TEMPO Interaktif, Jakarta:Laju inflasi bulan Januari sebesar 0,8 persen tidak bisa dijadikan acuan target inflasi tahun ini sebesar 9 persen tidak akan tercapai. 0,8 persen itu lebih rendah dari yang diperkirakan, ini angka kecil bisa dikontrol, kata Deputi Gubernur Bank Indonesia, Miranda Goeltom kepada wartawan sebelum mengikuti rapat kerja dengan Komisi Keuangan Perbankan (Komisi IX) DPR di Gedung DPR/MPR jakarta, Rabu (5/2). Ia mengatakan laju inflasi bulan lalu jauh lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun 2002. Kata dia, Januari 2002 laju inflasi mencapai 1, 89 persen. Jadi dilihat year on year, untuk bulan Januari tahun ini lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya, ujar Miranda. Kestabilan nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS, lanjut dia, mampu menekan laju inflasi. Bank Sentral memperkirakan nilai tukar rupiah tahun ini akan lebih stabil karena permintaan masyarakat akan Dolar AS tidak terlalu besar. Kalau dilihat dari sisi ini, increase pass thru effect dari depresiasi tidak akan terjadi pada inflasi, jelas dia. Miranda mengungkapkan BI juga memperkirakan kenaikan harga yang diatur pemerintah, seperti BBM, listrik dan telepon hanya memberi dampak inflasi sebesar 3,02 persen. Ini lebih rendah dibanding tahun sebelumnya, yaitu 3,21 persen. Ini dengan perhitungan jadi naik apalagi kalau tidak jadi naik akan lebih kecil, kata dia. Jadi, katanya, masalah yang perlu dijaga adalah ekspektasi masyarakat terhadap inflasi tidak terlalu berlebihan.. Ini yang membuat kami yakin target 9 persen tahun ini dapat tercapai, tegas Miranda. BI meperkirakan core inflation tahun 2003 sekitar 6 persen. Menurut Miranda, berbicara inflasi bukan mendiskusikannya bulan ke bulan. Tapi, kata dia, harus dillihat gambaran struktur inflasi secara keseluruhan. Artinya struktur inflasi itu harus dilihat penyebabnya apa saja, kemudian pendukung instrumen untuk mengatasinya apa saja, imbuhnya. (SS Kurniawan Tempo News Room)