Harga BBM Tersenggol Geliat Emas Hitam?

Reporter

Editor

Selasa, 16 Maret 2010 05:13 WIB

Petugas melakukan pengisian bahan bakar minyak di SPBU, Jakarta, Tempo/Dinul Mubarok
TEMPO Interaktif, Jakarta - Kabar penting datang dari lantai bursa komoditas di Amerika Serikat pertengahan Februari lalu. Barclays Capital dan Bank of America memberi tahu para nasabahnya agar mewaspadai pergerakan harga minyak dunia. Harga emas hitam diprediksi akan melonjak menjadi US$ 100 per barel pada akhir 2010, naik 17 persen dari harga saat ini, US$ 82 per barel. "Tahun depan akan melonjak lagi menjadi US$ 105 per barel," ujar Francisco Blanch, ekonom Bank of America.

Inilah tren baru setelah harga minyak ambruk sampai ke level US$ 34 per barel pada Februari 2009 akibat krisis finansial global. Namun, secara perlahan, harga minyak kembali naik. Pada akhir 2009, harga minyak berlipat dua menjadi US$ 79 per barel. Pekan lalu, di New York Mercantile Exchange, harga minyak sudah US$ 82,83 per barel.

Kenaikan harga itu dipicu oleh melonjaknya permintaan minyak seiring dengan membaiknya perekonomian dunia, terutama Amerika Serikat. Tingginya pertumbuhan ekonomi Cina dan India juga mendorong permintaan minyak. Badan Energi Amerika Serikat (EIA) memproyeksikan kenaikan permintaan minyak global akan menembus 1,5 juta barel per hari, 300 ribu barel lebih tinggi dibanding estimasi Februari lalu.

Naiknya harga minyak dunia pasti akan mempengaruhi perekonomian Indonesia. Asumsi-asumsi makroekonomi, khususnya patokan harga minyak, tak sesuai lagi. Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2010, asumsi harga minyak ditetapkan US$ 65 per barel. Naiknya harga minyak dunia memaksa pemerintah merevisi lagi. Dalam Rancangan APBN Perubahan 2010 yang diajukan ke Dewan Perwakilan Rakyat dua pekan lalu, asumsi harga minyak diubah menjadi US$ 77 per barel.

Perubahan asumsi ini membuat jatah subsidi bahan bakar minyak ikut naik. Pada APBN 2010, subsidi BBM dianggarkan Rp 68,7 triliun, sedangkan pada Rancangan APBN Perubahan 2010 melonjak menjadi Rp 89,3 triliun. Dengan kenaikan subsidi itu, harga BBM diperkirakan tidak akan naik. Namun, dalam rancangan undang-undang ini, pemerintah menetapkan "batas aman" 10 persen. Artinya, jika harga minyak naik di atas 10 persen, pemerintah diberi wewenang untuk menaikkan harga BBM.

Namun Ekonom Kepala Bank Danamon Anton Gunawan mengatakan pemerintah akan mendapatkan tekanan kuat untuk menaikkan harga BBM jika harga minyak dunia terus menanjak. Dalam hitungannya, saat ini selisih harga keekonomian (harga minyak di pasar dunia) dengan harga BBM bersubsidi sekitar 30 persen. Jika harga minyak dunia menyentuh US$ 105, selisih itu akan menjadi 75 persen. Pada saat itulah tekanan akan datang kepada pemerintah. "Itulah yang terjadi pada 2005," ujarnya.

Berbeda dengan Anton, mantan Gubernur Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) Maizar Rahman yakin harga minyak dunia tak akan melewati US$ 100 per barel pada akhir 2010. Tahun ini, harga minyak akan bergerak pada kisaran US$ 70-90 per barel. OPEC puas dengan harga ini karena bila terlalu tinggi akan menghambat perekonomian dunia. "Buntutnya, permintaan minyak OPEC bisa turun lagi."

