Pencabutan Insentif Pajak di Amerika Ditolak  

Reporter

Editor

Kamis, 12 Mei 2011 18:20 WIB

AP/Andy Wong

TEMPO Interaktif, Washington - Lima raksasa perusahaan minyak dunia menolak rencana pemerintah Obama mencabut insentif pajak. Tahun ini, insentif berupa pemotongan pajak itu nilainya mencapai US$ 2 miliar. Lima perusahaan tersebut adalah ConocoPhilips (Amerika), Exxon Mobil Corp (Amerika), Chevron (Amerika), Royal Dutch Shell (Belanda), dan British Petroleum (Inggris).

Pencabutan insentif pemotongan pajak itu merupakan program Presiden Barack Obama untuk memangkas defisit anggaran yang semakin tinggi. Pajak industri besar pun dinaikkan untuk memulihkan perekonomian. Hasilnya, pada triwulan pertama tahun ini, penerimaan pajak meningkat 45 persen dibanding pada bulan yang sama tahun lalu.

Meski demikian, hasil peningkatan penerimaan pajak itu hampir tidak cukup untuk mengurangi defisit anggaran yang kini menyentuh US$ 1,4 triliun. "Kebijakan itu kontraproduktif dengan apa yang perlu dilakukan Amerika Serikat sekarang," kata Chief Executive Officer ConocoPhilips James Mulva di sela pertemuan tahunan pemegang saham perusahaan di Omni Houston Hotel Westside seperti dikutif Associate Press dalam situsnya, Kamis 12Mei 2011.

Mulva bersama CEO Exxon Mobil Corp Rex Tillerson dan CEO Chevron Corp John Watson dijadwalkan menyampaikan pandangan mereka dalam Sidang Komite Keuangan Senat di Washington pada Kamis pekan depan. Proposal pajak akan dibahas dalam pertemuan tersebut. Selain kontraproduktif, Mulva menilai kebijakan itu tidak memenuhi rasa keadilan.

Menurut dia, selama ini industri minyak sudah dibebani pajak, yang telah menghambat pertumbuhan, produksi minyak dan gas, serta membuat perusahaan-perusahaan Amerika Serikat kurang kompetitif di luar negeri. "Industri kami dan perusahaan sudah dikenai pajak lebih berat dibandingkan dengan industri lainnya di Amerika Serikat," kata Mulva.

Jack Gerard, CEO American Petroleum Institute, menyebut proposal pajak ini sebagai cara kasar Amerika untuk mendapatkan uang. Menurut Gerard, kebijakan tersebut justru bisa mengakibatkan banyak orang di New Jersey, Amerika Serikat, kehilangan pekerjaan. "Keamanan energi terusik, biaya energi naik, ujungnya justru defisit anggaran naik lagi."

Berbeda dengan Mulva dan Gerard, Senator Partai Demokrat Robert Menendez menilai insentif pajak untuk industri minyak sebagai subsidi yang tidak perlu. Pada triwulan pertama tahun ini, kata dia, lima perusahaan minyak tersebut mendapat keuntungan yang sangat besar, yakni US$ 36 miliar. Sebaliknya, masyarakat harus membeli bensin seharga US$ 4 per galon.

Menendez mengatakan pemerintah dan parlemen sudah bekerja keras untuk mengurangi defisit anggaran. Menurut dia, tak ada alasan bagi pemerintah untuk memberikan subsidi kepada lima perusahaan minyak terbesar di dunia tersebut. "Sudah waktunya mereka membayar pajak," kata Menendez di Washington kemarin.

AP | BIZJOURNALS | ERWINDAR

Berita terkait

Hasil Australian Open 2024: Aryna Sabalenka Pertahankan Gelar, Kalahkan Zheng Qin Wen di Final

27 Januari 2024

Hasil Australian Open 2024: Aryna Sabalenka Pertahankan Gelar, Kalahkan Zheng Qin Wen di Final

Dengan menjuarai Australian Open 2024, Aryna Sabalenka memenangi dua dari tiga final Grand Slam dalam rentang waktu 13 bulan.

