Pengrajin Desak Pemerintah Beri Label pada Batik  

Reporter

Editor

Kamis, 4 Februari 2010 16:18 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta - Pengrajin batik tulis Pekalongan meminta pemerintah untuk segera melabelkan produk batik. Pelabelan itu untuk membedakan batik tulis dengan tekstil yang bermotif batik. Pasalnya, masyarakat belum bisa membedakan antara batik dengan tekstil yang bermotif batik.

Pelabelan sekaligus melindungi pengrajin dan konsumen sebagai pembeli batik. "Banyak yang bangga sudah membeli batik mahal, ternyata itu bukan batik," kata Wakil Wali Kota Pekalongan Alma Facher saat peluncuran Pusat Batik Nusantara di Jakarta, Kamis (4/2)

Andaipun tidak semua batik yang bisa diberi label, namun setidaknya tekstil yang bermotif batik atau batik printing dapat diberi label. Sehingga masyarakat bisa membedakan kedua produk tersebut.

Saat ini ada sepuluh motif batik, yaitu batik tulis, batik cap, kombinasi tulis dan cap, batik sablon malam tulis, sablon malam cap, sablon malam cap tulis, batik printing tulis manual, batik printing cap, batik printing cap dan tulis, serta tekstil bermotif batik.

Saat ini pabrik tekstil dengan mudah mengopi motif batik dalam jumlah besar sampai ratusan ribu yar. Merek-merek batik yang terkenal saat ini, kata Alma, sebenarnya bukan batik, tapi tekstil bermotif batik. Di Pekalongan terdaftar sekitar 600 pengrajin batik dan ada tiga pabrik yang memproduksi batik printing.

Menurut dia, langkah pelabelan untuk memberi pemahaman kepada masyarakat. "Tentu kita juga tahu bahwa pabrik memberikan lapangan kerja yang banyak," katanya. Hanya saja, pabrik dapat dengan mudah memproduksi batik printing yang bisa merugikan pengrajin batik.

Pemerintah Pekalongan sudah meminta penerapan pelabelan ini kepada Kementerian Perdagangan. Aspirasi pengarajin ini juga sudah disampaikan langsung ke Menteri Perdagangan Mari Elka Pengestu saat acara berlangsung.

Menteri Mari Elka mengaku masih membahas usulan ini. Tapi, untuk sementara ia meminta pedagang secara sukarela menyampaikan hal itu kepada konsumen. Mari Elka menjelaskan, pelabelan ini tentu memunculkan biaya. Meski begitu, tidak tertutup kemungkinan nantinya akan ada aturan yang mewajibkan pelabelan batik. "Ini yang masih kita bahas," katanya.

IQBAL MUHTAROM

Berita terkait

Bamsoet Dukung Fashion Show Kain Tradisional Indonesia di San Polo Italia

4 hari lalu

Bamsoet Dukung Fashion Show Kain Tradisional Indonesia di San Polo Italia

Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo atau Bamsoet, mendukung rencana pagelaran fashion show oleh Dian Natalia Assamady bertajuk "Keindahan Karya Kain. Tenun dan Batik Ku Indonesia".

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Pakai Kain Batik pada Hari Terakhir di Washington, Hadiri 3 Pertemuan Bilateral

5 hari lalu

Sri Mulyani Pakai Kain Batik pada Hari Terakhir di Washington, Hadiri 3 Pertemuan Bilateral

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengenakan kain batik pada hari terakhirnya di Washington DC, Amerika Serikat, 21 April kemarin.

Baca Selengkapnya

Jangan Lupakan 7 Destinasi Wisata Semarang, Kota Lama sampai Mangrove Edu Park

8 hari lalu

Jangan Lupakan 7 Destinasi Wisata Semarang, Kota Lama sampai Mangrove Edu Park

Kota Lama Semarang hingga Taman Lele, Semarang tak pernah kehabisan destinasi wisata.

Baca Selengkapnya

PNM Berikan Pelatihan Batik Ecoprint kepada Nasabah

33 hari lalu

PNM Berikan Pelatihan Batik Ecoprint kepada Nasabah

PT Permodalan Nasional Madani (PNM) mengadakan pelatihan untuk membantu pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) para nasabah.

Baca Selengkapnya

Kampung Karangkajen Yogyakarta Dipromosikan Sebagai Kampung Religius, Ini Daya Tariknya

35 hari lalu

Kampung Karangkajen Yogyakarta Dipromosikan Sebagai Kampung Religius, Ini Daya Tariknya

Kampung Karangkajen Kecamatan Mergangsan Kota Yogyakarta dikenalkan sebagai Kampung Religius jelang Ramadhan atau awal Maret 2024 ini.

Baca Selengkapnya

Begini Saran Didiet Maulana Merawat Batik agar Awet dan Tetap Otentik

52 hari lalu

Begini Saran Didiet Maulana Merawat Batik agar Awet dan Tetap Otentik

Desainer dan Direktur Kreatif IKAT Indonesia Didiet Maulana membeberkan cara menjaga kain batik agar tetap awet.

Baca Selengkapnya

KBRI Canberra Gelar Promosi Batik di Australia, Potensi Transaksi Capai Rp 200 Juta

59 hari lalu

KBRI Canberra Gelar Promosi Batik di Australia, Potensi Transaksi Capai Rp 200 Juta

Kedutaan Besar RI di Canberra menggelar promosi batik di Balai Kartini, Australia. Agenda tersebut dilaksanakan melalui Atase Perdagangan Canberra bersama Asosiasi Pengusaha Perancang Mode Indonesia (APPMI).

Baca Selengkapnya

Piaggio Indonesia Umumkan Setop Produksi Vespa Batik

17 Februari 2024

Piaggio Indonesia Umumkan Setop Produksi Vespa Batik

Lini terakhir dari Vespa Batik ini akan berhenti diproduksi pada Oktober 2024 setelah mencapai total produksi sebanyak 1.920 unit.

Baca Selengkapnya

NMAA Kembali Tampil di Pameran Osaka Auto Messe, Pajang Lancer Evo Batik

11 Februari 2024

NMAA Kembali Tampil di Pameran Osaka Auto Messe, Pajang Lancer Evo Batik

NMAA kembali tampil dalam pameran modifikasi Osaka Auto Messe (OAM), Jepang, pada 10-12 Februari 2024 dengan memajang Lancer Evo Batik.

Baca Selengkapnya

Cerita Pengusaha Batik Yogyakarta Bertahan dari Pandemi Berkat Penjualan Online

6 Februari 2024

Cerita Pengusaha Batik Yogyakarta Bertahan dari Pandemi Berkat Penjualan Online

Pengusaha batik Yogyakarta selamat dari pandemi berkat penjualan online. Omsetnya juga naik.

Baca Selengkapnya