Bank Sentral Pertahankan Bunga Acuan 6,5 Persen

Reporter

Editor

Selasa, 6 April 2010 14:34 WIB

TEMPO/Panca Syurkani
TEMPO Interaktif, Jakarta - Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan (BI Rate) pada tingkat 6,5 persen. BI Rate dalam level itu diyakini masih kondusif bagi upaya memperkuat proses pemulihan perekonomian, menjaga stabilitas keuangan, serta mendorong intermediasi perbankan.

Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia, Selasa (6/4), memutuskan untuk mempertahankan suku bunga itu berdasarkan hasil evaluasi atas kinerja perekonomian selama triwulan I-2010 dan prospek ekonomi ke depan. BI Rate pada tingkatan tersebut dinilai masih konsisten dengan pencapaian sasaran inflasi 2010 dan 2011 sebesar 5 persen, plus-minus 1 persen.

Seperti yang dilansir dalam laman resmi Bank Indonesia, Dewan Gubernur berpendapat, penguatan ekonomi domestik terus berlanjut didukung kinerja ekonomi global yang semakin kondusif. Perkembangan hingga triwulan I-2010 menunjukkan pemulihan ekonomi global, terutama di Amerika Serikat, Cina dan India, berlangsung lebih cepat dan lebih kuat dari perkiraan semula.

Adapun penyelesaian krisis utang Yunani sejauh ini direspons positif oleh pelaku ekonomi dan hanya berdampak terbatas di pasar finansial. Pemulihan ekonomi global yang disertai dengan perbaikan persepsi risiko telah mendorong optimisme yang semakin kuat di pasar finansial dan pasar komoditas yang tercermin dari indikator pasar modal, harga komoditas, dan volume perdagangan dunia yang meningkat lebih tinggi dari perkiraan semula.

Penguatan ekonomi domestik tercermin pada perkembangan sisi eksternal yang membaik, nilai tukar yang menguat, stabilitas harga yang terjaga, dan prospek pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Perbaikan ekonomi global berdampak positif bagi kinerja sektor eksternal Indonesia selama triwulan I-2010 terutama tercermin pada surplus transaksi berjalan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang lebih tinggi dari perkiraan semula.

Perbaikan kinerja ekspor tidak hanya terjadi pada komoditas berbasis sumber daya alam, tetapi juga ekspor produk manufaktur. Sementara impor juga mencatat peningkatan sejalan dengan akselerasi permintaan domestik dan ekspor. Perkembangan yang positif ini juga sejalan dengan asesmen Bank Indonesia terhadap perkembangan ekonomi daerah yang menunjukkan bahwa ekspor produk perkebunan dan pertambangan mencatat kenaikan.

Di sisi transaksi modal dan finansial, NPI juga mencatat surplus sejalan dengan aliran modal yang masih terus masuk karena kondisi makroekonomi yang membaik, imbal hasil rupiah yang masih menarik serta risiko investasi yang menurun. Dengan perkembangan tersebut, cadangan devisa Indonesia sampai dengan akhir triwulan I-2010 mencapai US$ 71,8 miliar atau setara dengan 5,8 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

BOBBY CHANDRA

Berita terkait

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

6 jam lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

1 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

1 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

1 hari lalu

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

2 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

2 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

2 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

2 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

2 hari lalu

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

BI mengungkapkan uang beredar dalam arti luas pada Maret 2024 tumbuh 7,2 persen yoy hingga mencapai Rp 8.888,4 triliun.

Baca Selengkapnya

Alipay Beroperasi di Indonesia? BI: Belum Ada Pengajuan Formal

2 hari lalu

Alipay Beroperasi di Indonesia? BI: Belum Ada Pengajuan Formal

Para pemohon termasuk perwakilan Ant Group sebagai pemilik aplikasi pembayaran Alipay bisa datang ke kantor BI untuk meminta pre-consultative meeting.

Baca Selengkapnya