Sri Mulyani: 'Disclaimer' Warisan Masa Lalu  

Reporter

Editor

Selasa, 2 Februari 2010 13:57 WIB

TEMPO/Adri Irianto
TEMPO Interaktif, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menilai opini disclaimer atau tak memberikan pendapat atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dari Badan Pemeriksa Keuangan tak terlepas dari dampak warisan pengelolaan keuangan negara pada masa lalu yang tak baik.

Dia mengatakan, sejak 2005 pemerintah pertama kali menyusun pertanggung jawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) berupa LKPP. Pertanggungjawaban serupa tak pernah dibuat selama 60 tahun kemerdekaan Republik karena pemerintah tak mempunyai neraca keuangan.

"Pelaporan pengelolaan keuagan negara saat itu hanya berupa laporan anggaran dan realisasinya," katanya membacakan Jawaban Pemerintah terhadap Pandangan Umum Fraksi-Fraksi-Fraksi atas Rancangan Undang-Undang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN 2008 dalam Sidang Paripurna DPR, Selasa (2/2).

Pekan lalu, dalam pandangan Fraksi-Fraksi, hanya Fraksi Parta Gerindra yang menyatakan menolak LKPP 2008 yang disodorkan pemerintah sepekan sebelumnya. Adapun fraksi lainnya menyatakan dapat menerima. Gerindra menilai pemerintah tak serius memperbaiki pengelolaan keuangan negara.

Hal tersebut tercermin dari hasil audit BPK setiap tahun yang terus menyatakan disclaimer. Selain itu, Gerindra mempersoalkan getolnya pemerintah menarik utang yang tak diimbangi realisasi belanja sehingga berdampak pada terciptanya sisa anggaran lebih yang cukup besar pada 2008.

Menteri Sri Mulyani mengingatkan, opini audit disclaimer merupakan opini yg diberikan karena pemeriksa tak dapat meyakini kewajaran penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Opini itu bisa juga disebabkan adanya keterbatasan lingkup audit dari pihak yang diperiksa.

Menurut dia, penyusunan LKPP dalam lima tahun terakhir merupakan tahap awal dari koreksi atas sejarah 60 tahun pengelolaan keuangan negara sebelumnya. Kualitas LKPP 2004-2008, kata dia, terus meningkat setiap tahunnya seperti tercermin dari hasil audit BPK.

Dia mencontohkan, faktor penyebab disclaimer atas LKPP terus berkurang, yakni dari 12 temuan pokok pada audit LKPP 2004 menjadi hanya 6 temuan pokok pada 2008. Kualitas Laporan Keuangan Kementerian dan Lembaga (LKKL) semakin membaik. Saldo aset dan ekuitas atau kekayaan bersih meningkat, yakni dari negatif Rp 497,15 triliun pada LKPP 2004 menjadi positif Rp 378,01 triliun pada 2008.

Selanjutnya, selisih catatan belanja negara antara Kementerian dan Lembaga dengan Bendahara Umum Negara mengecil, hanya 0,0059 persen dari nilai belanja APBN. Pengelolaan fisklam dan utang makin kredibel dan efisien, terlihat dari rasio utang terhadap produk domestik bruto yang terus menyusut dari 47 persen pada 2005 menjadi 33 persen pada 2008. Adapun peningkatan kualitas sumber daya manusia bidag keuangan, akuntansi, dan pelaporan terus dilakukan.

Menurut dia, membaiknya kualitas LKPP itu perlu diinformasikan seimbang dan menyeluruh kepada masyarakat. "Supaya konsep dan proses pertanggungjawaban keuangan negara tidak disederhanakan dan direduksi dengan satu status penilaian yang disclaimer," katanya.

AGOENG WIJAYA | NALIA RIFIKA

Berita terkait

Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi

1 hari lalu

Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi

Menteri Keuangan Sri Mulyani bisa melakukan penyesuaian anggaran subsidi mengikuti perkembangan lonjakan harga minyak dunia.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Raup Rp 5,925 Triliun dari Lelang SBSN Tambahan

2 hari lalu

Pemerintah Raup Rp 5,925 Triliun dari Lelang SBSN Tambahan

Pemerintah meraup Rp 5,925 triliun dari pelelangan tujuh seri SBSN tambahan.

