Perjanjian Dagang dengan Pakistan Bisa Molor Lagi

Reporter

Editor

Jumat, 24 Desember 2010 15:58 WIB

Petugas dari Direktorat Pengawasan Barang Beredar dan Jasa Ditjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan melakukan inspeksi mendadak (sidak) di sebuah perumahan yang digunakan sebagai gudang dan tempat perakitan perlengkapan tabung gas, yakni selang dan regulator yang berlokasi di Jalan Jelambar Selatan XVII-K dan XVII-F, Jakarta. TEMPO/Subekti

TEMPO Interaktif, Jakarta - Perjanjian perdagangan antara Indonesia dan Pakistan dalam kerangka Preferential Trade Agreement (PTA) belum tentu ditandatangani tahun depan. "Belum ada rencana penandatanganan PTA tahun depan," kata Direktur Jenderal Kerjasama Perdagangan Internasional, Kementerian Perdagangan, Gusmardi Bustami melalui pesan pendek kepada Tempo, Jumat (24/12).

Perundingan lanjutan PTA Indonesia-Pakistan sedianya dilaksanakan tahun ini. "Seharusnya Pakistan menjadi tuan rumah pelaksanaan perundingan," kata dia. Namun, karena negeri ini memiliki masalah dalam negeri, maka perundingan dilanjutkan tahun 2011..

Indonesia belum mendapat informasi waktu perundingan lanjutan akan dilaksanakan. "Jika saat perundingan nanti dapat dicapai kesepakatan, bisa saja ditandatangani tahun depan," katanya.

PTA adalah perjanjian kerjasama perdagangan yang dilakukan untuk meningkatkan perdagangan bilateral antara dua negara. Proses untuk menyepakati PTA Indonesia-Pakistan dilakukan sejak 2005. Negosiasi perjanjian dagang menemui kebuntuan. Indonesia maupun Pakistan masih mempertahankan kepentingannya masing-masing. Indonesia punya kepentingan untuk lebih banyak ekspor CPO ke Pakistan. Sementara Pakistan ingin memasukkan jeruk kino ke pasar Indonesia. Belum lagi tambahan pos tarif yang disusulkan masuk ke dalam kerangka PTA.

Duta Besar Pakistan untuk ASEAN dan Indonesia, Sanaullah menyatakan PTA diharapkan akan ditandatangani pada kuartal pertama tahun 2011. Menurut Sanaullah, kunjungan Menteri Luar Negeri Shah Mehmood Qureshi ke Indonesia yang bertemu dengan Menteri Luar Negeri, Marty Natalegawa akan berpengaruh kondusif terhadap proses menuju
penandatanganan PTA.

Total perdagangan kedua negara sempat mencapai angka yang cukup tinggi pada 2008. Saat itu, total perdagangan mencapai US$ 994 juta. Pada 2009, total perdagangan turun menjadi US$ 741 juta. Jika kesepakatan itu ditandatangani, perdagangan bilateral menjadi sekitar US$ 2 miliar dalam waktu dua tahun. Sektor usaha kelapa sawit adalah salah satu yang paling berharap perjanjian ini segera disepakati.

Eka Utami Aprilia

Berita terkait

Bertemu PM Cina, Prabowo Bahas Penguatan Bilateral hingga Kerja Sama Tingkat Global

30 hari lalu

Bertemu PM Cina, Prabowo Bahas Penguatan Bilateral hingga Kerja Sama Tingkat Global

Kedatangan Prabowo ke negara tirai bambu untuk memperkuat kerja sama antara dua negara.

Baca Selengkapnya

Bamsoet Dorong Peningkatan Kerjasama Bilateral

30 November 2023

Bamsoet Dorong Peningkatan Kerjasama Bilateral

Hadiri Peringatan 50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia, Ketua MPR RI Bamsoet Dorong Peningkatan Kerjasama Bilateral

Baca Selengkapnya

Bamsoet Dorong Peningkatan Hubungan Bilateral Indonesia-Thailand

27 November 2023

Bamsoet Dorong Peningkatan Hubungan Bilateral Indonesia-Thailand

Bertemu Duta Besar RI untuk Thailand, Ketua MPR RI Bamsoet Dorong Peningkatan Hubungan Bilateral Indonesia - Thailand

Baca Selengkapnya

Mendag Bahas Peningkatan Hubungan Ekonomi Bilateral Indonesia - Inggris

10 Maret 2023

Mendag Bahas Peningkatan Hubungan Ekonomi Bilateral Indonesia - Inggris

Indonesia dan Inggris telah memiliki forum Joint Economic and Trade Committee (JETCO)

Baca Selengkapnya

Jokowi Targetkan Nilai Perdagangan dengan Vietnam Capai US$ 15 Miliar

22 Desember 2022

Jokowi Targetkan Nilai Perdagangan dengan Vietnam Capai US$ 15 Miliar

Jokowi menyebut dalam pertemuan hari ini, dirinya telah menandatangani tiga MoU atau nota kesepahaman tentang kerja sama.

Baca Selengkapnya

PM Australia Tawarkan Bantuan Iklim ke Jokowi untuk Pererat Kerja Sama

6 Juni 2022

PM Australia Tawarkan Bantuan Iklim ke Jokowi untuk Pererat Kerja Sama

Kunjungan Anthony Albanese ke Indonesia menjadi pertemuan bilateral pertama bagi pemerintahan Australia yang baru.

Baca Selengkapnya

Bertemu Menlu Prancis, Jokowi Sampaikan 5 Pesan soal Hubungan Kedua Negara

24 November 2021

Bertemu Menlu Prancis, Jokowi Sampaikan 5 Pesan soal Hubungan Kedua Negara

Jokowi menyampaikan terima kasih atas dukungan vaksin Prancis ke Indonesia yang jumlah totalnya akan mencapai 4,8 juta dosis.

Baca Selengkapnya

Insiden Diplomat Nigeria, Kemenlu: Semoga Hubungan Bilatera Tetap Baik

11 Agustus 2021

Insiden Diplomat Nigeria, Kemenlu: Semoga Hubungan Bilatera Tetap Baik

Kementerian Luar Negeri menegaskan hubungan bilateral antara Indonesia dengan Nigeria telah berjalan baik.

Baca Selengkapnya

Semester 1 2021, AstraZeneca Raup USD 1,2 Miliar dari Penjualan Vaksin Covid-19

29 Juli 2021

Semester 1 2021, AstraZeneca Raup USD 1,2 Miliar dari Penjualan Vaksin Covid-19

Perusahaan farmasi multinasional AstraZeneca meraup pendapatan US$ 1,2 miliar dari penjualan vaksin Covid-19 sepanjang semester pertama 2021.

Baca Selengkapnya

Indonesia Usul Tingkatkan Kerja Sama Ketenagakerjaan dengan Singapura

22 Juni 2021

Indonesia Usul Tingkatkan Kerja Sama Ketenagakerjaan dengan Singapura

Peningkatan kerja sama tersebut antara lain meliputi permintaan bantuan tenaga ahli Singapura untuk pengembangan Innovation Center dan Talent Hub Kemnaker.

Baca Selengkapnya