Kwik Kian Gie: Pergantian Dirut BNI Tak Selesaikan Masalah

Reporter

Editor

Senin, 8 Desember 2003 20:16 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta: Rencana pergantian direksi PT Bank Negara Indonesia (BNI) dinilai tidak akan menyelesaikan masalah korupsi dalam dunia perbankan. "(Pergantian) itu tidak penting," kata Menteri Negara Pembangunan Nasional, Kwik Kian Gie, usai seminar peluncuran Buku "Perekonomian Indonesia Tahun 2004: Prospek dan Kebijakan di Gedung Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Jakarta, Senin (8/12).Menurutnya, penyebab utama munculnya kasus surat permohoanan kredit fiktif senilai Rp 1,7 triliun ini adalah mental Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) yang sudah melekat pada hampir semua orang yang mempunyai kekuasaan. Menurutnya kecenderungan ini ada dalam pemegang kekuasaan pemerintahaan ataupun di perusahaan. "Jika digonti-ganti seperti apapun juga akan terjadi terus," katanya.Seperti diberitakan Koran Tempo (8/12), Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Laksamana Sukardi akan menyerahkan nama-nama calon Direksi dan Komisaris Bank Negara Indonesia kepada Bank Indonesia untuk mengikuti uji kepatutan dan kelayakan. Kwik meragukan rencana pergantian ini. "Kalau mental manusianya tidak diperbaiki. Manusia ini pikirannya penuh dengan otak nyolong melulu. Dan itu menyeluruh," katanya.Mekanisme manajemen BNI, sudah berjalan dengan baik. Bahkan, lanjut Kwik, yang menemukan kajanggalan permohonan kredit ini juga direksinya, meskipun terlambat. Kasus ini, tambahnya, terjadi akibat adanya keterlibatan orang dalam BNI. "Tidak ada peraturan yang tidak bisa bobol kalau tidak ada orang yang edan, nekat dan gila seperti itu," katanya.Kwik menegaskan bahwa persoalan BNI ini tidak melulu menjadi kesalahan direksi. "Jadi urusan BNI ini urusan rampok yang nekat, tidak perduli apa-apa," katanya. Menurutnya, tidak ada sistem yang tahan kalau dibobol oleh kekuatan "penggarongan" begitu besar.Kejadian ini, lanjutnya, diharapkan tidak akan berpengaruh terhadap kondisi ekonomi. Menurutnya kasus ini hanya akan membuat keuangan pemerintah kedodoran. "Bagaimana nutup-nutup ini terus," katanya. Selain itu, kasus ini akan mempengaruhi moral dan mental bangsa Indonesia. Tetapi kalau dalam konteks pengaruh terhadap pihak swaswa, Kwik menegaskan tidak akan ada pengaruhnya. Perusahaan swasta, katanya, sudah tidak bergantung pada kredit Bank Indonesia. Kwik menandaskan, kasus korupsi di Indonesia bisa diberantas dengan menerapkan peraturan yang tegas. Persoalan korupsi, sudah dikenali dan dikeluhkan tetapi tidak ada langkah konkrit. "Ini dimulai dari satu orang," katanya. Ia mencontohkan seorang presiden bisa diberi gaji besar, misalnya Rp 600 juta. Tapi, kalau terbukti korupsi "dihukum tembak mati".Yandi MR - Tempo News Room

Berita terkait

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

7 menit lalu

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

Menkeu Sri Mulyani mengatakan, nilai tukar rupiah pada triwulan I 2024 mengalami depresiasi 2,89 persen ytd sampai 28 Maret 2024.

Baca Selengkapnya

Profiil 14 Bakal Calon Rektor Unpad, Ada Dosen dari Universitas Sebelas April

7 menit lalu

Profiil 14 Bakal Calon Rektor Unpad, Ada Dosen dari Universitas Sebelas April

Panitia Pemilihan Rektor Unpad sudah menetapkan 14 bakal calon dari total 16 pendaftar. Profilnya beragam, mulai dari wakil dekan hingga dosen.

Baca Selengkapnya

Puncak Hardiknas 2024, Nadiem Singgung 5 Tahun Perjalanan Merdeka Belajar

8 menit lalu

Puncak Hardiknas 2024, Nadiem Singgung 5 Tahun Perjalanan Merdeka Belajar

Perayaan Hardiknas 2024 bertepatan dengan peringatan gerakan Merdeka Belajar dari Kemendikbudristek.

Baca Selengkapnya

Respons Isu Efek Langka Vaksin AstraZeneca, Budi Gunadi: Benefitnya Jauh Lebih Besar

15 menit lalu

Respons Isu Efek Langka Vaksin AstraZeneca, Budi Gunadi: Benefitnya Jauh Lebih Besar

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin buka suara soal efek samping langka dari vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Penumpang Ketahuan Bawa Ular saat akan Naik Pesawat, Disembunyikan di Celana

16 menit lalu

Penumpang Ketahuan Bawa Ular saat akan Naik Pesawat, Disembunyikan di Celana

Keamanan bandara menggunakan Advanced Imaging Technology (AIT) untuk mendeteksi kejanggalan pada penumpang itu sebelum naik pesawat.

Baca Selengkapnya

PBB: Serangan Terbaru Israel Bisa Hapus 44 Tahun Pembangunan Manusia di Gaza

16 menit lalu

PBB: Serangan Terbaru Israel Bisa Hapus 44 Tahun Pembangunan Manusia di Gaza

Jika perang terus berlanjut selama sembilan bulan, kemajuan yang dicapai selama 44 tahun akan musnah. Kondisi itu akan membuat Gaza kembali ke 1980

Baca Selengkapnya

KPK Bilang Kasus SYL Berpotensi Meluas ke TPPU, Apa Alasannya?

16 menit lalu

KPK Bilang Kasus SYL Berpotensi Meluas ke TPPU, Apa Alasannya?

Menurut KPK, keluarga SYL dapat dijerat dengan hukuman TPPU pasif jika dengan sengaja turut menikmati uang hasil kejahatan.

Baca Selengkapnya

Pelatih Radhi Shenaishil: Timnas Irak U-23 Layak Tampil di Olimpiade Paris 2024

18 menit lalu

Pelatih Radhi Shenaishil: Timnas Irak U-23 Layak Tampil di Olimpiade Paris 2024

Setelah mengalahkan Timnas Indonesia, pelatih Irak U-23 Radhi Shenaishil menilai bahwa timnya layak melaju ke Olimpiade Paris 2024.

Baca Selengkapnya

Ahok Kritik Penonaktifan NIK KTP Jakarta: Jangan Merepotkan Orang

20 menit lalu

Ahok Kritik Penonaktifan NIK KTP Jakarta: Jangan Merepotkan Orang

Bulan lalu, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) DKI Jakarta mengajukan penonaktifan terhadap 92.493 NIK warga Jakarta ke Kemendagri.

Baca Selengkapnya

Asal-usul Turnamen Piala Thomas dan Uber

27 menit lalu

Asal-usul Turnamen Piala Thomas dan Uber

Laga Piala Thomas dan Piala Uber berlangsung di Chengdu High-tech Zone Sports Center Gymnasium, Chengdu, Cina, sejak 28 April 2024

Baca Selengkapnya