TEMPO Interaktif, Jakarta - Pemerintah akan mengubah strategi ekspor dari industri perkebunan kelapa sawit, yang semula mayoritas diekspor dalam bentuk minyak kelapa sawit menjadi barang olahan yang punya nilai tambah.
"Kedepannya 60-70 persen sudah diekspor dalam bentuk olahan," kata Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa dalam peresmian pabrik pengolahan kelapa sawit di Marunda, Bekasi Jawa Barat, Rabu (30/3)
Hatta mengungkapkan saat ini ekspor minyak kelapa sawit (crude palm oil) mencapai 19,5 juta ton per tahun. Ini mencapai 65 persen ekspor dari industri kelapa sawit. "Pemerintah akan membalik pola ini," kata Hatta.
Menurut Hatta dari data yang dirilis oleh Departemen Pertanian Amerika Serikat, produksi minyak kelapa sawit Indonesia mencapai 25,4 juta ton. "Ini menunjukkan pihak luar selalu memperhatikan perkembangan produksi CPO Indonesia," katanya.
Industri perkebunan kelapa sawit, kata Hatta harus meningkatkan efisiensi penggunaan lahan yang saat ini belum optimal. Ini disebabkan hampir 40 persen lahan kebun sawit merupakan perkebunan rakyat yang hanya mampu memproduksi 2 juta ton minyak kelapa sawit per hektare. "Karena itu saya swasta bermitra dengan perkebunan rakyat," katanya.
Adapun industri kelapa sawit milih swasta produktivitasnya sudah mencapai 5 - 6 juta ton per hektare. "Ini memberikan yield yang lebih baik," ujanya.
Nilai ekspor Indonesia pada 2010 mencapai US$ 157,5 miliar. Dari jumlah itu 10 persen disumbang dari ekspor CPO.