Pemerintah Bersikeras Tak Ubah Aturan Bea Keluar

Reporter

Editor

Rabu, 7 September 2011 16:44 WIB

Agus Martowardojo. TEMPO/Imam Sukamto

TEMPO Interaktif, Jakarta - Menteri Keuangan Agus Martowardojo bergeming ketika didesak untuk merevisi peraturan Menteri Keuangan No.128/PMK011/2011 tentang penetapan barang ekspor yang dikenakan Bea Keluar (BK) dan tarif BK. "Pemerintah harus jaga fiskal, perusahaan tidak bisa dapat semuanya. Nanti kalau mereka dapat semua, negara dapat apa?" katanya, Rabu, 7 September 2011.

Pernyataan tersebut menanggapi permintaan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) untuk merevisi beleid yang juga mengatur tentang bea keluar kelapa sawit. Aturan yang diumumkan pada 15 Agustus lalu itu merupakan perubahan dari aturan sebelumnya.

Direktur Eksekutif Gapki, Fadhil Hasan, menilai peraturan terbaru itu tidak adil dan tidak proporsional. Pasalnya, dalam beleid itu mengatur batas minimum pengenaan bea keluar lebih tinggi US$ 750 per ton ketimbang sebelumnya US$ 700.

Demikian juga batas atas bea keluar yang diturunkan menjadi 22,5 persen dari sebelumnya 25 persen pada tingkat harga US$ 1.250 per ton. "Pernyataan bahwa bea keluar lebih rendah itu menyesatkan,” katanya Selasa lalu.

Lebih jauh Menteri Agus menilai perusahaan seharusnya lebih fokus mengembangkan produk hilir yang memberikan nilai tambah bagi ekonomi dan tenaga kerja dalam negeri, terlebih negara tetangga sudah tidak lagi mengekspor bahan baku. "Jangan lihat jangka pendek,” ucapnya.

Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Benny Wahyudi juga memastikan aturan tersebut sudah final dan tidak mungkin direvisi. Penetapan bea keluar CPO justru dinilai berhasil karena mendongkrak harga CPO di pasar internasional.

India, salah satu negara tujuan ekspor sawit Indonesia juga mengurangi bea masuknya. Saat ini bea masuk CPO di India turun menjadi 20 persen dari sebelumnya 45 persen pada tahun 2007. "Artinya uang untuk bea masuk ke India, sekarang beralih dan masuk ke Indonesia (melalui bea keluar)," ucapnya.

Sementara itu, pengamat pertanian dari Institut Pertanian Bogor Hermanto Siregar mengatakan aturan baru tidak lantas mendorong pelaku industri tidak akan langsung mengembangkan produk-produk turunan kelapa sawit. Sebab, infrastruktur di Indonesia masih buruk.

Kenaikan tarif yang mestinya ditanggung pengusaha malah kemudian dibebankan ke petani sawit. "Bea keluar ujung-ujungnya dibebankan oleh petani. Yang paling lemah menjadi penerima beban dari penerapan bea keluar tersebut.”

ALWAN RIDHA RAMDANI | AGUNG SEDAYU | ROSALINA

Berita terkait

Harga Referensi CPO Tembus USD 857,62, Permintaan AS dan Cina Meningkat

34 hari lalu

Harga Referensi CPO Tembus USD 857,62, Permintaan AS dan Cina Meningkat

Harga referensi CPO tembus US$ 857,62 per metrik ton disebabkan meningkatnya permintaan dari Amerika Serikat dan Cina.

Baca Selengkapnya

Bahas Nikel, Timnas Amin Sebut Indonesia Harus Punya Mental Superpower untuk Atur Harga

26 Januari 2024

Bahas Nikel, Timnas Amin Sebut Indonesia Harus Punya Mental Superpower untuk Atur Harga

Harga nikel lebih berfluktuasi dan menunjukkan tren penurunan lebih dramatis ketimbang komoditas lain

Baca Selengkapnya

Harga Referensi CPO Naik, Bea Keluar-Pungutan Ekspor Jadi US$ 93 Per Ton

16 Januari 2024

Harga Referensi CPO Naik, Bea Keluar-Pungutan Ekspor Jadi US$ 93 Per Ton

Harga referensi minyak kelapa sawit menta (CPO) untuk tarif bea keluar dan pungutan ekspor naik signifikan. Bea keluar jadi US$ 18 per ton.

Baca Selengkapnya

Kepala Bappebti Pastikan Bursa CPO Indonesia Bakal Live Besok

19 Oktober 2023

Kepala Bappebti Pastikan Bursa CPO Indonesia Bakal Live Besok

Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Didid Noordiatmoko mengungkapkan Bursa Crude Palm Oil (CPO) Indonesia akan mulai beroperasi atau live besok, 20 Oktober 2023.

Baca Selengkapnya

Arab Saudi Minati Investasi Bisnis Sawit di Indonesia karena Alasan Berikut

27 Juli 2023

Arab Saudi Minati Investasi Bisnis Sawit di Indonesia karena Alasan Berikut

Arab Saudi tertarik untuk berinvestasi pada produk-produk minyak nabati Indonesia.

Baca Selengkapnya

Harga CPO di Jambi Naik Tipis Menjelang Tahun Baru

31 Desember 2022

Harga CPO di Jambi Naik Tipis Menjelang Tahun Baru

Patokan harga CPO sesuai dengan ketetapan tim perumus harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit Jambi untuk periode 30 Desember sampai 5 Januari.

Baca Selengkapnya

Harga CPO di Jambi Kembali Turun, Kini Jadi 12.075 per Kilogram

19 November 2022

Harga CPO di Jambi Kembali Turun, Kini Jadi 12.075 per Kilogram

Turunnya harga TBS sawit dan CPO tersebut diputuskan dalam rapat penetapan harga CPO, TBS, dan inti sawit.

Baca Selengkapnya

Memasifkan Lokalisasi Biodisel dari Perkebunan Sawit Rakyat

17 November 2022

Memasifkan Lokalisasi Biodisel dari Perkebunan Sawit Rakyat

Sawit rakyat merupakan permasalahan mendasar yang masih jauh dari kata selesai

Baca Selengkapnya

Cina Komitmen Beli 2,5 Juta Ton CPO dari RI Senilai USD 2,6 Miliar

11 November 2022

Cina Komitmen Beli 2,5 Juta Ton CPO dari RI Senilai USD 2,6 Miliar

Meski komitmen pembelian CPO oleh Cina mencapai jutaan ton, Mendag memastikan stok untuk kebutuhan minyak goreng dalam negeri tak akan terganggu.

Baca Selengkapnya

Pengusaha Anggap Kebijakan DMO Tak Cocok untuk Minyak Goreng, Beda dengan Batu Bara

11 November 2022

Pengusaha Anggap Kebijakan DMO Tak Cocok untuk Minyak Goreng, Beda dengan Batu Bara

Sahat juga menilai kebijakan DMO produk sawit diskriminatif. Sebab, hanya pengusaha besar yang bisa menikmati manfaatnya.

Baca Selengkapnya