Alvin Lie: Jangan Biarkan Merpati Merana Sampai Mati  

Reporter

Editor

Selasa, 18 Oktober 2011 12:39 WIB

Pesawat Merpati. TEMPO/Ayu Ambong

TEMPO Interaktif, Jakarta - Krisis keuangan yang dialami maspakai penerbangan PT Merpati Nusantara Airlines dinilai telah mencapai titik kritis. Bukan itu saja, perusahaan ini juga tidak sehat dalam strategi perusahaan.

"Sudah saatnya dipertanyakan masihkah keberadaan Merpati dibutuhkan," kata pengamat penerbangan, Alvin Lie, melalui surat elektronik kepada Tempo, Senin, 17 Oktober 2011 malam.

Alvin mengatakan, kesulitan keuangan Merpati merupakan penyakit menahun perusahaan ini. Merpati telah beberapa kali mendapat bantuan dana dari pemerintah. Pada 2010, setengah dari permintaan Merpati senilai Rp 600 miliar disetujui pemerintah.

Tahun sebelumnya, Merpati juga memperoleh kucuran anggaran Rp 450 miliar dari Rp 1,1 triliun yang diajukan. "Suntikan itu habis digunakan membayar utang maupun gaji pegawai," kata Alvin.

Paruh pertama 2011, Merpati juga mendapat tambahan dana lebih dari Rp 500 miliar melalui APBN Perubahan. Saat ini, dana itu belum dikucurkan pemerintah melalui Kementerian Keuangan.

Dari aspek manajemen perusahaan, Alvin berpendapat, Merpati tidak mampu membeli pesawat baru. Solusinya, manajemen menempuh jalur sewa pesawat. Tapi upaya itu dinilai Alvin mendapat berbagai kendala.

"Bahkan bekas direktur utama Merpati harus berurusan dengan Komisi Pemberantasan Korupsi," kata Alvin.

Mantan legislator DPR RI dari Fraksi Partai Amanat Nasional ini mengatakan, kemampuan keuangan memojokkan Merpati sehingga tak punya pilihan lain dalam pengadaan pesawat.

Merpati hanya bisa melakukan pengadaan pesawat MA-60 buatan Cina yang memberi sistem pembayaran amat ringan dan kompetitif. Alvin mengatakan, tahun lalu, Merpati sudah memperoleh keringanan utang melalui restrukturisasi utang oleh lessor.

Namun, kata dia, kali ini timbunan utang itu kembali menumpuk. "Membayar Pertamina saja Merpati mengalami kesulitan likuiditas," kata Alvin.

Dengan kondisi itu, Alvin meminta pemerintah segera melakukan koreksi atas keberadaan Merpati. Menurut dia, pemerintah harus mempertimbangkan segmen pasar dan jalur tujuan.

"Haruskah Merpati terus melayani rute perintis sebagai pelayanan publik atau berubah haluan menjadi perusahaan kompetitif dan berorientasi laba," kata Alvin.

Dia mengatakan, Merpati dipastikan tidak mampu hidup mandiri. Buktinya, setiap tahun Merpati harus mendapat suntikan dana yang dimanfaatkan untuk sekadar mengurangi utang yang menumpuk.

Jika pemerintah tetap mempertahankan keberadaan Merpati, sebaiknya disiapkan anggaran subsidi yang jelas. Tapi jika pemerintah menilai jalur perintis saat ini sudah cukup dilayani secara efisien oleh maskapai swasta maka, "Segera transformasi Merpati menjadi maskapai kompetitif dengan konsekuensi menambah modal agar tercapai rasio keuangan yang sehat," kata Alvin.

Dia menuturkan jika kemudian Merpati harus tutup buku, pemerintah diminta melakukan secara elegan. "Jangan biarkan Merpati merana sampai mati," ucap Alvin.

ABDUL RAHMAN

Berita terkait

Maskapai Penerbangan Ini Harus Bayar Kompensasi 39 Juta Gara-gara Sandaran Kursi Tak Bisa Direbahkan

5 hari lalu

Maskapai Penerbangan Ini Harus Bayar Kompensasi 39 Juta Gara-gara Sandaran Kursi Tak Bisa Direbahkan

Pnumpang maskapai penerbangan ini merasa diperlakukan sebagai penumpang kelas ekonomi meski sudah bayar kelas bisnis.

Baca Selengkapnya

Traveling di Usia 100 Tahun, Perempuan Ini Dikira Anak Dibawah Umur yang Perlu Pendampingan

10 hari lalu

Traveling di Usia 100 Tahun, Perempuan Ini Dikira Anak Dibawah Umur yang Perlu Pendampingan

Ketika traveling dengan pesawat, dia otomatis masuk dalam kategori anak bawah umur yang harus didampingi supervisor.

Baca Selengkapnya

Tony Fernandes Ditunjuk Sebagai Penasihat Strategis Grup Penerbangan AirAsia

11 hari lalu

Tony Fernandes Ditunjuk Sebagai Penasihat Strategis Grup Penerbangan AirAsia

Tony Fernandes ditunjuk sebagai penasihat dan pengurus Grup Chief Executive Officer (Advisor and Steward Group Chief Executive Officer) AirAsia.

Baca Selengkapnya

Alasan Mengapa Kebanyakan Pesawat Berwarna Putih

15 hari lalu

Alasan Mengapa Kebanyakan Pesawat Berwarna Putih

Awalnya, pesawat tidak dicat, hanya menampilkan bodi aluminium yang dipoles. Namun, tren berubah sejak 1970-an.

Baca Selengkapnya

Maskapai Ubah Rute Penerbangan Usai Dugaan Serangan Israel ke Iran

16 hari lalu

Maskapai Ubah Rute Penerbangan Usai Dugaan Serangan Israel ke Iran

Usai dugaan serangan Israel ke Iran, sejumlah maskapai penerbangan mengubah rute.

Baca Selengkapnya

Alasan Kursi Pesawat yang Bisa Direbahkan Mulai Ditinggalkan

16 hari lalu

Alasan Kursi Pesawat yang Bisa Direbahkan Mulai Ditinggalkan

Selama ini perbedatan tentang merebahkan kursi pesawat memang sedikit meresahkan. Maskapai penerbangan mulai mengganti kursi yang lebih ringan

Baca Selengkapnya

Maskapai Penerbangan ini Buat Penerbangan Misterius yang Tidak Diketahui Tujuannya

19 hari lalu

Maskapai Penerbangan ini Buat Penerbangan Misterius yang Tidak Diketahui Tujuannya

Salah satu penumpang merasa antusias mengikuti penerbangan yang memberikan pengalaman unik

Baca Selengkapnya

Setelah Lufthansa, Giliran Qantas Airways Hindari Kawasan Timur Tengah

22 hari lalu

Setelah Lufthansa, Giliran Qantas Airways Hindari Kawasan Timur Tengah

Penerbangan Australia, Qantas Airways, menyusul Lufthansa, menangguhkan penerbangan hingga mengalihkan rute akibat ancaman balasan Iran ke Israel.

Baca Selengkapnya

Aturan Baru Bandara Ini Tradisi Puluhan Tahun Terancam Dihentikan

27 hari lalu

Aturan Baru Bandara Ini Tradisi Puluhan Tahun Terancam Dihentikan

Bandara Dublin menerapkan aturan keamanan baru di sisi airside

Baca Selengkapnya

Amankah Terbang saat Gerhana Matahari Total?

28 hari lalu

Amankah Terbang saat Gerhana Matahari Total?

Beberapa maskapai penerbangan bahkan menawarkan pengalaman khusus untuk perjalanan gerhana matahari total.

Baca Selengkapnya