TEMPO Interaktif, Jember - Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisna Murti menyatakan suplai kopi perlu dikelola dengan baik agar harganya tak jatuh. Dia berharap Indonesia lebih mengembangkan kopi direct consumption daripada kopi industri. Sebab, harga kopi direct consumption lebih tinggi daripada harga kopi industri. ''Semoga harga yang diterima petani juga lebih besar,'' katanya dalam Temu Lapang Kopi 2011 di Jember, Rabu, 15 Juni 2011.
Direktur Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia Teguh Wahyudi menyatakan pihaknya sudah mengembangkan bibit unggul untuk kopi Arabica dan Robusta. Bibit unggul ini berpotensi menghasilkan kopi hingga 2 ton per hektare/tahun. ''Bibit biasa cuma bisa produksi rata-rata 700 kilogram per hektare/tahun,'' kata dia. Harapannya, bibit ini mulai bisa disebar tahun depan dalam program Gernas (Gerakan Nasional). Dengan ini, maka produksi kopi diharapkan bisa bertambah.
Namun, pertambahan produksi ini juga dibarengi perubahan komposisi produksi kopi Arabica lebih besar daripada Robusta. Saat ini, komposisinya adalah Arabica 8 persen dan Robusta 92 persen. ''Harapannya Arabica 30 persen, Robusta 70 persen,'' katanya di acara yang sama.
Bahan kopi direct consumption, kata Teguh, juga diambil dari Arabica. Harganya mencapai US$ 4 per kilogram (setara Rp 34 ribu). Sementara, kopi Robusta lebih banyak dipakai untuk industri dengan harga Rp 18 ribu.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Rachim Kartabrata memperkirakan target ekspor kopi tahun ini yang sebanyak 300 ribu ton tidak akan tercapai. Pasalnya, pasokan kopi seret karena rendahnya produksi kopi dari daerah produsen, seperti kopi Arabika dari Medan dan Surabaya serta kopi Robusta dari Lampung.
Daerah produsen itu dilanda cuaca yang tak menentu. Pengusaha juga kesulitan mencari
harga yang cocok dengan petani. Petani meminta harga di atas kemampuan eksportir. Rachim mencontohkan, saat ini harga kopi dari petani sebesar Rp 18 ribu per kilogram. Harga tersebut
membuat eksportir sulit untuk memetik keuntungan bila diekspor.
Eksportir tak bisa memanfaatkan momen kenaikan harga kopi di pasar global. Harga kopi dunia naik akibat pasokan dari Vietnam menurun karena gagal panen akibat cuaca buruk. Walhasil, harga kopi Robusta di bursa NYSE LIFFE untuk pengiriman Juli 2011 terdongkrak naik dari US$ 2.473 per ton pekan lalu menjadi US$ 2.543 per ton.
Bayu mengusulkan para pihak yang terlibat dalam dunia kopi membentuk Dewan Kopi Nasional.
Menurutnya, forum ini sebagai wadah komunikasi bagi semua pihak yang terlibat dalam kopi.
''Mulai dari petani, industri, pengusaha kafe, hingga barista (peracik kopi),'' kata dia
Dengan dibentukanya Dewan Kopi, diharapkan persoalan ataupun ide bisa dikomunikasikan antarpihak.
NUR ROCHMI