BPS: Kenaikan Tarif Kereta Bukan Berita Besar  

Reporter

Editor

Senin, 10 Januari 2011 12:49 WIB

Ratusan penumpang berebut naik kedalam kereta di stasiun Manggarai, Jakarta, (7/1). TEMPO/Eko Siswono Toyudho

TEMPO Interaktif, Jakarta - Kepala Badan Pusat Statistik Rusman Heryawan mengatakan kenaikan tarif kereta api tidak menyumbang banyak pada kenaikan laju inflasi. "Hitungan tarif kereta api ke inflasi itu 0,09 persen," kata Rusman di sela Rapat Kerja Pelaksanaan Program Pembangunan Tahun 2011 di Jakarta Convention Centre, Jakarta, Senin (10/1)

Menurut Rusman setiap kenaikan tarif sudah pasti berdampak pada kenaikan inflasi. Namun kenaikan tarif kereta bukan sebuah berita besar. "Tak perlu sampai jadi hiruk-pikuk," katanya. Semula, Kementerian Perhubungan menaikkan tarif kereta ekonomi pada Sabtu pekan lalu. Kenaikan yang berkisar Rp 500-8.500 tersebut ditunda keesokanya Ahad (9/1).

Penundaan itu dilakukan karena pemerintah melihat kondisi sosial dan ekonomi masyarakat belum memungkinkan. Rusman menjelaskan bila kenaikan mencapai 10 persen, pengaruh terhadap inflasi hanya 0,009 persen. "Jadi 0,01 saja belum. Masih kecil," katanya. Menurut dia andai tarif kereta naik Rp 1.000-2.000 masih bisa ditoleransi. "Lihat saja orang naik kereta dari Bogor ke Jakarta bisa sembari SMS-an 6-10 kali. Itu berapa dia keluarkan untuk SMS," katanya.

Sebelumnya, Forum Perkeretaapian Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) menilai penundaan kenaikan tarif kereta rel listrik kelas ekonomi semakin membebani PT Kereta Api sebagai operator dalam memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat. Padahal kenaikan tarif merupakan bentuk penyesuaian perusahaan itu dari kebutuhan pelayanan yang kian tinggi.

"Pada 2008, sewaktu harga bahan bakar minyak naik, ternyata PT KA tidak ikut menaikkan tarif. Tapi, waktu 2009, saat harga bahan bakar turun, mereka harus ikut menurunkan tarif. Bagi operator, ini jadi beban untuk menutupi biaya yang dikeluarkan," kata Ketua Forum Perkeretaapian MTI Djoko Setijowarno kepada Tempo kemarin.

Djoko menyarankan, selama penundaan tarif, pemerintah mesti menempuh langkah khusus. Pemerintah, misalnya, segera memberikan fasilitas pembiayaan kepada PT KA dengan dana talangan atau dana pinjaman untuk perbaikan pelayanan. "Seharusnya penghapusan bahan bakar bersubsidi yang tengah digulirkan pemerintah dialihkan untuk PT KA," ujar dia.

IQBAL MUHTAROM

Berita terkait

17 Bandara Internasional Turun Status, BPS: Hanya Digunakan 169 Wisatawan Mancanegara

23 jam lalu

17 Bandara Internasional Turun Status, BPS: Hanya Digunakan 169 Wisatawan Mancanegara

BPS mencatat hanya 169 wisatawan mancanegara yang menggunakan 17 Bandara yang kini turun status menjadi Bandara domestik.

Baca Selengkapnya

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

1 hari lalu

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

Badan Pusat Statistik mencatat tingkat inflasi pada momen Lebaran atau April 2024 sebesar 3 persen secara tahunan.

Baca Selengkapnya

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

10 hari lalu

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

Indonesia memperpanjang rekor surplus neraca perdagangan dalam 47 bulan terakhir pada Maret 2024

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

11 hari lalu

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

Pembacaan putusan sengketa Pilpres di MK memengaruhi IHSG. Perdagangan ditutup melemah 7.073,82.

Baca Selengkapnya

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

11 hari lalu

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

BPS mencatat impor pada Maret 2024 turun 2,6 persen secara bulanan. Impor bahan baku dan bahan penolong turun, tapi barang konsumsi naik.

Baca Selengkapnya

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

11 hari lalu

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

Badan Pusat Statistik atau BPS mengungkapkan terjadi lonjakan impor serealia pada Maret 2024. BPS mencatat impor beras naik 2,29 persen. Sedangkan impor gandum naik 24,54 persen.

Baca Selengkapnya

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

11 hari lalu

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

BPS menilai dampak konflik geopolitik antara Iran dan Israel tak berdampak signifikan terhadap perdangan Indonesia. Begini penjelasan lengkapnya.

Baca Selengkapnya

Surplus Perdagangan Maret Tembus USD 4,47 Miliar, Ditopang Ekspor Logam Dasar dan Sawit

11 hari lalu

Surplus Perdagangan Maret Tembus USD 4,47 Miliar, Ditopang Ekspor Logam Dasar dan Sawit

Surplus perdagangan Indonesia pada Maret 2024 tembus US$ 4,47 miliar. Surplus 47 bulan berturut-turut.

Baca Selengkapnya

Timur Tengah Memanas, BPS Beberkan Sejumlah Komoditas yang Harganya Melonjak

11 hari lalu

Timur Tengah Memanas, BPS Beberkan Sejumlah Komoditas yang Harganya Melonjak

Badan Pusat Statistik atau BPS membeberkan lonjakan harga komoditas akibat memanasnya tekanan geopolitik di Timur Tengah.

Baca Selengkapnya

Arus Balik Lebaran, Tiket Kereta Api Sribilah Utama Cukup Rp 105 Ribu

18 hari lalu

Arus Balik Lebaran, Tiket Kereta Api Sribilah Utama Cukup Rp 105 Ribu

PT Kereta Api Indonesia (KAI) memberlakukan tarif spesial selama masa arus balik lebaran. Tiket Kereta Api Sribilah Utama hanya Rp 105.000.

Baca Selengkapnya