Wawancara Burhanuddin Abdullah:

Reporter

Editor

Rabu, 23 Juli 2003 14:29 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:Bank Indonesia akan kedatangan bos baru. Syahril Sabirin yang kini menjadi Gubernur BI akan habis masa tugasnya tanggal 17 Mei mendatang. Bursa pemilihan calon gubernur penguasa moneter di negara ini, diramaikan oleh tiga nama. Yaitu, bekas Menko Perekonomian Burhanuddin Abdullah, Deputi Gubernur BI Miranda S. Goeltom, dan Direktur BI Cyrillus Hariono. Ketiga nama inilah yang tengah ditimang-timang Presiden Megawati. Bulan depan mereka harus tampil di depan Dewan Perwakilan Rakyat, untuk menjalani uji kelayakan dan kepatutan (fit and propper test). Menurut Burhanuddin Abdullah, salah satu calon, dirinya bersyukur dicalonkan oleh presiden. Pria yang pernah menjadi Deputi Gubernur BI tahun 2001 ini, lantas mengundurkan diri, menyoal independen bank sentral dan stabilitas moneter sebagai masalah utama yang harus dibenahi jika nanti dia menjabat Gubernur BI. Berikut petikan wawancara Koran TEMPO bersama beberapa wartawan media cetak , dengan pria kelahiran Garut, 46 tahun lalu, di Jakarta, Senin (17/2) siang. Sudah terima surat dari Presiden hari ini, tentang pencalonan anda? Belum. Karena formatnya memang kita tidak terima pemberitahuan dari Presiden atau pemerintah. Pemberitahuannya dari DPR, yaitu undangan untuk menjalani fit and propper test. Biasanya satu bulan setelah pengusulan. Sikap anda atas pencalonan ini? Saya sangat bersyukur bahwa masih ada yang mempercayai untuk memegang jabatan yang begitu tinggi dan sangat terhormat di dalam lingkungan negara ini. Anda mau? Bukankah dulu anda pernah mengundurkan diri sebagai Deputi BI? Memang ikut mengundurkan diri. Kenapa sekarang saya mau, itu alasannya berbeda-beda. Alasan yang dulu itu tidak bisa dilepaskan dari situasi waktu itu. Betapa opini masyarakat terhadap Bank Indonesia begitu memojokkan. Khususnya dalam kasus BLBI. Banyak orang yang mengatakan BI adalah pusat gempa dari krisis. Banyak kritik dan hujatan. Bank Indonesia sebagai sub kultur republik ini tidak terhindarkan untuk masuknya era gagasan, pikiran atas reformasi dan perubahan. Jadi sebelum pengunduran diri terjadi, saya sebagai salah satu Ketua Umum ikatan Pegawai Bank Indonesia, sering mendiskusikan tentang budaya mengundurkan diri patut dipertimbangkan. Masalahnya, kalau orang tidak percaya kepada kita maka yang meragukan itu harus diberikan kesempatan. Dengan pikiran seperti itu, saya ikut mengundurkan diri. Lembaga, lebih penting daripada saya. Karena lembaga ini akan bertahan ratusan tahun, ribuan tahun ke depan, sementara saya hanya bagian dari sesuatu. Bagaimana anda memandang Bank Indonesia sekarang? Belum semua saya pikirkan sekarang. Ada beberapa yang saya pikirkan dan sampai sekarang masih saya pertahankan pikiran itu. Masalah independensi sering dituding orang sebagai bukan memberikan sumbangsih bagi upaya pemulihan ekonomi. Tapi malah seolah-olah membatasi diri dan menutup diri. Negara di dalam negara. Menurut saya, bottom line independensi adalah sebuah sikap. Penting bagi BI untuk independen. Karena dengan itu dia memiliki sikap terbuka, mau berkoordinasi memikirkan banyak hal yang menjadi tanggung jawabnya, dan berpengaruh bagi orang lain. Koordinasi antara BI yang mengurus moneter dengan otoritas fiskal adalah sebuah keniscayaan. Tidak bisa lagi ditawar-tawar untuk sebuah manajemen makro ekonomi yang baik. Apa keuntungan bersikap independen? Tidak mungkin kita me-manage negara ini tanpa bersikap koordinatif dengan otoritas fiskal. Karena kebijakan moneter akan sangat berpengaruh terhadap fiskal. Menaikans uku buunga SBI, menambah beban fiskal. Kalau pemerintah ekspansif dengan pengeluaran yang besar, akan mempengaruhi moneter. Jadi harus dikoordinasikan, bukan hanya ditingkat policy tapi juga teknis. Bagaimana anda melakukannya? Saya melihat, hubungan kepercayaan antara lembaga. Antara pemerintah dengan Bank Indonesia. Juga masalah komunikasi. Kalau kita biasa membuka untuk berbicara, itu tidak masalah. Masalah lain, selain independensi? Mengenai Amandemen UU BI No. 23. Dalam versi yang ada sekarang, BI menetapkan tujuannya sendiri dan menetapkan instrumennya sendiri. Goal-nya independen. Versi lainnya, goal dibicarakan