Cina Tambah Kepemilikan Surat Utangnya di Amerika

Reporter

Editor

Rabu, 16 Juni 2010 15:12 WIB

AP Photo/Kin Cheung
TEMPO Interaktif, Washington - Pemerintah Cina kembali meningkatkan kepemilikannya pada surat utang Amerika Serikat pada April lalu, yang merupakan peningkatannya dalam dua bulan beruntun. Imbal hasil yang cukup menarik dan didorong oleh kekhawatiran utang Yunani dan negara Eropa lainnya akan mengalami gagal bayar.

Kekhawatiran kemungkinan terjadinya gagal bayar telah memicu pengalihan investasi. Obligasi Amerika dianggap investasi paling aman di dunia, karena pemerintah AS tidak pernah gagal bayar. Menurut data Departemen Keuangan, kepemilikan Cina pada surat utang Amerika naik US$ 5 miliar menjadi US$ 90,2 miliar pada April. Total keseluruhannya meningkat US$ 72,8 miliar menjadi US$ 3,96 triliun.

Peningkatan pada April kemarin sedikit mereda karena kecemasan meningkatnya permintaan surat utang Amerika oleh investor luar negeri akan memaksa pemerintah Amerika akan membayar suku bunga yang lebih besar untuk membiayai utangnya.

Para ekonom meramalkan permintaan obligasi Negeri Abang Sam pada Mei lalu akan kembali meningkat karena mencuatnya krisis utang. "Kami menyatakan untuk langkah pengamanan masih akan mendukung dolar AS di kwartal kedua ini,” kata Win Thin, ahli strategi mata uang dari Brown Brothers Harriman & Co di New York.

Mengingat krisis Eropa masih bergulir sepanjang Mei lalu, investor melihat akan ada arus masuk besar-besaran. Gregory Daco, ekonom dari HIS Global Insight, mengatakan permintaan utang AS juga ditopang oleh kenyataan prospek laba korporat yang bagus, dan ekonomi Amerika juga akan tumbuh lebih kuat dari kawasan Eropa tahun ini.

Cina adalah negara terbesar pemegang obligasi Amerika. Kepemilikannya kembali meningkat pada Maret dan April lalu, setelah dalam enam bulan beruntun Cina terus mengurangi kepemilikannya. Bahkan, pengurangannya menimbulkan kecemasan Cina mungkin akan mengubah dananya dalam bentuk tunai dari obligasi.

April lalu total pemegang obligasi Amerika meningkat 1,9 persen, dan bulan sebelumnya bahkan meningkat 3,5 persen. Data dari Departemen Keuangan Amerika mencatat pembelian bersih obligasi Amerika, baik pemerintah maupun swasta, meningkat US$ 8,3 miliar pada April, dan bulan sebelumnya sebesar US$ 140,5 miliar.

Bunga obligasi yang lebih tinggi di Amerika telah mendorong naiknya suku bunga. Ini merupakan konsekuensi dari pembiayaan defisit anggaran federal. Defisit anggaran federal mencapai rekor tertingginya sebesar US$ 1,4 triliun tahun lalu. Defisit diperkirakan masih akan bertahan di atas US$ 1 triliun tahun ini dan tahun depan.

Jepang, pemegang kedua terbesar obligasi AS, juga meningkatkan kepemilikannya April lalu sebesar US$ 10,6 miliar menjadi US$ 795,5 miliar. Negara lainnya yang juga meningkatkan kepemilikannya antara lain Inggris, dan negara-negara pengekspor minyak.

VIVA B KUSNANDAR | ASSOCIATED PRESS

Berita terkait

CIMB Niaga Dorong Masyarakat Giat Investasi dengan Dana Mulai Rp 10 Ribu

36 hari lalu

CIMB Niaga Dorong Masyarakat Giat Investasi dengan Dana Mulai Rp 10 Ribu

CIMB Niaga mendorong masyarakat untuk giat berinvestasi, salah satunya dengan menempatkan dana dengan nominal paling terjangkau mulai dari Rp 10 ribu.