Baca Selengkapnya

Kemenkeu Antisipasi Dampak Penguatan Dolar terhadap Neraca Perdagangan

3 hari lalu

Kemenkeu Antisipasi Dampak Penguatan Dolar terhadap Neraca Perdagangan

Kementerian Keuangan antisipasi dampak penguatan dolar terhadap neraca perdagangan Indonesia.

Baca Selengkapnya

Estafet Keketuaan ASEAN 2024, Pemerintah RI Beri Hibah Rp 6,5 Miliar ke Laos

23 hari lalu

Estafet Keketuaan ASEAN 2024, Pemerintah RI Beri Hibah Rp 6,5 Miliar ke Laos

Pemerintah RI menyalurkan bantuan Rp 6,5 M kepada Laos untuk mendukung pemerintah negara tersebut sebagai Keketuaan ASEAN 2024.

Baca Selengkapnya

Anggota Dewan Sebut Program Rice Cooker Gratis Kementerian ESDM Abal-abal, Harus Diaudit BPK

32 hari lalu

Anggota Dewan Sebut Program Rice Cooker Gratis Kementerian ESDM Abal-abal, Harus Diaudit BPK

Program rice cooker gratis merupakan proyek hibah untuk rumah tangga yang diatur dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 11 Tahun 2023.

Baca Selengkapnya

21 Tahun Museum Layang-Layang Indonesia Mengabadikan Layangan dari Masa ke Masa

34 hari lalu

21 Tahun Museum Layang-Layang Indonesia Mengabadikan Layangan dari Masa ke Masa

Museum Layang-Layang Indonesia memperingati 21 tahun eksistensinya mengabadikan kebudayaan layangan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Terpopuler Bisnis: Maksud PUPR Pembangunan IKN Gerudukan dan Was-was Diperiksa BPK, Kereta Ekonomi Generasi Baru

35 hari lalu

Terpopuler Bisnis: Maksud PUPR Pembangunan IKN Gerudukan dan Was-was Diperiksa BPK, Kereta Ekonomi Generasi Baru

Berita terpopuler ekonomi bisnis sepanjang Jumat, 22 Maret 2024 yakni maksud PUPR sebut pembangunan IKN gerudukan dan was-was diperiksa BPK.

Baca Selengkapnya

Terkini: Prabowo Pernah Janji Bangun 3 Juta Rumah Gratis untuk Masyarakat, BPK Sudah Mengaudit Proyek Gerudukan IKN Sejak 2022

36 hari lalu

Terkini: Prabowo Pernah Janji Bangun 3 Juta Rumah Gratis untuk Masyarakat, BPK Sudah Mengaudit Proyek Gerudukan IKN Sejak 2022

KPU menyatakan pasangan capres-cawapres nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka (Prabowo-Gibran) unggul dalam Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya

BPK Sudah Mengaudit Proyek Gerudukan IKN sejak 2022, Ini Hasilnya

36 hari lalu

BPK Sudah Mengaudit Proyek Gerudukan IKN sejak 2022, Ini Hasilnya

Pembangunan IKN di Kalimantan Timur yang dilakukan besar-besaran dan berkejaran dengan waktu,

Baca Selengkapnya

Terkini: PUPR Sebut Pembangunan IKN Gerudukan dan Was-was Diperiksa BPK, KFC dan Burger King hingga Popeyes Tebar Promo Paket Berbuka Puasa

36 hari lalu

Terkini: PUPR Sebut Pembangunan IKN Gerudukan dan Was-was Diperiksa BPK, KFC dan Burger King hingga Popeyes Tebar Promo Paket Berbuka Puasa

Direktur Bina Penataan Bangunan Kementerian PUPR Cakra Nagara mengatakan pembangunan IKN dilakukan gerudukan dan khawatir dengan pemeriksaan BPK.

Baca Selengkapnya