Pertamina Minta Taksi Pakai Pertamax  

Reporter

Editor

Kamis, 25 November 2010 06:00 WIB

Taksi. TEMPO/Panca Syurkani
TEMPO Interaktif, Jakarta -PT Pertamina (Persero) mengusulkan program pembatasan bahan bakar minyak bersubsidi juga diberlakukan terhadap taksi. Sebab, meski termasuk golongan angkutan umum, taksi justru menyedot Premium lebih banyak ketimbang bahan bakar yang dipakai oleh masyarakat. Apalagi taksi untuk keperluan bisnis dan mencari untung.

Sehingga di masa mendatang taksi hanya boleh menggunakan BBM nonsubsidi, seperti Pertamax. "Armada taksi sekarang sekitar 10 ribu. Setiap hari mereka bergerak terus. Sehari bisa menghabiskan BBM sampai 30 liter atau sekitar 300 kiloliter sebulan. Itu jumlah yang besar. Jadi taksi harusnya kena pembatasan juga," kata juru bicara Pertamina, Mochamad Harun, di Jakarta kemarin.

Mulai 1 Januari tahun depan, pemerintah membatasi pemakaian BBM bersubsidi, terutama Premium dan solar. Ada dua opsi yang ditawarkan. Pertama, pembatasan untuk semua kendaraan roda empat berpelat hitam, kecuali kendaraan pelat kuning, roda dua, roda tiga, dan nelayan. Kedua, pembatasan dilakukan untuk kendaraan roda empat keluaran tahun 2005 ke atas.

Kalangan pengusaha jelas-jelas keberatan bila pembatasan Premium turut diberlakukan untuk taksi. Apalagi bahan bakar adalah salah satu komponen termahal dalam pengelolaan taksi. Pengusaha mungkin mendesak pemerintah untuk menaikkan tarif guna menutup biaya operasional akibat pembatasan Premium.

"Sangat memberatkan. Tak hanya untuk pengusaha, tapi juga pengemudi, bahkan penumpang," kata Mubha Kahar Muang, Presiden Direktur Putra Taksi Group. "Kalau taksi tak dapat subsidi, otomatis kami beralih ke BBM nonsubsidi. Kenaikan tarif tak bisa dihindari. Ini sama saja memberatkan penumpang."

Selama November ini, Pertamina menjual Premium setelah disubsidi seharga Rp 4.500 per liter di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Bila pembatasan juga berlaku bagi taksi, mereka harus membeli bahan bakar lain yang selisih harganya lebih mahal. Pertamax, misalnya, dijual seharga Rp 6.650 per liter. Sedangkan Pertamax Plus Rp 7.000 per liter.

Juru bicara Blue Bird Group, Teguh Wijayanto, menyatakan sampai saat ini Blue Bird masih tetap berpegang pada peraturan pemerintah yang menyatakan taksi tetap termasuk kategori kendaraan berpelat kuning yang dapat menggunakan BBM bersubsidi. "Selama peraturannya belum dicabut, kami akan berpegang teguh pada peraturan itu," ujar Teguh.

Teguh menjelaskan, pemerintah dan Pertamina seharusnya sadar bahwa taksi juga berkontribusi dalam pembangunan dan alternatif transportasi agar warga tak terlalu banyak menggunakan kendaraan pribadi. Apabila pembatasan direalisasi, Blue Bird bakal memperhitungkan kembali biaya yang dibutuhkan untuk operasional taksi tersebut, termasuk meminta kenaikan tarif.

Skenario terburuk, bukan tak mungkin bakal ada perusahaan taksi yang tutup seandainya pemerintah tak segera mengambil langkah penentuan tarif baru berkaitan dengan pembatasan Premium. "Sebab, perusahaan taksi banyak yang merugi akibat mahalnya biaya operasional yang harus dikeluarkan," kata Direktur Utama Taksi Gamya, Mintarsih A. Latief.

GUSTIDHA BUDIARTIE

Berita terkait

Daya Beli Masih Lemah, Komisi VII DPR Minta Kaji Penghapusan BBM Premium

24 November 2020

Daya Beli Masih Lemah, Komisi VII DPR Minta Kaji Penghapusan BBM Premium

Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto mengingatkan agar pemerintah tidak menerapkan penghapusan bahan bakar minyak (BBM) jenis premium.

Baca Selengkapnya

Ini Akibatnya Jika Mobil Diisi Bensin dengan RON Rendah

30 September 2020

Ini Akibatnya Jika Mobil Diisi Bensin dengan RON Rendah

Hal paling sering dijumpai ketika mobil diisi dengan bahan bakar RON rendah (misalnya RON 88), mesin akan knocking atau mengelitik.

Baca Selengkapnya

Konsumsi BBM Turun 8 Persen Akibat Work From Home

26 Maret 2020

Konsumsi BBM Turun 8 Persen Akibat Work From Home

Pertamina mencatat terjadi penurunan konsumsi BBM terkait kebijakan work from home.

Baca Selengkapnya

Garda Revolusi Iran Bakal Bertindak Jika Demonstrasi Berlanjut

19 November 2019

Garda Revolusi Iran Bakal Bertindak Jika Demonstrasi Berlanjut

Warga Iran turun ke jalan memprotes kebijakan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak hingga 50 persen dan membatasi pembeliannya.

Baca Selengkapnya

Bos Baru Shell Siapkan Strategi Pengembangan Bisnis SPBU

25 September 2019

Bos Baru Shell Siapkan Strategi Pengembangan Bisnis SPBU

Shell, perusahaan energi Internasional resmi menunjuk Waqar Siddiqui sebagai Direktur Retail Shell Indonesia yang baru

Baca Selengkapnya

Bakamla RI Tangkap Empat Kapal Pengangkut BBM Ilegal

20 Agustus 2019

Bakamla RI Tangkap Empat Kapal Pengangkut BBM Ilegal

Dari pemeriksaan diketahui nakhoda bahwa kapal mendapatkan BBM sebanyak 300 ton dari kapal tanker di Palembang tanpa dokumen yang sah.

Baca Selengkapnya

Subsidi BBM Solar Tahun Ini Diprediksi Membengkak

27 Juni 2019

Subsidi BBM Solar Tahun Ini Diprediksi Membengkak

Realisasi konsumsi solar sampai dengan April 2019 telah mencapai sebesar 5,07 juta kl atau setara dengan 35 persen pagu.

Baca Selengkapnya

Harga Pertamax Naik, ESDM Yakin Konsumen Tak Beralih ke Premium

5 Juli 2018

Harga Pertamax Naik, ESDM Yakin Konsumen Tak Beralih ke Premium

Konsumen Pertamax diyakini tak akan balik lagi mengkonsumsi premium.

Baca Selengkapnya

Posko ESDM: Konsumsi BBM Bensin Naik 12 Persen saat Ramadan 2018

2 Juli 2018

Posko ESDM: Konsumsi BBM Bensin Naik 12 Persen saat Ramadan 2018

Sementara itu, BBM jenis gasoil (solar) terjadi penurunan pendistribusian.

Baca Selengkapnya

2018, AKR Bakal Bangun 7 Pompa Bensin di Wilayah 3T

10 November 2017

2018, AKR Bakal Bangun 7 Pompa Bensin di Wilayah 3T

Demi mendukung program BBM satu harga, AKR akan membangun 7 SPBKB di wilayah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (3T).

Baca Selengkapnya