Pemerintah Ingin DPR Berinisiatif Merevisi Beleid peternakan

Reporter

Editor

Rabu, 15 Juni 2011 18:07 WIB

Kuota Impor Daging Sapi Tetap

TEMPO Interaktif, Jakarta - Pemerintah menginginkan amandemen Undang-Undang Nomor Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan menjadi hak inisiatif Dewan Perwakilan Rakyat. Amandemen tersebut bisa menjadi salah satu alternatif mempermudah pasokan sapi dari negara lain.

"Kalau amandemen ini menjadi hak inisiatif DPR, maka bisa lebih cepat selesai," ujar Kepala Badan Karantina Kementerian Pertanian Banun Harpini, dalam konferensi persnya, di Kantor Kementerian Pertanian, Jakarta, Rabu, 15 Juni 2011.

Usulan amandemen ini muncul setelah adanya penghentian sementara ekspor sapi bakalan Australia selama enam bulan. Austrlia menemukan pelanggaran aturan kesejahteraan hewan di rumah-rumah potong dalam negeri beberapa waktu lalu.

Tapi, menurut Banun, dalam rapat kerja antara Kementerian Pertanian dengan Komisi Pertanian dan Perkebunan DPR pada pekan lalu, ada pemikiran lain yang diusulkan DPR yaitu mengeluarkan peraturan pemerintah pengganti undang-undang (perpu).

Dalam Undang-Undang 18 Tahun 2009 disebutkan, pemerintah hanya boleh mengimpor sapi dari negara yang sudah sepenuhnya dinyatakan bebas penyakit mulut dan kuku. Selama ini Indonesia menerapkan sistem impor sapi hidup berdasar basis negara (country-based), bukan basis wilayah (zone-based).

Saat ini Indonesia hanya mengimpor sapi bakalan dari Australia rata-rata 600 ribu per tahun. Sedangkan untuk daging dan produk turunannya diimpor dari Selandia Baru dan Amerika Serikat. "Impor sapi kita di luar Australia nanti tergantung amandemen undang-undang ini," katanya.

Banun menambahkan, jika amandemen telah selesai, pemerintah tetap akan memperketat pengamanan ternak impor dari ancaman penyakit seperti sapi gila dan PMK. Pemerintah akan menyiapkan sarana pendukung, seperti karantina pulau untuk sapi yang diimpor dari negara yang belum sepenuhnya bebas penyakit.

Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner Direktorat Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan Jayadi mengatakan, tren impor produk ternak hidup mulai menurun. "Karena impor ternak hidup banyak risikonya seperti kesejahteraan hewan dan penyakit," ujar dia.

Jadi, kata Jayadi, di masa mendatang perdagangan ternak hidup akan mengalami penurunan, dan negara-negara pengekspor akan lebih banyak mengekspor dalam bentuk daging ataupun bibit sapinya. "Jadi Indonesia harus siap-siap swasembada daging," katanya.

ROSALINA

Berita terkait

Ini Alasan Nurul Ghufron Bantu Mutasi ASN Kementan ke Malang Jawa Timur

6 jam lalu

Ini Alasan Nurul Ghufron Bantu Mutasi ASN Kementan ke Malang Jawa Timur

Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron menjelaskan perihal laporan dugaan pelanggaran etik yang ditujukan kepadanya soal mutasi ASN di Kementan.

Baca Selengkapnya

Uang Korupsi Syahrul Yasin Limpo Mengalir ke Mana? Antara lain Biaya Khitan, Buat Kafe, dan Skincare untuk Cucunya

18 jam lalu

Uang Korupsi Syahrul Yasin Limpo Mengalir ke Mana? Antara lain Biaya Khitan, Buat Kafe, dan Skincare untuk Cucunya

Penggunaan uang korupsi Syahrul Yasin Limpo (SYL) terungkap di pengadilan. Mayoritas digunakan untuk kepentingan keluarga. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Sempat Meroket Tajam, Harga Bawang Merah Berangsur Turun di Sejumlah Daerah, Ini Fakta-faktanya

2 hari lalu

Sempat Meroket Tajam, Harga Bawang Merah Berangsur Turun di Sejumlah Daerah, Ini Fakta-faktanya

Harga bawang merah mulai mengalami penurunan di sejumlah daerah.

