Kenaikan harga terjadi di hari kedua, sebelum para ekonom yang disurvei oleh Bloomberg menyatakan bahwa industri Amerika Serikat akan terus memimpin ekspansi yang telah mereka mulai sejak Juni 2009 lalu. Menurut departemen energi, standar permintaan bahan bakar dalam negeri pun bahkan diprediksi akan melonjak hingga menjadi 20,7 juta barel per hari.
"Kami lihat berdasar rata-rata konsumsi Bulan Desember yang lebih dari 20 juta barel per hari, yang merupakan kali pertama sejak Februari 2008," kata Chen Xin Yi, seorang analis produk yang berbasis di Singapura Barclays Capital. "Itupun Jika kita tidak terlalu peduli dengan penurunan di pasar,".
Harga minyak mentah untuk pengiriman pada bulan Februari saat itu naik 47 sen, atau 0,5 persen menjadi $ 91,85 per barel pada perdagangan elektronik di New York Mercantile Exchange. Sementara,pada tanggal 31 Desember kemarin, kontrak untuk harga minyak mencapai US$ 92,06, tertinggi sejak 7 Oktober 2008.
Indeks pabrik Institute for Supply Management Amerika pun naik hingga menjadi 57 pada Desember, tertinggi dalam tujuh bulan, berdasar estimasi median dari 57 ekonom yang disurvei Bloomberg News.
Di China, selaku pengguna energi terbesar, indeks pembelian turun menjadi 53,9 dari 55,2 pada bulan November, berdasar data dari federasi logistik dan biro statistik pada 1 Januari kemarin.
Kenaikan harga minyak mencapai hingga 15 persen pada tahun lalu, sebagai tanda momentum pemulihan ekonomi global yang didorong dengan peningkatan permintaan bahan baku. Komoditas mengalahkan kenaikan saham, obligasi dan dolar seiring dengan Cina yang terus memimpin pemulihan dari resesi terburuk sejak Perang Dunia Kedua.
Berdasarkan survei,harga minyak mentah diperkirakan akan mengalami penurunan pada pekan ini. Stok minyak di Amerika juga mengalami penurunan di empat pekan terakhir di bulan Desember lalu, yang menurut departemen energi adalah penurunan terbanyak selama satu tahun terakhir dengan persediaan yang berada di angka 339,4 juta barel.
Harga minyak Brent untuk akhir Februari juga diperkirakan akan naik sebanyak 35 sen atau 0,4 persen menjadi $ 95,10 per barel di bursa efek yang berbasis di London ICE Futures Eropa. Pada tanggal 31 Desember lalu, kontrak telah naik dan menyentuh angka US$ 94,75, penutupan tertinggi sejak tanggal 1 Oktober 2008.
BLOOMBERG| GUSTIDHA BUDIARTIE