Tak Punya IPAL, 5 Perusahaan Ikan Terancam Ditutup

Reporter

Editor

Selasa, 22 Februari 2011 13:19 WIB

TEMPO Interaktif, Banyuwangi - Lima perusahaan pengolahan ikan di Kecamatan Muncar, Banyuwangi, Jawa Timur, terancam ditutup karena telah dua kali mendapat peringkat hitam dalam pengelolaan lingkungan hidup.

Menurut Kepala Kantor Lingkungan Hidup Pemerintah Banyuwangi, Abdul Rahman, penilaian itu berdasarkan hasil penyelidikan yang dilakukan Kementrian Lingkungan Hidup baru-baru ini.

Lima perusahaan pengolahan ikan tersebut yakni PT Sumber Yala, PT Maya Muncar, PT Pasififik Harvest, PT Blambangan Raya dan PT Afilla Prima. Rata-rata perusahaan ini telah berdiri sejak tahun 1970-an.

Abdul Rahman, mengatakan, penilaian hitam pertama kali telah diberikan Kementrian Lingkungan Hidup pada 2006 lalu. Bahkan, Pemerintah Banyuwangi sudah menindaklanjuti dengan memberikan surat teguran dua kali. "Tapi mereka mengabaikan teguran kami," kata dia kepada wartawan, Selasa (22/2).

Sesuai hasil penyelidikan Kementrian LH, kelima perusahaan itu telah melanggar UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup karena telah melepaskan limbah melebihi baku mutu ke air laut dan udara sehingga mencemari lingkungan.

Debit limbah cair maksimum bagi kawasan industri ditetapkan maksimal 1 liter per detik per hektare lahan yang terpakai.

Kementrian LH, kata dia, mewajibkan kelima perusahaan itu membuat instalasi pengolahan air limbah (IPAL) yang idealnya dibuat sebelum industri tersebut beroperasi. "Jadi sejak perusahaan tersebut berdiri sampai sekarang tidak satupun yang punya IPAL," katanya.

Rahman mengatakan, bila IPAL tidak dibuat secepatnya, Kementrian LH akan membekukan ijin operasional hingga memproses secara pidana.

Kecamatan Muncar memiliki Pelabuhan ikan terbesar di Indonesia. Di sekitar pelabuhan berdiri sedikitnya 135 industri pengolahan ikan mulai penepungan, pembekuaan dan sarden.

Namun tak satupun dari perusahaan itu yang memiliki IPAL. Limbah hanya diolah secara manual kemudian dibuang ke air sungai yang bermuara langsung ke air laut.

Humas PT Sumber Yala, Supriyadi, salah satu perusahaan yang menerima proper hitam, mengatakan, bersedia untuk membuat IPAL. Selama ini, pembuatan IPAL terkendala karena terbatasnya lahan dan teknisi.

Menurut Supriyadi, lahan di sekitar perusahaan sangat terbatas karena sudah dipadati pemukiman warga. "Saat ini kita sudah bernegosiasi dengan warga untuk pembebasan lahan," kata dia.

Supriyadi keberatan jika pencemaran air laut dan udara di kawasan Muncar hanya ditanggung oleh lima perusahaan yang menerima proper hitam tersebut. Padahal, kata dia, perusahaan lainnya juga belum memiliki IPAL. "Mengapa hanya kami berlima. Bagaimana dengan perusahaan-perusahaan lain," tanyanya.

PT Sumber Yala merupakan perusahaan pengolahan ikan terbesar di Muncar yang berdiri tahun 1973. Setiap hari perusahaan itu memproduksi 108 ton ikan dengan diekspor ke Cina, Korea dan Kanada.

IKA NINGTYAS

Berita terkait

Trenggono Sebut Perbankan Ogah Danai Sektor Perikanan karena Rugi Terus

4 hari lalu

Trenggono Sebut Perbankan Ogah Danai Sektor Perikanan karena Rugi Terus

Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengatakan bahwa sektor perikanan kurang mendapat dukungan investasi dari perbankan. Menurut dia, penyebabnya karena perbankan menghindari resiko merugi dari kegiatan investasi di sektor perikanan itu.

Baca Selengkapnya

Menteri KKP Ajak Investor Asing Investasi Perikanan

4 hari lalu

Menteri KKP Ajak Investor Asing Investasi Perikanan

Kementerian Kelautan dan Perikanan atau KKP mengajak investor untuk investasi perikanan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

DFW Desak Pemerintah Usut Dugaan Kejahatan Perikanan di Laut Arafura

16 hari lalu

DFW Desak Pemerintah Usut Dugaan Kejahatan Perikanan di Laut Arafura

Destructive Fishing Watch (DFW) Indonesia mendesak pemerintah untuk mengusut dugaan kejahatan perikanan di laut Arafura.

Baca Selengkapnya

Sejumlah Permasalahan Perikanan Jadi Sorotan dalam Hari Nelayan Nasional

26 hari lalu

Sejumlah Permasalahan Perikanan Jadi Sorotan dalam Hari Nelayan Nasional

Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) mengungkap sejumlah permasalahan nelayan masih membutuhkan perhatian serius dari pemerintah.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Sri Mulyani Masih Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 5,2 Persen, Bahlil Debat dengan Luhut

45 hari lalu

Terkini Bisnis: Sri Mulyani Masih Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 5,2 Persen, Bahlil Debat dengan Luhut

Sri Mulyani masih yakin pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap bisa mencapai 5,2 persen pada tahun ini.

Baca Selengkapnya

Inflasi Komoditas Perikanan 2,61 Persen, Ditopang Produksi Melimpah

45 hari lalu

Inflasi Komoditas Perikanan 2,61 Persen, Ditopang Produksi Melimpah

KKP menargetkan inflasi komoditas perikanan tahun 2023 sebesar 3+1 persen.

Baca Selengkapnya

KKP Anggarkan Rp 662 Miliar untuk Kesetaraan Gender, Ada 148 Ribu Perempuan di Sektor Perikanan

45 hari lalu

KKP Anggarkan Rp 662 Miliar untuk Kesetaraan Gender, Ada 148 Ribu Perempuan di Sektor Perikanan

Anggaran untuk mendukung perempuan dan disabilitas yang ada dalam sektor perikanan nasional.

Baca Selengkapnya

Eksploitasi Pekerja Sektor Perikanan Indonesia Masih Tinggi, Subsidi Nelayan Sulit

46 hari lalu

Eksploitasi Pekerja Sektor Perikanan Indonesia Masih Tinggi, Subsidi Nelayan Sulit

Pengusaha yang hanya mengejar keuntungan telah menyebabkan luasnya praktik kerja paksa, perdagangan manusia, dan perbudakan di sektor perikanan.

Baca Selengkapnya

Edi Damansyah Dorong Produksi Perikanan Kukar

47 hari lalu

Edi Damansyah Dorong Produksi Perikanan Kukar

Bupati Kutai Kartanegara (Kukar), Edi Damansyah, membuat program Dedikasi Kukar Idaman untuk para nelayan dan pembudidaya ikan di Kecamatan Anggana.

Baca Selengkapnya

Gagal, Isu Pertanian dan Subsidi Perikanan Belum Disetujui WTO

59 hari lalu

Gagal, Isu Pertanian dan Subsidi Perikanan Belum Disetujui WTO

Isu soal pertanian dan subsidi perikanan belum disetujui dalam KTM13 WTO di Abu Dhabi lalu. Meski demikian, sudah disetujui sekitar 80 member WTO.

Baca Selengkapnya