Ia menyayangkan sikap importir yang sengaja mengambil keuntungan di tengah turunnya produksi bawang merah. “Seharusnya harga tetap stabil karena Brebes belum musim panen raya,” katanya, kemarin.
Hasil panen bawang rata-rata di Brebes mencapai 12 ton per hektare. Jika harga jualnya kurang dari Rp 10 ribu per kilogram, hasil panen itu tidak menutupi biaya produksi, apalagi bibit saat ini harganya mencapai Rp 25 ribu per kilogram.
Ia meminta pemerintah pusat membatasi masuknya bawang impor. Pasalnya Wakil Bupati Brebes Agung Widyantoro sudah angkat tangan. Lonjakan impor bawang merah ini, kata dia, terjadi karena ada kesepakatan pemerintah pusat dengan negara Asia Tenggara dalam memasarkan produk perdagangan.
Sementara itu, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Gunaryo mengakui tengah mewaspadai berlimpahnya stok bawang merah di pasar induk. Ia meminta petani bawang menahan sebagian stoknya untuk beberapa saat, sebab harga bawang di pasaran mulai jatuh.
"Bawang kan bisa disimpan dalam kurun waktu tertentu, meski memang tidak selama beras. Jangan sampai bawang merah masuk ke pasar induk terlalu banyak," katanya.
Menahan stok, menurut dia, bisa menjaga agar harga di tingkat petani maupun konsumen tidak lebih jatuh. Apalagi saat ini beberapa daerah penghasil bawang merah seperti Brebes dan sejumlah daerah di Jawa Timur memasuki masa panen.
Kementerian Perdagangan mencatat harga rata-rata bawang merah nasional anjlok tertinggi sebesar 7,88 persen pada pekan terakhir bulan ini menjadi Rp 23,776 per kilogram dibanding pekan sebelumnya yakni Rp 25.809 per kilogram.
Indonesia memang masih mengimpor bawang merah dan bibit bawang. Impor bawang merah ditujukan memenuhi kekurangan stok, dan impor bibit bawang untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan bagi petani yang mengalami gagal panen.
ROSALINA | EDI FAISOL