Dikaji Skenario Premium Naik Rp 2.000

Reporter

Editor

Minggu, 17 April 2011 05:24 WIB

TEMPO/Arif Fadillah
TEMPO Interaktif, Bandung - Pemerintah menyiapkan sejumlah skenario kebijakan pengaturan konsumsi bahan bakar minyak bersubsidi. Salah satunya kemungkinan menaikkan harga BBM jenis Premium Rp 2.000 per liter. "Setiap skenario pasti berimplikasi terhadap APBN. Itu kami buat untuk berjaga-jaga," kata Deputi Menteri Koordinator Perekonomian Edy Putra Irawady dalam acara Media Briefing bertajuk "Menakar Ketahanan Ekonomi Indonesia terhadap Kenaikan Harga Minyak dan Inflasi" di Bandung kemarin.

Edy menjelaskan, skenario penyesuaian harga Premium menjadi Rp 6.500 per liter akan diimbangi pengucuran subsidi langsung. Subsidi itu diberikan kepada kendaraan umum (pelat kuning) serta kendaraan roda dua dan tiga dengan menunjukkan alat kendali kartu prabayar.

Selain pilihan menaikkan harga Premium, pemerintah menyiapkan skenario melakukan pengaturan pengguna sekaligus penjatahan volume Premium. Pengaturan ini akan memanfaatkan alat deteksi radio frequency identification. Kendaraan umum serta kendaraan roda dua dan roda tiga boleh menggunakan Premium dengan penjatahan. Adapun kendaraan pribadi wajib menggunakan Pertamax.

Opsi lainnya adalah pengaturan pengguna diimbangi dengan penyesuaian harga Premium. Kendaraan umum serta kendaraan roda dua dan tiga tetap Rp 4.500 per liter. Namun, untuk taksi dan kendaraan (mobil) pribadi, harus membayar dengan harga Rp 2.000 lebih mahal.

Skenario keempat adalah tetap melakukan pengaturan pengguna Premium, tapi pemerintah akan memberi subsidi BBM jenis Pertamax dengan mematok harganya di level Rp 7.500 per liter.

Pemerintah belum mengambil keputusan skenario mana yang akan diambil. Menurut Edy, pemerintah masih memantau dinamika harga minyak dunia dan implikasinya terhadap fiskal. "Kami masih menahan volume dan anggaran BBM bersubsidi tetap sesuai dengan target dalam APBN," kata Edy.

Kepala Pusat Kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Kementerian Keuangan Askolani menyatakan skenario pengaturan pengguna sekaligus penjatahan volume Premium paling mungkin dilakukan saat ini dibanding menaikkan harga. Kenaikan harga minyak bersubsidi akan berdampak pada masyarakat luas.

"Premium naik Rp 500 saja akan ada kenaikan inflasi 0,8 persen," kata Askolani di tempat yang sama. Namun kebijakan pembatasan ini terus tertunda karena membutuhkan kesiapan infrastruktur pendukungnya.

Kepala Danareksa Research Institute Purbaya Yudhi Sadewa berharap pemerintah melakukan penghitungan matang jika ingin menaikkan harga Premium. Sebab, kata dia, setiap 10 persen kenaikan BBM bersubsidi, akan mengerek inflasi 0,7 persen. "Kalau bisa, naiknya jangan terlalu tinggi," ujarnya ketika dihubungi kemarin.

Sementara itu, harga Pertamax, menurut Purbaya, tak perlu disubsidi. Masyarakat harus dibiasakan dengan harga minyak nonsubsidi yang memang mengikuti harga minyak dunia. "Capping (mematok) Pertamax sama saja menyubsidi orang kaya," kata ekonom Universitas Indonesia, Chatib Basri.

Vice President Corporate Communications Pertamina Mochamad Harun menyatakan Pertamina menyerahkan segala pilihan skenario kebijakan itu kepada pemerintah. Menurut dia, opsi-opsi itu adalah rencana lama yang akan dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat. "Tinggal tunggu keputusan. Yang kami inginkan hanya kepastian kebijakan," ujar Harun saat dihubungi kemarin.

l IRA GUSLINA | SUTJI DECILYA | EKA UTAMI APRILIA | AGUSSUP

Berita terkait

Daya Beli Masih Lemah, Komisi VII DPR Minta Kaji Penghapusan BBM Premium

24 November 2020

Daya Beli Masih Lemah, Komisi VII DPR Minta Kaji Penghapusan BBM Premium

Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto mengingatkan agar pemerintah tidak menerapkan penghapusan bahan bakar minyak (BBM) jenis premium.

Baca Selengkapnya

Ini Akibatnya Jika Mobil Diisi Bensin dengan RON Rendah

30 September 2020

Ini Akibatnya Jika Mobil Diisi Bensin dengan RON Rendah

Hal paling sering dijumpai ketika mobil diisi dengan bahan bakar RON rendah (misalnya RON 88), mesin akan knocking atau mengelitik.

Baca Selengkapnya

Konsumsi BBM Turun 8 Persen Akibat Work From Home

26 Maret 2020

Konsumsi BBM Turun 8 Persen Akibat Work From Home

Pertamina mencatat terjadi penurunan konsumsi BBM terkait kebijakan work from home.

Baca Selengkapnya

Garda Revolusi Iran Bakal Bertindak Jika Demonstrasi Berlanjut

19 November 2019

Garda Revolusi Iran Bakal Bertindak Jika Demonstrasi Berlanjut

Warga Iran turun ke jalan memprotes kebijakan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak hingga 50 persen dan membatasi pembeliannya.

Baca Selengkapnya

Bos Baru Shell Siapkan Strategi Pengembangan Bisnis SPBU

25 September 2019

Bos Baru Shell Siapkan Strategi Pengembangan Bisnis SPBU

Shell, perusahaan energi Internasional resmi menunjuk Waqar Siddiqui sebagai Direktur Retail Shell Indonesia yang baru

Baca Selengkapnya

Bakamla RI Tangkap Empat Kapal Pengangkut BBM Ilegal

20 Agustus 2019

Bakamla RI Tangkap Empat Kapal Pengangkut BBM Ilegal

Dari pemeriksaan diketahui nakhoda bahwa kapal mendapatkan BBM sebanyak 300 ton dari kapal tanker di Palembang tanpa dokumen yang sah.

Baca Selengkapnya

Subsidi BBM Solar Tahun Ini Diprediksi Membengkak

27 Juni 2019

Subsidi BBM Solar Tahun Ini Diprediksi Membengkak

Realisasi konsumsi solar sampai dengan April 2019 telah mencapai sebesar 5,07 juta kl atau setara dengan 35 persen pagu.

Baca Selengkapnya

Harga Pertamax Naik, ESDM Yakin Konsumen Tak Beralih ke Premium

5 Juli 2018

Harga Pertamax Naik, ESDM Yakin Konsumen Tak Beralih ke Premium

Konsumen Pertamax diyakini tak akan balik lagi mengkonsumsi premium.

Baca Selengkapnya

Posko ESDM: Konsumsi BBM Bensin Naik 12 Persen saat Ramadan 2018

2 Juli 2018

Posko ESDM: Konsumsi BBM Bensin Naik 12 Persen saat Ramadan 2018

Sementara itu, BBM jenis gasoil (solar) terjadi penurunan pendistribusian.

Baca Selengkapnya

2018, AKR Bakal Bangun 7 Pompa Bensin di Wilayah 3T

10 November 2017

2018, AKR Bakal Bangun 7 Pompa Bensin di Wilayah 3T

Demi mendukung program BBM satu harga, AKR akan membangun 7 SPBKB di wilayah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (3T).

Baca Selengkapnya