Baca Selengkapnya

Sidang Syahrul Yasin Limpo, KPK Hadirkan 4 Saksi

3 hari lalu

Sidang Syahrul Yasin Limpo, KPK Hadirkan 4 Saksi

Tim Jaksa KPK menghadirkan empat saksi pada sidang lanjutan bekas Menteri Pertanian (Kementan) Syahrul Yasin Limpo (SYL)

Baca Selengkapnya

Novel Baswedan Sebut Jika Polda Metro Jaya Tahan Firli Bahuri Bisa jadi Pintu Masuk Kasus Lainnya

8 hari lalu

Novel Baswedan Sebut Jika Polda Metro Jaya Tahan Firli Bahuri Bisa jadi Pintu Masuk Kasus Lainnya

Novel Baswedan menjelaskan, jika Firli Bahuri ditahan, ini akan menjadi pintu masuk bagi siapa pun yang mengetahui kasus pemerasan lainnya.

Baca Selengkapnya

Kesaksian Permintaan Uang dari Syahrul Yasin Limpo Saat Jadi Mentan, untuk Perawatan Kecantikan Anak hingga Kado

9 hari lalu

Kesaksian Permintaan Uang dari Syahrul Yasin Limpo Saat Jadi Mentan, untuk Perawatan Kecantikan Anak hingga Kado

Sejumlah pejabat Kementerian Pertanian dihadirkan sebagai saksi di sidang lanjutan dugaan pemerasan dan gratifikasi oleh Syahrul Yasin Limpo.

Baca Selengkapnya

Dewas KPK Masih Proses Dugaan Pelanggaran Etika oleh Dua Pimpinan Komisi Antikorupsi

10 hari lalu

Dewas KPK Masih Proses Dugaan Pelanggaran Etika oleh Dua Pimpinan Komisi Antikorupsi

Dewan Pengawas Komisi Pemberantasan Korupsi masih memeriksa dugaan pelanggaran etika oleh dua pimpinan KPK.

Baca Selengkapnya

Kuasa Hukum Syahrul Yasin Limpo Jelaskan Poin Keberatan terhadap Kesaksian Eks Ajudan Panji Harjanto

10 hari lalu

Kuasa Hukum Syahrul Yasin Limpo Jelaskan Poin Keberatan terhadap Kesaksian Eks Ajudan Panji Harjanto

Kuasa hukum bekas Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo Djamaludin Koedoeboen, menuturkan poin keberatan terhadap kesaksian eks ajudan Panji Harjanto.

Baca Selengkapnya

Sidang Syahrul Yasin Limpo Ungkap Beberapa Rahasia, Termasuk Permintaan Firli Bahuri Rp 50 Miliar

10 hari lalu

Sidang Syahrul Yasin Limpo Ungkap Beberapa Rahasia, Termasuk Permintaan Firli Bahuri Rp 50 Miliar

Beberapa rahasia terungkap saat sidang Syahrul Yasin Limpo, termasuk adanya permintaan Rp 50 miliar dari Ketua KPK saat itu Firli Bahuri.

Baca Selengkapnya

Eks Ajudan Syahrul Yasin Limpo Ungkap Ada Permintaan Uang Rp 50 Miliar dari Firli Bahuri

14 hari lalu

Eks Ajudan Syahrul Yasin Limpo Ungkap Ada Permintaan Uang Rp 50 Miliar dari Firli Bahuri

Eks ajudan Syahrul Yasin Limpo mengetahui adanya permintaan uang sebesar Rp 50 miliar dari mantan Ketua KPK Firli Bahuri.

Baca Selengkapnya