dengan pemerintah. Pemerintah punya target inflasi berapa, target nilai tukar berapa. Kalau disepakati melalui dialog dan koordinasi, instrumennya BI yang independen. Selama ini masalahnya memang dikoordinasi. Ada penilaian dari Departemen Keuangan bahwa BI terlalu kuat dan arogan. Bagaimana? Pendapat itu dibanyak kalangan memang menonjol. Ada lagi yang bilang BI terlalu comfortable. Tapi dia tidak comfort kalau keluar. Karenanya, kalau mencari data, dia akan mencari ke departemen-departemen yang ada di dalamnya. Ini persoalan-persoalan yang harus dikerjakan. Saya meyakini, dalam sebuah lembaga ada struktur sesuai hierarki. Ada juga yang namanya kultur. Ini yang akan saya coba perbaiki. Mengenai BLBI? Saya tidak tahu kompleksitas di BLBI itu sekarang seperti apa. Dua tahun saya meninggalkan, saya jadi blank sama sekali. Secara konsepnya saya mengatakan, BLBI is liquidity support, yang didasari oleh undang-undang yang ada pada waktu itu. Mengenai OJK? Itu sesuatu yang menarik. Secara akademis saya tidak mempunyai keberatan apa-apa. Artinya ada fungsi yang harus dikerjakan, siapa yang mau mengerjakan terserah. Mau bank sentral, atau mau lembaga lain. Yang jelas, fungsi itu harus ada yang mau mengerjakan secara baik. Tapi persoalannya bagi saya, menjadi sebuah pertanyaan apakah harus sekarang? Apakah itu tidak menambah beban pikiran atau konsentrasi dalam proses pemulihan ekonomi. Apakah kita mampu dari segi keuangan untuk membayar pengawas bank di OJK. Sedangkan APBN harus kita upayakan secara baik sustainability-nya. Perlu waktu untuk itu. OJK itu bagus sekali kalau kita sudah recovery, uang cukup banyak, konsentrasi pikiran sudah tidak terbelah. Saya tidak tahu apakah dengan OJK akan memulihkan ekonomi kita dengan cepat. Persoalan kita sekarang 'kan pemulihan ekonomi. Jadi prioritas utama di BI untuk pemulihan ekonomi? Sama seperti dulu waktu saya menjadi Menko. Peran yang utama adalah menjaga stabilitas moneter. Dalam pemulihan ekonomi, sekarang kita sedang gaduh. Berdiskusi tiap hari tentang BPPN, BLBI, Indosat. Di saat yang sama masyarakat kecil harus bertahan. Dan tidak ada perhatian kita ke sana. Pemerintah dan perbankan, harusnya redirect pikiran ke sana. Bagaimana mempercepat pertumbuhan ekonomi. Bagaimana hubungan dengan IMF? Itu pertanyaan menarik. Tahun 2003, extended fund facilities itu 5 tahun. Kita mulai dengan stand buy, 3 tahun. Kemudian diperpanjang 2 tahun. Jadi namanya extended. Itu memang program 5 tahun. Anda teriak, berhenti. Anda tidak teriak juga berhenti. Memang sudah waktunya kok. Saya belum pernah melihat, ada yang memperpanjang IMF. Biasanya setelah 5 tahun ada yang namanya fund program monitoring. Nah itu akan terus berjalan sampai kuota yang ada. Sekarang pinjaman kita misalnya 4 kali kuota. Dia akan berhenti memonitor kalau kita sudah satu kali kuota. Artinya, setelah ada pelunasan-pelunasan dari kita. IMF, kalau menurut saya, Is Not An Issue. Kenapa? Malaysia tidak ikut IMF tapi berhasil. Karena mereka disiplin dalam program ekonominya. Korea dengan IMF berhasil karena mereka disiplin. Thailand dengan IMF berhasil, karena mereka disiplin. Kita dengan IMF tidak berhasil, karena kita tidak disiplin. Jadi masalahnya adalah disiplin. KIta mampu melakukan seperti apa yang dibuat IMF. Masalahnya, apakah kita mampu berdisiplin. That's our problem. Bagaimana dengan sistem nilai tukar yang ada sekarang? Ada beberapa syarat kalau mau sistem nilai tukar itu baik. Kalau kita mau fixed exchange rate, persyaratannya adalah kebijakan fiskal dan moneter harus disiplin. Karena kalau kita fixed, terus fiskalnya tiba-tiba ekspansif dan banyak pengeluaran maka rupiahnya menjadi over value. Kalau kita memakai kebijakan floating, syaratnya fiskal harus disiplin dan moneter harus disiplin. Jadi kedua persyaratannya sama. Kalau tidak disiplin dan free float, udah...Selama ini memang sudah stbil, tapi kita harus getting better. Lebih disiplin. Saat ditanya mengenai BLBI dan peran BI sebagai intermediasi perbankan, Burhanuddin menolak menjelaskan secara rinci. Alasan yang dikemukakan Senior Economic & Financial Advisor for Asia Pulp and Paper Restructuring, tugasnya saat ini, dia belum terlalu memahami dan sudah dua tahun lebih meninggalkan Bank Indonesia. Yura Syahrul --- TNR

