TEMPO Interaktif, Malang - Pemerintah Kota (Pemkot) Malang memutuskan tidak akan menggelar operasi meski ada kenaikan harga sembilan bahan pokok (sembako). Alasannya, operasi pasar tak akan mampu menstabilkan harga karena kenaikan disebabkan oleh tingginya permintaan.
"Kenaikan sembako pada Ramadhan karena hukum pasar saja. Harga barang akan turun sendiri setelah Lebaran," kata Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian dan PerdaganganPemkot Malang Sri Mutatik, Jumat (6/8).
Menurut Sri, operasi pasar tak akan bisa mengendalikan harga jika tak dilakukan oleh serentak oleh seluruh Pemerintah Daerah. Operasi pasar yang dilakukan sendiri-sendiri hanya dimanfaatkan oleh para spekulan luar kota dengan memborong semua barang yang dijual pada operasi pasar.
Pemkot Malang tahun lalu melakukan operasi pasar untuk mengendalikan harga sembako. Namun operasi gagal mengendalikan harga karena persediaan sembako yang digelontorkan Bulog dibeli oleh warga luar kota. "Setelah operasi pasar, harga naik kembali," ujar Sri Mutatik.
Untuk itu Pemkot Malang tak menganggarkan dana untuk operasi pasar pada tahun ini. Sebagai gantinya, Pemkot Malang telah menganggarkan dana Rp 1,5 miliar untuk penjualan paket sembako harga murah pada bulan Ramadhan. Sembako akan dijual kepada keluarga pra-sejahtera.
Pemkot Malang juga menjamin tak akan ada kelangkaan sembako dan bahan bakar minyak. “Stock aman," kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Pemkot Malang, Sugiantoro.
Saat ini, kata Sugiantoro, stok beras di Malang mencapai 25 ribu ton. Persediaan tersebut cukup untuk kebutuhan masyarakat Kota Malang hingga Desember nanti. "Demikian juga dengan stock bahan pangan lain," ujar Sugiantoro.
Menjelang Hari Raya Idul Fitri 1445 H, Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Kediri, Eriani Annisa Hanindhito atau Mbak Cicha, memimpin kegiatan penyaluran hasil infaq Pondok Ramadan kepada warga, di Pendopo Kecamatan Purwoasri, Rabu, 27 Maret 2024.