TEMPO Interaktif, Jakarta: Achyar Ilyas, komisaris baru BNI, siap meninggalkan jabatannya jika menemukan penyimpangan perbankan seperti masa lalu. Mantan Deputi Gubernur Bank Indonesia ini menegaskan, dirinya sangat tidak menyukai penyimpangan praktek perbankan, seperti campur tangan pemegang saham yang bernuansa politis. Atau, penyimpangan lain yang bisa menyebabkan kasus seperti yang terjadi pada BNI. Seperti diketahui, bank pemerintah itu bobol Rp 1,7 triliun akibat penerbitan surat kredit fiktif. Kepada Tempo News Room tadi malam, Achyar mengatakan, apabila ternyata ia tidak mampu melakukan apa-apa dalam posisinya sebagai komisaris untuk mencegah itu, “Saya siap angkat kaki.” Achyar diangkat sebagai komisaris BNI yang baru oleh Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa yang berlangsung Senin siang di Hotel Shangrilla, Jakarta. Dia mengaku sebenarnya kurang menyukai citra posisi komisaris yang kerap digambarkan sebagai pajangan dan tidak bekerja. “Karena itu, saya bertekad untuk melakukan upaya perbaikan secara maksimal.” Berkaitan dengan pengangkatannya, Achyar menuturkan, beberapa hari sebelumnya ia sudah dihubungi seorang pejabat di kantor Kementerian Negara BUMN yang meminta kesediaannya menjadi komisaris BNI. Walaupun sempat berpikir lama, katanya, akhirnya ia bersedia. “Saya memiliki hubungan emosional dengan BNI. Awal karir saya di BNI.”Achyar yang ketika dihubungi sedang berada di Australia mengaku sangat menikmati kehidupan sebagai seorang pensiunan. Aktivitasnya sekarang lebih terkonsentrasi kepada kegiatan sosial keagamaan. “Hidup menjadi lebih tenang.”Dengan pertimbangan memiliki keterikatan emosional dan merasa harus menyumbang kontribusi kepada 'almamaternya', Achyar menegaskan, dirinya siap 'turun gunung'. “Tentu dengan persyaratan seperti yang saya katakan. Kalau ternyata saya tidak bisa berbuat apa-apa, saya tidak akan meneruskan (jabatan komisaris).”amal ihsan — Tempo News Room