Berita terkait

Mengenali Asal-usul Tas Hermes, Jenama Asal Prancis

4 menit lalu

Mengenali Asal-usul Tas Hermes, Jenama Asal Prancis

Belakangan viral video seorang pria menyobek tas Hermes di depan petugas Bea Cukai

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Thomas 2024: Jonatan Christie Menang, Indonesia Kembali Ungguli Korea Selatan 2-1

4 menit lalu

Hasil Piala Thomas 2024: Jonatan Christie Menang, Indonesia Kembali Ungguli Korea Selatan 2-1

Jonatan Christie menyudahi perlawanan sengit Cho Geon Yeop lewat pertarungan sengit tiga game di perempat final Piala Thomas 2024.

Baca Selengkapnya

Alasan TNI Pakai Computer Assisted Tes BKN dalam Penerimaan Calon Taruna 2024

4 menit lalu

Alasan TNI Pakai Computer Assisted Tes BKN dalam Penerimaan Calon Taruna 2024

Tes Kompetensi Dasar (TKD) Penerimaan Calon Taruna Akademi TNI 2024 menggunakan computer assisted test (CAT) Badan Kepegawaian Negara (BKN)

Baca Selengkapnya

Pemerintah Indonesia akan Berangkat ke Australia untuk Belajar Publisher Right

5 menit lalu

Pemerintah Indonesia akan Berangkat ke Australia untuk Belajar Publisher Right

Indonesia akan mempelajari publisher rights langsung dari Australia, negara yang berpengalaman mengatur hubungan pers dan platform digital.

Baca Selengkapnya

Band Metal As I Lay Dying Siap Gebrak Panggung Hammersonic 2024

7 menit lalu

Band Metal As I Lay Dying Siap Gebrak Panggung Hammersonic 2024

Band rock asal California, As I Lay Dying akan turut mengguncang panggung Hammersonic 2024 pada Ahad, 5 Mei 2024. Berikut profil band metal itu.

Baca Selengkapnya

Alasan Dokter Tak Sarankan Minum Kopi saat Cuaca Panas

10 menit lalu

Alasan Dokter Tak Sarankan Minum Kopi saat Cuaca Panas

Minuman berkafein seperti kopi saat cuaca panas dapat meningkatkan risiko dehidrasi sehingga tak dianjurkan oleh dokter.

Baca Selengkapnya

17 Bandara Internasional Turun Status karena Sepi Kunjungan Wisman, Ini Kata Kemenhub

13 menit lalu

17 Bandara Internasional Turun Status karena Sepi Kunjungan Wisman, Ini Kata Kemenhub

Lesunya aktivitas kunjungan wisman ke 17 bandara internasional membuat Kemenhub menurunkan status penggunaan bandara menjadi bandara domestik.

Baca Selengkapnya

Dokter Bedah Ternama Gaza Tewas di Penjara Israel, Diduga Disiksa

13 menit lalu

Dokter Bedah Ternama Gaza Tewas di Penjara Israel, Diduga Disiksa

Seorang dokter bedah Palestina terkemuka dari Rumah Sakit al-Shifa di Gaza meninggal di penjara Israel setelah lebih dari empat bulan ditahan.

Baca Selengkapnya

Taiwan Beri Subsidi untuk Turis yang Traveling ke Kota Bekas Gempa Hualien dan Taitung

14 menit lalu

Taiwan Beri Subsidi untuk Turis yang Traveling ke Kota Bekas Gempa Hualien dan Taitung

Wisatawan yang melakukan tur mandiri di Hualien dan Taitung Taiwan dapat menerima subsidi hingga Rp 494 ribu.

Baca Selengkapnya

Jokowi Tegaskan Penyusunan Kabinet Baru Hak Prerogatif Prabowo: Kalau Usul-usul Boleh

16 menit lalu

Jokowi Tegaskan Penyusunan Kabinet Baru Hak Prerogatif Prabowo: Kalau Usul-usul Boleh

Jokowi menegaskan susunan kabinet pada pemerintahan mendatang merupakan hak prerogatif Presiden Terpilih dalam hal ini Prabowo

Baca Selengkapnya