Pengamat perminyakan dan energi, Kurtubi, sependapat dengan Maizar. Harga minyak dunia memang akan bergerak naik karena pemulihan ekonomi dunia. "Tapi paling tinggi hanya US$ 90 per barel," kata Kurtubi. Jikapun harganya di atas US$ 100, ia menyarankan pemerintah tak perlu menaikkan harga BBM. Alasannya, kata Kurtubi, kenaikan harga minyak akan diikuti harga gas alam cair. Alhasil, tambahan pendapatan negara dari kenaikan harga minyak dan gas akan lebih besar daripada tambahan subsidi BBM.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memang mengatakan anggaran negara akan tetap aman meskipun harga minyak terus menanjak. Bahkan, jikapun harga minyak dunia melambung seperti pada 2008--ketika itu sempat menyentuh US$ 145 per barel--pemerintah masih bisa meningkatkan subsidi BBM. "APBN tetap tahan," ujarnya di Jakarta pekan lalu. Hanya, kata dia, postur APBN tidak sehat seperti dua tahun lalu karena subsidi BBM membengkak mendekati Rp 200 triliun.

Padjar Iswara | AP | Bloomberg | Telegraph

Berita terkait

Daya Beli Masih Lemah, Komisi VII DPR Minta Kaji Penghapusan BBM Premium

24 November 2020

Daya Beli Masih Lemah, Komisi VII DPR Minta Kaji Penghapusan BBM Premium

Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto mengingatkan agar pemerintah tidak menerapkan penghapusan bahan bakar minyak (BBM) jenis premium.

Baca Selengkapnya

Ini Akibatnya Jika Mobil Diisi Bensin dengan RON Rendah

30 September 2020

Ini Akibatnya Jika Mobil Diisi Bensin dengan RON Rendah

Hal paling sering dijumpai ketika mobil diisi dengan bahan bakar RON rendah (misalnya RON 88), mesin akan knocking atau mengelitik.

Baca Selengkapnya

Konsumsi BBM Turun 8 Persen Akibat Work From Home

26 Maret 2020

Konsumsi BBM Turun 8 Persen Akibat Work From Home

Pertamina mencatat terjadi penurunan konsumsi BBM terkait kebijakan work from home.

Baca Selengkapnya

Garda Revolusi Iran Bakal Bertindak Jika Demonstrasi Berlanjut

19 November 2019

Garda Revolusi Iran Bakal Bertindak Jika Demonstrasi Berlanjut

Warga Iran turun ke jalan memprotes kebijakan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak hingga 50 persen dan membatasi pembeliannya.

Baca Selengkapnya

Bos Baru Shell Siapkan Strategi Pengembangan Bisnis SPBU

25 September 2019

Bos Baru Shell Siapkan Strategi Pengembangan Bisnis SPBU

Shell, perusahaan energi Internasional resmi menunjuk Waqar Siddiqui sebagai Direktur Retail Shell Indonesia yang baru

Baca Selengkapnya

Bakamla RI Tangkap Empat Kapal Pengangkut BBM Ilegal

20 Agustus 2019

Bakamla RI Tangkap Empat Kapal Pengangkut BBM Ilegal

Dari pemeriksaan diketahui nakhoda bahwa kapal mendapatkan BBM sebanyak 300 ton dari kapal tanker di Palembang tanpa dokumen yang sah.

Baca Selengkapnya

Subsidi BBM Solar Tahun Ini Diprediksi Membengkak

27 Juni 2019

Subsidi BBM Solar Tahun Ini Diprediksi Membengkak

Realisasi konsumsi solar sampai dengan April 2019 telah mencapai sebesar 5,07 juta kl atau setara dengan 35 persen pagu.

Baca Selengkapnya

Harga Pertamax Naik, ESDM Yakin Konsumen Tak Beralih ke Premium

5 Juli 2018

Harga Pertamax Naik, ESDM Yakin Konsumen Tak Beralih ke Premium

Konsumen Pertamax diyakini tak akan balik lagi mengkonsumsi premium.

Baca Selengkapnya

Posko ESDM: Konsumsi BBM Bensin Naik 12 Persen saat Ramadan 2018

2 Juli 2018

Posko ESDM: Konsumsi BBM Bensin Naik 12 Persen saat Ramadan 2018

Sementara itu, BBM jenis gasoil (solar) terjadi penurunan pendistribusian.

Baca Selengkapnya

2018, AKR Bakal Bangun 7 Pompa Bensin di Wilayah 3T

10 November 2017

2018, AKR Bakal Bangun 7 Pompa Bensin di Wilayah 3T

Demi mendukung program BBM satu harga, AKR akan membangun 7 SPBKB di wilayah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (3T).

Baca Selengkapnya