu ton dengan nilai harga jual karbon terakhir senilai Rp 59.200.

Baca Selengkapnya

2024, BEI Bidik Nilai Transaksi Harian Rp 12,25 Triliun

26 Oktober 2023

2024, BEI Bidik Nilai Transaksi Harian Rp 12,25 Triliun

PT Bursa Efek Indonesia (BEI) membidik rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) pada tahun 2024 sebesar Rp 12,25 triliun pada tahun 2024.

Baca Selengkapnya

Transaksi Harian Jeblok 29 Persen, BEI: Ada Shifting Investasi dengan New Normal

7 Oktober 2023

Transaksi Harian Jeblok 29 Persen, BEI: Ada Shifting Investasi dengan New Normal

Bursa Efek Indonesia (BEI) membeberkan alasan nilai transaksi harian di pasar modal Indonesia yang jeblok dibandingkan tahun lalu.

Baca Selengkapnya