Baca Selengkapnya

Hasil Australian Open 2024: Singkirkan Coco Gauff, Aryna Sabalenka Kembali Capai Babak Final

25 Januari 2024

Hasil Australian Open 2024: Singkirkan Coco Gauff, Aryna Sabalenka Kembali Capai Babak Final

Lolos ke final Australian Open 2024, Aryna Sabalenka samai rekor Serena Williams.

Baca Selengkapnya

Hasil Australian Open 2024: Coco Gauff Melaju ke Babak Kedua, Marketa Vondrousova Tersingkir

15 Januari 2024

Hasil Australian Open 2024: Coco Gauff Melaju ke Babak Kedua, Marketa Vondrousova Tersingkir

Coco Gauff akan bertemu rekan senegaranya Caroline Dolehide di babak kedua Australian Open 2024.a

Baca Selengkapnya

Jelang Tampil di Australian Open 2024, Emma Raducanu Melihat Peluang Kembali ke Puncak

12 Januari 2024

Jelang Tampil di Australian Open 2024, Emma Raducanu Melihat Peluang Kembali ke Puncak

Emma Raducanu akan menghadapi Shelby Rogers dari Amerika Serikat di babak pertama Australian Open 2024.

Baca Selengkapnya

Emma Raducanu Lolos ke Babak Utama Australian Open 2024

3 Januari 2024

Emma Raducanu Lolos ke Babak Utama Australian Open 2024

Absennya sejumlah pemain membuka tempat bagi Emma Raducanu di undian utama Australian Open 2024.

Baca Selengkapnya

Mengenal Emma Raducanu, Petenis Inggris yang akan Berlaga di Auckland Classic

1 Januari 2024

Mengenal Emma Raducanu, Petenis Inggris yang akan Berlaga di Auckland Classic

Emma Raducanu merasa terlahir kembali setelah pulih dari cedera. Petenis muda ini mesti rehat setelah operasi pergelangan kaki dan tangan

Baca Selengkapnya

Lama Tenggelam Seusai Bikin Kejutan di US Open 2021, Emma Raducanu Kini Merasa Terlahir Kembali

1 Januari 2024

Lama Tenggelam Seusai Bikin Kejutan di US Open 2021, Emma Raducanu Kini Merasa Terlahir Kembali

Setelah 8 bulan absen, Emma Raducanu merasa bersemangat memulai musim baru yang akan diawali di ASB Classic di Auckland.

Baca Selengkapnya

Kembali dari Cedera, Emma Raducanu Merasa Terlahir Kembali

30 Desember 2023

Kembali dari Cedera, Emma Raducanu Merasa Terlahir Kembali

Emma Raducanu harus bertanding dari babak kualifikasi di Australian Open 2024.

Baca Selengkapnya

Coco Gauff Mencorong di US Open 2023, Apa Kabar Emma Raducanu yang Menjadi Sensasi pada 2021?

18 September 2023

Coco Gauff Mencorong di US Open 2023, Apa Kabar Emma Raducanu yang Menjadi Sensasi pada 2021?

Bulan ini, Coco Gauff menjadi sensansi dunia tenis setelah menjuarai US Open 2023. Lantas apa kabar Emma Raducanu, remaja yang juara pada 2021?

Baca Selengkapnya

Novak Djokovic Capai Rekor 24 Gelar Margaret Court di US Open 2023: Saya Ingin Jadi Yang Terbaik

11 September 2023

Novak Djokovic Capai Rekor 24 Gelar Margaret Court di US Open 2023: Saya Ingin Jadi Yang Terbaik

Novak Djokovic berhasil menyabet gelar US Open 2023 setelah mengalahkan Daniil Medvedev.

Baca Selengkapnya