Ekonom: Penyelamatan Century Cegah Anjloknya Ekonomi
Rabu, 23 Desember 2009 19:16 WIB
"Hal itu mengingat krisis yang terjadi baru-baru ini skalanya global, sedangkan krisis pada 1997 berskala regional," kata Arianto kepada Tempo, Rabu (23/12) malam. "Waktu itu (1997) kita masih bisa dibantu negara donor dan mitra dagang utama, sekarang mereka juga terkena (krisis) semua."
Ia mengatakan, langkah cepat bank sentral dalam menyelamatkan Century menyebabkan perekonomian Indonesia tidak terperosok lebih dalam. "Bahkan negeri kita dipuji karena kebijakan yang cepat tanggap tersebut," kata Arianto yang juga Wakil kepala Lembaga Penyelidikan Ekonomi Masyarakat Universitas Indonesia itu.
Penyelamatan Century menyebabkan angka pertumbuhan ekonomi "hanya" drop dari enam persen ke empat persen. "Sementara pada krisis 1997, pertumbuhan ekonomi anjlok dari enam persen ke minus 13 persen," tuturnya.
Meskipun ada faktor lain yang mampu meredam kejatuhan perekonomian, seperti pangsa pasar Indonesia di luar negeri yang relatif kecil, "Tapi penanganan krisis kali ini memiliki peranan yang lebih besar," tuturnya.
Dalam keterangannya kepada Panitia Khusus Angket Bank Century, Selasa (22/12), bekas Gubernur Bank Indonesia menyebutkan keputusan menyelamatkan Century semata-mata untuk mencegah berulangnya pengalaman krisis 1997-1998. "Hasilnya pun sangat berbeda.” Pada 2009, kata Boediono, perekonomian Indonesia langsung tumbuh positif.
Menurut Boediono, situasi saat penyelamatan Century sangat kritis. Aliran modal ke luar negeri sangat besar, cadangan devisa anjlok, kurs mata uang melonjak. Saat itu, kegiatan pinjam-meminjam antarbank pun macet. "Itu mengingatkan kita pada kondisi 1998," kata Boediono.
Kondisi psikologi masyarakat waktu itu (1997-1998) pun sangat eksplosif. Munculnya rumor atau informasi yang tak jelas bisa menyebabkan kepanikan. Sehingga, "(Penutupan) bank sekecil apa pun akan berdampak sistemik," tutur Boediono.
Saat krisis moneter melanda Indonesia pada 1997-1998, Boediono menuturkan, 16 bank kecil ditutup. Akibatnya ternyata luar biasa. Seluruh sistem perbankan runtuh. Ongkos penyelamatan perbankan pun sangat besar. "Padahal dana pihak ketiga milik 16 bank itu hanya dua persen dari total aset perbankan," ujarnya.
BOBBY CHANDRA