Baca Selengkapnya

BRI Tawarkan ORI025, Pilihan Aman Bagi Investor Lama dan Pemula

3 Februari 2024

BRI Tawarkan ORI025, Pilihan Aman Bagi Investor Lama dan Pemula

ORI025 menggunakan jenis kupon tetap atau fixed rate

Baca Selengkapnya

DBS Ungkap Peluang Investasi Kuartal I 2024, Obligasi Sangat Menjanjikan

24 Januari 2024

DBS Ungkap Peluang Investasi Kuartal I 2024, Obligasi Sangat Menjanjikan

DBS Group Research memproyeksikan investasi aset-aset yang berisiko lebih menjanjikan. Obligasi korporasi dengan peringkat A atau BBB yang terbaik.

Baca Selengkapnya

Tertinggi Setelah Vietnam, Pasar Saham RI Menguat 2,71 Persen pada Desember 2023

9 Januari 2024

Tertinggi Setelah Vietnam, Pasar Saham RI Menguat 2,71 Persen pada Desember 2023

OJK optimistis industri pasar modal Indonesia masih tumbuh luas untuk semakin memberikan kontribusi optimal bagi perekonomian nasional.

Baca Selengkapnya

Dana Pihak Ketiga Perbankan Rendah, Ekonom Sebut Milenial Lebih Suka Simpan Duit di Saham

29 Desember 2023

Dana Pihak Ketiga Perbankan Rendah, Ekonom Sebut Milenial Lebih Suka Simpan Duit di Saham

Ekonom senior Indef Aviliani mengatakan pertumbuhan dana pihak ketiga perbankan hanya 4 persen.

Baca Selengkapnya

Kreditur Obligasi Waskita Karya Belum Setuju Skema Restrukturisasi, Ini Kata Stafsus Erick Thohir

19 Desember 2023

Kreditur Obligasi Waskita Karya Belum Setuju Skema Restrukturisasi, Ini Kata Stafsus Erick Thohir

Stafsus Erick Thohir menanggapi kreditur obligasi Waskita Karya yang belum menyetujui skema restrukturisasi.

Baca Selengkapnya

Obligasi dan Sukuk untuk Pembiayaan IKN Nusantara

14 Desember 2023

Obligasi dan Sukuk untuk Pembiayaan IKN Nusantara

Ruang bagi Otorita IKN Nusantara menerbitkan obligasi dan sukuk sudah terbuka dengan adanya klausul dalam revisi UU IKN Nusantara.

Baca Selengkapnya

Obligasi Waskita Karya Terancam Masalah Keuangan, Asosiasi Asuransi Bicara Tata Kelola Investasi

30 November 2023

Obligasi Waskita Karya Terancam Masalah Keuangan, Asosiasi Asuransi Bicara Tata Kelola Investasi

Ketua Dewan Pengurus AAJI Budi Tampubolon menjelaskan bahwa pengurus AAJI selalu menyampaikan prinsip kehati-hatian dalam tata kelola investasi kepada anggotanya.

Baca Selengkapnya

Bos AAJI Buka Suara soal Obligasi Industri Asuransi di Waskita Karya yang Terancam Masalah Keuangan

30 November 2023

Bos AAJI Buka Suara soal Obligasi Industri Asuransi di Waskita Karya yang Terancam Masalah Keuangan

Waskita Karya mengalami masalah keuangan yakni gagal bayar bunga dan pelunasan obligasi perseroan.

Baca Selengkapnya

Ternyata Ini Alasan Saham Waskita Karya Terancam Delisting dari Bursa

28 November 2023

Ternyata Ini Alasan Saham Waskita Karya Terancam Delisting dari Bursa

PT Waskita Karya (Persero) Tbk. berpotensi bakal delisting saham dari BEI karena beberapa alasan. Apa saja penyebabnya?

Baca Selengkapnya