Purwono mengatakan, pihaknya sudah meminta PLN melakukan audit sejak trafo di Gardu Induk Cawang, Jakarta Timur, terbakar pada September lalu. PLN, katanya, menggunakan konsultan untuk melakukan audit tersebut antara lain Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.
Dia mengungkapkan, kerusakan fasilitas listrik PLN rata-rata disebabkan oleh trafo yang kelebihan beban. Idealnya beban trafo adalah 80 persen namun selama ini beban trafo mencapai 90 persen. "Akibatnya peralatan jadi cepat aus," ujarnya.
Menurut dia jika beban trafo lebih besar, seharusnya pemeliharaan juga lebih sering. Selain itu Gardu Induk Tegangan Tinggi juga seharusnya memiliki trafo cadangan sehingga bisa digunakan bergantian.
Jakarta saja, katanya, membutuhkan 7-8 trafo cadangan. Trafo baru itu akan mulai diadakan pada tahun depan secara bertahap. Untuk itu PLN mesti mengeluarkan dana sekitar Rp 4 triliun. "Dananya sudah ada dari pinjaman," katanya.
Purwono menambahkan, pada Kamis (5/11) PLN dan BPPT akan memaparkan penyebab kebakaran trafo Gardu Induk Cawang. Hasil evaluasi kebakaran itu, katanya, akan dijadikan gambaran untuk semua fasilitas PLN. "Apa penyebabnya dan bagaimana seharusnya," ungkapnya.
DESY PAKPAHAN